Abu Bakar Ash-Shiddiq merupakan satu dari Khulafaur Rasyidin yakni empat khalifah penerus kepemimpinan umat Islam usai wafatnya Nabi Muhammad SAW. Abu Bakar Ash-Shiddiq menjadi khalifah pertama menggantikan Rasulullah SAW.
Selama masa Rasulullah SAW sakit saat menjelang wafat, Abu Bakar Ash-Shiddiq lah yang menggantikan menjadi imam salat. Hal itu membuat sebagian orang menganggap itu sebagai indikasi bahwa Abu Bakar Ash-Shiddiq pantas menempati posisi sebagai pemimpin umat Islam menggantikan Rasulullah SAW.
Setelah kematian Rasulullah SAW, musyawarah pun dilakukan dan menghasilkan penunjukan Abu Bakar sebagai pemimpin umat Islam pada tahun 632 M. Abu Bakar Ash-Shiddiq dibaiat sebagai khalifah pertama umat Islam usai wafatnya Nabi Muhammad SAW.
Setelah pembaiatan sebagai khalifah dilakukan, Abu Bakar menyampaikan pidato yang sangat rendah hati. Ia menuturkan jika ia tak lebih baik dari umat Islam lainnya. Abu Bakar Ash-Shiddiq pun meminta agar dibantu dan ditolong jika dirinya berbuat baik. Namun, ia juga tak ragu menyuruh umat Islam untuk menegurnya jika telah membuat kesalahan.
“Hai saudara-saudara! Kalian telah membaiat saya sebagai khalifah (kepala negara). Sesungguhnya saya tidaklah lebih baik dari kalian. Oleh karenanya, apabila saya berbuat baik, maka tolonglah dan bantulah saya dalam kebaikan itu; tetapi apabila saya berbuat kesalahan, maka tegurlah saya. Taatlah kalian kepada saya selama saya taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kalian mentaati saya, apabila saya berbuat maksiat pada Allah dan Rasul-Nya,” pidato Abu Bakar (lihat Abdul Aziz Al Badri, Al Islam bainal Ulama wal Hukkam).
Dalam kepemimpinananya, Abu Bakar Ash-Shiddiq terkenal sebagai sosok yang baik, lembut, suka menolong namun juga tegas. Abu Bakar Ash-Shiddiq menjadikan hukum Allah sebagai standar untuk menentukan yang slah dan benar. Dan hukum tersebut tak hanya diikuti oleh rakyat namun juga penguasa.
Kisah Abu Bakar Ash-Shiddiq menceritakan bagaimana beliau benar-benar menegakkan hukum Allah, saat mendengar beberapa kaum muslimin murtad dan tidak mau membayar zakat, Ia langsung memberi peringatan dan akan memerangi mereka.Perang Riddah atau perang melawan kemurtadan dilakukan oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq pada masa 632 dan 633 M.
Dalam kepemimpinannya, Abu Bakar Ash-Shiddiq juga dihadapkan pada kasus nabi palsu. Ada seorang bernama Musailamah al-Kazzab yang mengaku-ngaku sebagai nabi palsu. Musailamah menyebarkan ajaran tidak benar dengan berusaha menghapuskan kewajiban shalat. Musailamah juga menyusun ayat-ayat untuk tandingan Al-Qur’an.
Melihat Musailamah yang perlahan-lahan mempengaruhi orang-orang, Abu Bakar Ash-Shiddiq pun mengambil tindakan tegas. Musailamah pun diperangi dan akhirnya pasukan Musailamah kalah pada pertempuran Akraba oleh Khalid bin Walid. Sementara itu, Musailamah sendiri terbunuh di tangan Al Wahsyi yang merupakan mantan budak yang akhirnya memeluk Islam dan menyesali perbuatannya dulu.
Al Wahsyi adalah mantan budak yang dibebaskan Hindun binti Utbah, istri dari Abu Sufyan yang jelas-jelas menentang Islam. Al Wahsyi dibebaskan karena berhasil membunuh Hamzah bin Abdul Muthalib yang merupakan paman Nabi Muhammad SAW. Usai peristiwa pembunuhan itu Al Wahsyi bertobat dan masuk islam serta menyesali tindakannya dulu.
Selain memerangi kemurtadan internal, Abu Bakar Ash-Shiddiq juga melakukan ekspedisi untuk menyebarkan Islam keluar daratan Jazirah Arab. Beberapa jenderal Islam dikirim ke beberapa wilayah dengan misi penaklukan.Salah satu misi yang sukses adalah penaklukan Irak oleh Khalid bin Walid serta berhasilnya ekspedisi ke daerah Suriah.
Setelah melebarkan wilayah, Abu Bakar Ash-Shiddiq memerintahkan pelestarian teks-teks tertulis Al-Qur’an. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk pelestarian Al-Qur’an. Pasalnya usai perang melawan nabi palsu, Musailamah, banyak penghafal Al-Qur’an yang turut terbunuh.
Kenyataan itu Umar bin Khattab menyarankan Abu Bakar Ash-Shiddiq untuk mengumpulkan koleksi Al-Qur’an. Lantas dibentuklah tim khusus yang diketuai Zaid bin Tsabit dalam proyek pengumpulan Al-Qur’an. Lembaran Al-Qur’an alantas dikumpulkan dari para penghafal juga tulisan-tulisan yang berada di benda-benda seperti tulang, kulit dan sebagainya.
Setelah terkumpul semua, kumpulan tulisan Al-Qur’an tersebut lantas disimpan oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq. Saat khalifah umat Islam itu wafat, kumpulan tulisan A-Qur’an tersebut lantas disimpan sahabat lainnya, yakni Umar bin Khattab. Kemudian saat Umar wafat, kumpulan Al-Qur’an itu disimpan putrinya, Hafsah yang lantas pada masa pemerintahan Usman bin Affan koleksi tersebut menjadi dasar kepenulisan mushaf Al-Qur’an yang dikenal hingga saat ini. Kisah Abu Bakar Ash-Shiddiq berikutnya membahas soal wafatnya beliau.
KAMU SEDANG MEMBACA
kisah teladan:4 sahabat Rasulullah
Espiritualkisah 4 sahabat Rasullah Saw yang diangkat sebagai khalifah / pemimpin umat Islam setelah kematian nabi