END

6.9K 351 43
                                    

Hiruk pikuk suasana Bandara memenuhi telinga, disinilah Gehan untuk yang kedua kali nya berpamitan untuk pergi. Menatap satu persatu keluarga dan teman-teman nya. Gehan terkekeh saat melihat Gara yang justru membuang wajah nya.

"Gara...."

Gara enggan menoleh, "Abang bucin banget cuma gara-gara cewek yang disuka menikah sama cowok lain harus sampai pergi kayak gini!"

Semua tertawa, "Gara...." tegur sang Ibu.

Talia berdecih, Gehan selalu begini. Jika sudah menyangkut tentang Diba pasti tindakan yang diambil adalah pergi jauh, menyibukkan diri dengan pekerjaan nya.

"Tal...Gue udah menghadiri pernikahan kalian, juga Ferdi."

Ferdi dan Rio mengangguk, "Apapun keputusan lo, kita dukung."

"Thanks yo,"

Acara peluk-pelukan dimulai, Gehan tau ini berat. Tapi untuk apa dia berdiam diri di negara ini? Gehan selalu merasa sakit jika berada berlama-lama disini, selama ini Gehan selalu menyimpan cinta nya untuk Diba, tapi Diba tidak pernah menyimpan cinta nya untuk Gehan juga. Dia malah lebih memilih Aldi.

Saat Gehan memeluk Talia. Cewek itu menggeleng, "Gue mohon jangan pergi untuk yang kedua kali nya, Han."

Gehan melepaskan pelukan nya, "Ada yang harus gue urus disana, Talia..."

Talia berdecak, "Dusta banget sih lo! Udahsi disini aja, Han..."

Rio menggenggam tangan istri nya itu, menggeleng saat Talia menoleh pada nya. Ini adalah cara Gehan agar bisa melupakan Diba.

Sekali lagi Gehan menatap keluarga dan teman nya satu persatu, menghela nafas berat kemudian berbalik menyeret koper hitam besar nya. Sepanjang langkah nya, Gehan sudah tidak mengharapkan Diba untuk datang lagi.

Diba, gadis itu pasti sedang melangsungkan pernikahan nya. Memakai gaun putih yang cantik, riasan cantik, dan senyum manis menghias wajah nya.

Gehan menarik nafas dalam, mencoba ikhlas, "Semoga lo bahagia Diba."

Dan pagi itu juga, Gehan pergi meninggalkan negara kelahiran nya. Negara tempat dia dibesarkan, mengenal semua nya, mengenal Diba, Gehan harap saat dia kembali, hati nya sudah baik-baik saja, tidak mengharapkan Diba lagi.

****

Sebuah cincin terlepas dari jari nya, meletakkan cincin itu di depan gadis yang menatap nya bingung. Pria itu beralih pada gadis di depan nya, menatap nya sebentar. Gadis itu terlihat cantik dengan polesan make up dan sanggul pada rambut hitam legam nya.

Tapi sayang, berkali-kali make up nya luntur karena air mata yang terus menetes tidak mau berhenti. Hari ini adalah hari pernikahan nya, tapi perasaan sedih melingkupi hati nya.

Wajah nya terasa hangat saat pria di depan nya menyentuh pipi nya. Pria itu tersenyum, menampilkan lesung pipi di pipi sebelah kanan nya.

"Ini air mata bahagia atau air mata tidak rela dinikahi?"

Diba semakin terisak. Pertanyaan Aldi menyayat hati nya. Mata nya kini menatap Aldi yang menggunakan pakaian serba putih, sangat bersatu dengan gaun milik Diba.

"Tolong biarkan aku sendiri,"

Aldi mengangguk, keluar dari kamar itu. Diluar dia berpapasan dengan dua orang gadis berambut sebahu memakai kebaya maroon.

Pacar Kontrak | SELESAI |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang