[2]

11 5 5
                                    

'Thursday, 12 February 2000'

Hari ini, setelah sarapan Eunha tengah menunggu diruang tamu karena ada guru les baru yang akan mengajarnya mulai hari ini. Dia menatap kosong ke arah tumpukan buku dan toefl juga kamus bahasa korea.

Hingga manik matanya beralih pada pria gagah dengan jas dan kemeja rapi. Keren. Tapi, hal itu sama sekali tak berpengaruh untuk Eunha, dia masih canggung agaknya.

"Mau kemana?"

"Aku mau mengecek keadaan restoran  dan menemui kenalan bisnis, nanti habis belajar di rumah aja, ya... Kalau lapar pergilah ke restoran sama supir" ujar Soekho yang masih sibuk dengan dasi yang tak kunjung terpasang.

"Paman, kenapa aku harus les?"

"Kamu 'kan akan masuk SMA di sini. Awal maret sudah harus bisa berbahasa korea, nanti kamu bisa dibuly kalo gak bisa bahasa lokal, dan jangan panggil aku paman!" Soekho berhenti memasang dasi dan kini menghadap Eunha dengan serius.

"Jadi?"

"Hyung. Bisa' kan?"(kakak)

"Emm, hyung.."

"Hah...kenapa dari tadi gak terpasang, sih.. Bikin lama saja dasi ini*"

Sruuk..

Terkejut, setidaknya wajahnya tak memerah, tiba-tiba saja Eunha menarik dasinya dan memasang kembali dengan benar. Ini pertama kalinya bagi Soekho sedekat ini dengan wanita.

"E.. Gomawoseo.."(terima kasih)

???

Eunha tak menjawab dan mengulurkan tangannya tanda berjabat.

"Apa?"

"Terima kasih, hyung! Karena sudah mau menerimaku.." Eunha tersenyum.

Ini pertama kalinya Soekho melihat senyum anak itu. Memang seperti manisnya bocah laki-laki.

"Ah.. Tentulah!" tanpa membalas uluran tangannya, Soekho malah mengusap kepala gadis itu.

"Yah, moenjoga.. Choi daepyo! Gaja!"(aku pergi dulu, kepala Choi, ayo!) serunya seraya melewati Eunha yang masih terdiam ditempat.

"Rasa kasih sayang... Itu perasaan yang benar-benar asing? Ugh.. Kepalaku.."

Eunha kembali duduk disofa, dari hari-hari sebelumnya dan hari ini kepalanya kembali terasa pusing.

###

( *=bahasa indonesia)

"Bukankah kau pelajar SMA?"

Ruangan yang terletak dibalik dapur dari restoran termahsyur itu tampak membeku.

"Aa..aku..hanya ingin.. Menambah uang saku saja.."

"Tsk, kau dari SMA mana?"

"A....a..AKU MOHON!! jangan katakan apapun pada orang lain, aku akan menyembunyikan identitas sebaik mungkin! Aku sangat perlu pekerjaan ini... Kumohon..."

Pemuda kisaran 18 tahun itu tampak serius dan putus asa.

"Aish.. Kau mau jadi kriminal, hah? Aku ini bukan asli orang lokal! Jangan libatkan orang baru dalam masalah, nak.. Aku masih mau berkarir.."

"Kenapa kau butuh pekerjaan? Harusnya anak sepertimu berada diperpustakaan atau warnet..."

"Oh! Jangan-jangan kau habiskan uang sakumu untuk warnet, ya..? Wah.. Kau ini,,"

Way Back HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang