[5]

12 3 2
                                    

Menjelang malam hari, Soe Eunha, gadis itu telah tertidur pulas setelah menangis. Menangis untuk pertama kalinya dihadapan pria yang kini menatapnya yang terbaring lelah di atas sofa.

"Ya... Gwaenchanh-ayeo?" (kau tak apa?) tanya Soekho seraya menggenggam tangan gadis itu.

"Apa yang terjadi? Apa sekolahmu buruk? Ya... Kalau  ada yang mengganggumu.. Beri tahu aku! Kalau tiba-tiba seperti ini bagaimana aku bisa tau? Aku... adalah keluargamu satu-satunya... " Soekho melepas genggamannya.

"sigh..ya! Kau tau? A...a...aku...tidak pernah memiliki seseorang yang ingin kusayangi, dan kulindungi sampai seperti ini,..."

"...kau itu....haaah..." Soekho berdiri dan mengambil kunci mobilnya.

Perlahan, mata yang tampak sembab itu mengintip dari balik pelupuk mata. Dia dengar semuanya. Air mata itu kembali menetes.

"Bagaimana? Bagaimana caraku bicara padamu? Kenapa aku di sini? Ini bukan hakku, aku bukanlah diriku, bukankah aku harus kembali dan mengembalikan kekeliruan ini?"

"Bagaimana aku bisa bahagia dengan cara ini?"

###

Waktu sebelumnya... Tepat pada pelajaran terakhir yang membosankan.

"..... Taejo dari Joseon mendirikan Dinasti Joseon  setelah menumbangkan Goryeo. Raja Sejong mengumumkan penciptaan... "

Kelas hening, sehening-heningnya. Hingga terdengar suara kertas yang dibalik ke halaman berikutnya. Suara itu hanya berasal dari satu orang siswa.

"... Abjad Hangeul"

Eunha tertegun. Ia sedikit memperhatikan sekitarnya karena bosan.

Mereka disuruh mendengarkan pelajaran sejarah dari layar monitor. Sedangkan gurunya sendiri terlarut dalam sejarah mimpinya diikuti siswa-siswanya.

"huft..kayak drama korea aja ini"*

Matanya tiba-tiba terpaku pada gantungan kunci milik siswa yang duduk dibaris depan bagian kanan. Gantungan kunci berbentuk lumba-lumba biru itu menarik perhatiannya.

Eunha menatap lamat-lamat gantungan itu, dan sekelebat ingatan muncul dalam kepalanya.
.
.
.
.
.
.
Seorang pria bertubuh kekar yang  nampak memukul seorang gadis.

"Ampun, pak!.... Hiks.. Sa..sakiiit!!"

Tuk..traak!

Gantungan berbentuk lumba-lumba berwarna putih itu terjatuh bersamaan dengan tumbangnya sang gadis yang bercucuran darah.

Gantungan itu, seolah menjadi saksi bisu kehidupan sang gadis yang selalu dibawanya yang tertanggal ditas kecilnya.
.
.
.
.
.
Sruuk...

Eunha mengangkat kepalanya. Dia perhatikan sekitarnya. Masih dijam pelajaran. Pipinya terasa basah, rupanya air yang menggenang disudut mata telah jatuh semenjak dia memejamkan mata.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 12, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Way Back HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang