Kematian Pak Anjar

305 16 2
                                    

Pak Bromo menunggu intruksi langsung dari Liones, tampaknya ada yang menjanggal dengan penglihatan Liones.

"Kamu pasti sedang melihat sesuatu? Betulkan? Apa yang kau lihat?"
Tanya Pak Bromo.

"Aku melihat permintaan tolong dari mereka, tubuh mereka diikatkan satu persatu dengan sebuah tali yang terhubung pada pusat rumah ini, sepertinya pemilik rumah ini sengaja melakukan itu agar jiwanya tidak berterbangan."

"Apa maksud 'berterbangan' itu?"

"Jiwa yang terkspos dalam rumah ini akan terjepit oleh sebuah susunan tali yang mengikat dengan kencang, pusatnya adalah pemilik rumah ini, jika kita menghancurkannya, jiwa mereka akan terbebaskan." Jelas Liones

"Lalu, bagaimana dengan tukang sate dan wanita jadi-jadian itu?" Tanya Pak Bromo

"Kita harus menyelamatkannya, jangan biarkan wanita itu terkurung."

"Tapi dia juga kan bagian mereka."

"Bukan itu masalahnya, yang menjadikan masalah adalah tukang sate itu juga akan terbunuh." Jelas Liones

Pak Bromo menatap serius wajah Liones yang terlihat sangat ketakutan.

"Ayo ikut aku!"

Pak Bromo berlari menuju arah belakang rumah itu, tampaknya dia akan menemukan celah jika pintu depan tertutup rapat.

Pak Anjar dan Ratih tidak mengetahui sedikitpun mengenai Dukun Kecantikan yang mereka temui, mereka hanya mendapatkan informasi ini dari simpang siur pelanggannya yang pernah membeli sate kepadanya.

-----------------------------------------------------------------

"Bolehkah, kami bertamu dirumahmu, tuan? Aku membawakan pasien."
Jelas Pak Anjar sambil menunjukkan Ratih.

"Apakah dia manusia?" Tanya Dukun itu

"Bukan, Dia telah kuikatkan janji, sehingga aku menjadikannya manusia untuk menemaniku." Jelas Pak Anjar

"Siapa namamu?"
Tanya dukun itu pada Ratih

"Ratih."

"Apa yang kau inginkan, alammu sudah berbeda, harusnya kamu mengetahui itu."
Tanyanya

"Aku ingin mengaitkan janjiku."

"Apa janjimu?"

"Membalas dendam pada seorang lelaki yang telah membunuh dan memperkosaku dengan biadab." Jelas Ratih

"Lalu, kau menjadi manusia agar menemukan lelaki tersebut?"

"Benar sekali."

"Bagaimana kau bisa mengikuti perintah tuanmu itu?" Tanya dukun itu

"Pak Anjar menjanjikanku untuk memberi orok (bayi) jika aku mulai lapar."

"Realita yang unik, kau tahu, disini banyak sekali korban, aku tak mau kamu menjadi korban selanjutnya." Jelas Dukun itu

"Aku sudah mati. Yang kuinginkan hanya membunuh pria itu, itu sudah cukup."

"Aku tahu, tapi kau salah masuk ruangan, karena ini akan menjadi akhir dari kehidupan kalian berdua." Jelas Dukun itu

Dukun itu mengambil sebuah belati kecil dan melemparkannya tepat di leher Pak Anjar,

"ARGHHHHH ... RAA ... TIHHH ... LAARIIII ..... CEEE ..... PAAAAAAATTTTT ..!"

Ratih yang melihat tubuh Pak Anjar  terluka tak terima. Dia marah besar dan tampakkan sosok menakutkannya dihadapan dukun tersebut.

"SIAAALAAAN KAUUU MANUUUUSIAAA."

"Hahaha ... Tampakkan wujudmu."

Ratih menyerang Dukun tersebut, namun dukun itu memiliki penangkalnya. Dia telah menyiapkan ini semua.

Pengikutnya telah dulu mengikat Ratih dengan Tali Tambang yang di direndam menggunakan Minyak Tanah.

"ARGHHHHHHH!!!!!!!!!!" Teriak Ratih.

Pak Bromo dan Liones yang baru menemukan pintu masuk dari jalur  belakang rumah itu terkejut setelah mendengar teriakan wanita itu.

"Lion, apa yang terjadi?"

"Waa ... Niii .. taa itu tertangkap."

"Kita harus menolongnya."

Liones mengangguk

Pak Bromo dan Liones menuju ruangan di lantai dua yang diyakini sebagai tempat bersemayamnya dukun tersebut.

"AARRGGHHHHHHHHH .... !!!!!!!"

"Kau tahu? Demit sepertimu takkan bisa menghabisiku, aku bukanlah tandinganmu, bodoh!" Jelas Dukun tersebut

Ratih melemah, dia meneteskan air matanya.

"Paak .. "

"Ucapkan selamat tinggal pa ..... Arghhhh."

Liones dengan tepat melemparkan pasak besi di tubuh Dukun tersebut.

"Baaagaaimana bisaa?"

Dukun itu ambruk seketika, dia terkapar tak berdaya dengan darah yang mengalir deras. Begitu pula dengan para pengikutnya, mereka semua ikut terjatuh.

"Lion, ambil pasaknya."
"Baik pak."

Pak Bromo melihat Tukang sate itu sudah tidak bernafas kembali,

Ratih tak kuasa menerima kenyataan, dia ditinggalkan oleh orang yang dicintainya.

"Terima kasih, nak. Kamu telah membantu kami, terima kasih." Ucap Rati

"Bapak itu sudah meninggal." Jelas Liones

Ratih hanya tersenyum,

"Bolehkah kupinta satu permintaan?"

"Apa itu?" Tanya Liones

"Tolong bunuh pria yang memiliki luka dibagian pergelangan tangannya, dia lah yang membuatku tersiksa."

Liones hanya terdiam, pastikan dirinya harus mengambil keputusan yang tepat.

"Baiklah." Jelas Liones

"Dia kejawen, hati-hati, mulutnya berbisa."
Jekas Ratih

"Pergilah ke alammu, kau tak pantas lagi hidup berdampingan dengan kami."

Ratih tersenyum, tubuhnya mulai menghilang secara perlahan.

Ratih meninggalkan pesan agar Liones membunuh pria kejawen itu dan menjadikan jiwa Ratih menjadi tenang.

"Nak, ayo pulang."
"Lalu mereka?"
"Sudah ada yang mengurusinya."
Liones menganggu paham, dia telah menyelesaikan misinya.

"Suatu saat kau akan menjadi detektif hantu seperti ini, pecahkan semua misterimu, nak." Jelas Pak Bromo

Misi selesai, menunggu Paskah berdarah dan rencana busuk Ludociel!



The HierophantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang