"Tidak ada perubahan sama sekali. Kalau begini terus Mama terpaksa mendaftarkan kalian ke salah satu bimbingan belajar."
Pemuda kembar itu menatap wanita yang duduk di hadapan keduanya dengan kertas ulangan di tangan. Nilai keduanya sangat memprihatinkan. Merah.
"Mama tidak tahu kalau cita-cita kalian menjadi pemadam kebakaran sekolah."
"Kami tidak pernah bercita-cita seperti itu!"
Wanita itu menghela nafasnya dalam-dalam. Kedua anaknya bukan anak yang bodoh. Tetapi mereka butuh bimbingan. Sedikit lengah dari pengawasan nilai keduanya langsung terjun bebas. Akhirnya senjata terakhir....
"Apa kalian pernah bepikir kalau nilai kalian jelek maka kalian juga harus berhenti dari tim voli?"
DEG
Inarizaki terkenal memiliki tim voli putra yang bagus. Tetapi tetap saja sekolah memiliki tujuan prioritas untuk meraih nilai akademik dan juga tata krama yang baik. Terdengar pahit tetapi kegiatan seperti voli dihitung sebagai kegiatan tambahan untuk meningkatkan pengasahan bakat diluar akademik. Nomor dua di bawah pendidikan akademik.
Jika kegiatan ekstrakurikuler dianggap menganggu perkembangan akademik yang dijadikan prioritas maka tidak ada pilihan lain selain berhenti.
Peraturan mutlak dan si kembar paham benar masalah ini.
"Mama dipanggil wali kelas kalian. Kalian bukan murid yang bodoh. Tetapi nilai untuk mata pelajaran Matematika turun drastis. Tentu kalau ini berlanjut kalian harus berhenti untuk main voli sehebat apapun tim kalian."
Kedua wajah identik itu langsung menampakkan wajah terkejut sampai tidak bisa berkata apa-apa. Apa yang akan terjadi pada tim voli Inarizaki tanpa setter keren dan bertalenta, pikir Atsumu. Apa yang akan terjadi pada tim jika tidak ada yang bisa menjinakkan Atsumu saat dia mulai bertindak di luar batas, pikir Osamu.
"Tapi kami tidak mau ke tempat bimbingan belajar,Ma. Biasanya ribut. Anak ceweknya suka modus. Aku sama Osamu sudah capek meladeni tingkah cewek yang berisik saat di sekolah," ujar Atsumu yang kali ini di - iyakan oleh saudara kembarnya.
Alah, alasan.
"Mama sudah tau kalian kalau suruh belajar tambahan pasti banyak sekali alasan," wanita itu memijat keningnya yang pening "Tenang saja. Kalian tidak usah kemana-mana. Mama sudah mengundang seorang guru untuk mengajari kalian di rumah. Privat seminggu tiga kali. Guru kalian juga sudah setuju. Nggak ada alasan lagi!"
"Ma.." Osamu memanggil.
"Apa?!" jawab Mama galak.
"Gurunya cewek ,Ma? Cantik gak,Ma?"
Astaga! Tadi siapa yang bilang sudah males meladeni cewek berisik?
"Yang jelas guru kalian masih muda dan tegas. Bahkan Mama sudah bilang ke dia gak usah segan galak ke kalian berdua kalau perlu. Kadang kalian ini memang harus digalakin sih."
Keduanya saling memandang dengan pasrah.
"Sekarang kalian naik dan bersiap. Guru kalian akan datang sebentar lagi."
"MAMA!"
"SEKARANG!"
*********
"Hai, Namaku Kita Shinsuke. Panggil saja aku Shinsuke. Mulai hari ini tiga kali seminggu aku akan mengajari kalian matematika. Mama kalian suah meminta tolong kepadaku. Bahkan buku matematika kalian sudah diberikan padaku untuk kuteliti dimana kesalahan kalian."
Kedua pemuda kembar itu menatap tidak percaya pada laki-laki di depan mereka yang katanya akan menjadi guru les matematika. Osamu dan Atsumu masih ingat siapa dia. Anak kuliah yang beberapa hari lalu mereka palak tapi mampu melawan. Keduanya hanya diam menatap wajah ita Shinsuke yang terkesan datar. Meski malam itu gelap tapi tidak salah lagi pemuda itu adalah Kita Shinsuke. Kedua bersaudara itu berharap jika Shinsuke tidak mengenali mereka meski kemungkinannya kecil sekali.
"Selama pengamatanku, kalian berdua sesungguhnya tidak bodoh. Hanya kalian ini sering mengulangi kesalahan yang sama. Untuk Atsumu selalu tertukar dalam menggunakan rumus dan untuk Osamu salah dalam mengoperasikan bilangan sehingga jawaban selalu selisih. Kalin hanya perlu latihan mengerjakan lebih banyak lagi."
Keduanya masih saja diam. Memmandangi kita Shinsuke yang menjelaskan dengan tenang. Kemudian mengeluarkan dua buku yang disediakan oleh Shinsuke. Seteah dilhat rupanya berisi soal-soal latihan yang pernah mereka pelajari di sekolah. Shinsuke rupanya benar-benar meneliti buku matematika mereka karena materi yang disajikan sama persis. Namun saat Atsumu melirik buku latihan Osamu yang diberikan shinsuke, angka yang tertera dalam soal berbeda. Soal mereka memiliki jumlah dan juga materi yang sama. Namun angkanya benar-benar berbeda. Shinsuke sudah mengantisipasi supaya keduanya itu tidak bisa mencontek.
Sialan!
"Kerjakan dengan baik. Tidak usah terburu-buru. Namun tetap kuberi waktu. Tiga puluh menit dan aku ingin tahu sejauh apa kemampuan kalian. Lebih banyak latihan daripada menghabiskan waktu sok memalak orang di jalan gara-gara ingin meniru adegan di televisi."
Kejam! Kedua anak kembar itu menangis di dalam hati. Rupanya dari awal Shinsuke sudah tahu siapa mereka dan dengan cerdas mengeluarkan senjatanya di saat yang sama. Membuat keduanya jadi terpojok.
Dengan gugup Atsumu dan Osamu mengerjakan soal dengan tenang. Seorang wanita yang diam-diam mengintip ingin tahu kemajuan kedua anaknya terkikik geli. Sepertinya ia sudah memilih guru yang tepat karena kedua pemuda itu tidak banyak tingkah dan menurut seperti anak Anjing.
"Selamat belajar,nak. Nanti kalau sudah selesai kalian akan kuberi makanan yang enak!"
************
Saat mengerjakan soal latihan diam-diam Osamu melirik ke arah Shinsuke. Laki-laki itu menunggu mereka berdua yang sedang mengerjakan soal latihan dengan membaca buku. Dengan penasaran Osamu melirik ke sampul buku dan membaca apa yang tengah dibaca guru lesnya itu.
Norwegian Wood
Osamu agak ternganga. Meski dia tidak suka membaca tapi Osamu tau apa itu Norwegian Wood. Salah satu temannya suka membaca karya Haruki Murakami salah satunya adalah Norwegian Wood. Sebuah karya literatur yang terkenal di Jepang bahkan dibuat filmnya. Dan biasanya karya dari Murakami Sensei menyinggung tema seksual. Membuat Osamu sedikit meringis.
"Aku tidak tahu kalau Shinsuke san suka membaca buku seperti itu."
"Seperti itu bagaimana maksudmu?" Shinsuke melirik Osamu sedangkan Atsumu yang tidak tahu apa-apa bergantian menatap Osamu dan Shinsuke dengan tatapan bingung.
"Norwegian Wood itu karya luar biasa. Aku sendiri tidak pernah membaca tapi temanku ada yang sangat menyukainya. Dia bilang banyaka degan pornonya."
Kini Atsumu terkejut saat mendengar kalimat Osamu.
"Aku memang suka membaca buku sastra kok. Tidak hanya karya Murakami Sensei. Seperti Akutagawa Ryunosuke, Yukio Mishima dan lain sebagainya. Dan masalah porno.... selama aku tidak membayangkan yang tidak - tidak kurasa tidak masalah."
Osamu terdiam dan kembali menunduk menatap soalnya lagi.
Dalam hati Kita Shinsuke tertawa terbahak-bahak. Shinsuke memang selalu berwjah datar dan ceplas-ceplos. tetapi dia bukan pemuda yang jahat. Saat itu ia hanya ingin mengerjai kedua adik kelasnya itu. Rasanya menyenangkan melihat ekspresi mereka.Apalagi Atsumu yang sering terlihat superior. Saat di depan Shinsuke langsung tidak berkutik seperti anak ayam yang akan diterkam. Untuk sementara ini Shinsuke akan sedikit bermain-main dengan mereka hitung-hitung pembalasan malam itu.
"Waktunya habis. Kumpulkan buku tugas kalian saatnya kuperiksa!"
"HUEEEEEEE~ AKU BELUM SELESAIIIIIIIII!!!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
MIYA KITA
FanfictionBerawal dari sepasang Kembar Miya yang sedang iseng ingin mencoba salah satu adegan yang baru saja mereka tonton di televisi. Adegan mencegat seseorang di jalan dan memalak mereka. Mau jadi sok berandalan. Tapi Atsumu dan Osamu sepertinya sedang s...