Tiga

159 27 35
                                    


Sejak belajar dengan Kita Shinsuke nilai kedua anak itu memiliki sebuah kemajuan pesat. Entah mengapa Atsumu dan Osamu bisa tunduk pada Shinsuke sedangkan ibunya sendiri sering kewalahan untuk menghaapi anak kembarnya.

Shinsuke memang memiliki kemampuan untuk memimpin dengan baik, ditambah dia memegang kartu as mengenai kejadian tempo hari yang masih membuat juniornya itu menyesal dan malu, maka Atsumu dan Osamu benar-benar tidak berkutik.

Melihat perubahan pada kedua anaknya, Mama menjadi sangat senang dan sayang terhadap Shinsuke. Pemuda itu merupakan anak yang sopan dan cerdas. Membuat Mama menjadi berangan-angan suatu hari nanti Atsumu dan Osamu akan menjelma menjadi sebaik Shinsuke. Yang membuat si kembar menjadi uring-uringan setiap kali Mama membahas mengenai hal itu.


"Aku ya aku,Ma!"


"Iya,Ma. Jangan samakan kami dengan Shinsuke san! Kami memiliki kelebihan kami sendiri. Salah satu sisi baik dari diriku setidaknya aku ini lebih baik dari Atsumu."



Mereka berdua langsung kembali bertengkar.


Untuk entah keberapa ratus kali dalam hari itu sang Mama menghela nafas dalam-dalam.


"Hari ini Shinsuke kun menelepon Mama. Untuk sesi belajar hari ini ia meminta ijin untuk pindah tempat."


"Cafe,Ma?" potong Atsumu.


"Kalau kau bilang begitu di depan Shinsuke san dia pasti akan bilang begini , ehem! 'Kafe? Kalian pikir kita akan makan siang? Kita ini akan belajar bukan makan kue dan minum kopi sambil nongkrong-nongkrong ngga jelas!'" Osamu menirukan ekspresi gaya dan juga cara bicara Kita Shinsuke seandainya pemuda itu mendengar pertanyaan Atsumu barusan.


Keduanya langsung terbahak bahkan Mama ikut tersenyum geli.


"Nggak di Cafe. Kalian akan belajar di rumah Shinsuke kun. Alamatnya sudah Mama kirim ke Line kalian. Siap-siap sana. Jangan lupa bawa kue untuk keluarga Shinsuke kun. Siapa tahu kalau kalian masuk rumah Shinsuke kun pulang nanti kalian akan ketularan pintarnya dia"


"Ma?"


"Apa lagi?"


"Anak Mama siapa sih? Kami atau Shinsuke san?"


"Mama harap-"


"Baik! Baik! Lupakan saja pertanyaanku," potong Atsumu "Ayo,Sam. Kita berkemas. Nanti pasti kena ceramah nih."


 Kedua pemuda itu langsung bergegas masuk ke kamar mereka untuk berkemas. Karena mereka tahu sekali saja Mama mereka sudah mulai membandingkan mereka dengan Kita Shinsuke, ujungnya wanita itu akan berhalusinasi yang bermacam-macam. Terakhir yang paling parah adalah Mama mengatakan seandainya saja Kita Shinsuke adalah anak sulungnya. Mereka berdua benar-benar tidak berani membayangkan jika hal itu benar-benar sampai terjadi.

***


"Benar alamatnya yang ini?" tanya Atsumu ragu. Kini mereka berdua sudah berdiri di depan sebuah rumah bergaya minimalis yang saat itu begitu sepi. Dengan ponsel Atsumu di tangan yang menampilkan alamat rumah Shinsuke yang diberikan oleh Mama. Osamu sendiri memegang ponselnya yang menampilkan google map.


"Kalau aku yang baca peta pasti nggak salah sih."


"Maksudmu?" Atsumu melirik sebal ke arah saudaranya

"Kalau kau yang baca petanya bisa-bisa kita sudah ada di Australia sekarang."


Baru saja Atsumu akan memaki saudaranya yang berlebihan tiba-tiba perhatian keduanya beralih ke arah rumah yang dari tadi menjadi objek rasa penasaran mereka berdua. Pintu rumah itu terbuka dan menampilkan sosok Kita Shinsuke yang memandang mereka dengan lega.


"Akhirnya kalian sampai. Mama kalian sudah mengabariku  kalian akan datang. Baru saja aku akan menelepon kalian takut-takut kalian nyasar naik kereta ke arah Tokyo. Ayo masuk saja."


Kedua anak itu saling memandang dan saat itu mereka berdua menaampilkan ekspresi dan juga pikiran yang sama. 'Kalau bukan guru les sudah kami keroyok ini orang.'

"Sudah nggak usah mikir aneh-aneh," seru Shinsuke "Ayo cepat masuk!"


*****

"Maaf, Nenekku sakit jadi aku tidak bisa datang ke rumah kalian hari ini. Kalian malah repot-repot membawa kue segala."


Kini mereka bertiga sudah ada di dalam kamar Kita Shinsuke yang tidak terlalu besar. Tetapi jujur saja Atsumu dan juga Osamu merasa nyaman berada di situ padahal belum ada setengah jam mereka datang.

Kamar tidur Kita shinsuke tidak seluas seperti milik si kembar. Tidak ada bunk bed. Hanya ada single bed yang begitu tertata rapi. Begitu pula dengan benda-benda di sekitarnya. Sangat rapi seperti kamar seorang anak gadis. Buku-buku besar berada di raknya. Atsumu sempat ngeri saat dia membayangkan satu saja buku itu menimpa kepalanya. Bukan menjadi jenius malah membuatnya menjadi semakin tolol.

"Shinsuke san tinggal berdua dengan Nenek?" tanya osamu kepo.


"Iya. Aku sejak bayi sudah diasuh oleh Nenek. Kini Nenek sudah menjadi semakin tua jadi sedikit-sedikit sakit."


Atsumu dan Osamu begitu tahu diri untuk tidak bertanya mengenai kedua orang tua Kita Shinsuke. Nanti kalau dia merasa mereka berdua boleh mengetahui tentang masalah itu tanpa ditanyapun pasti akan bercerita, begitu pikir mereka. Rasa kagum langsung tumbuh di dalam diri kembar Miya pada laki-laki yang duduk di hadapan mereka itu. Tidak mudah hidup hanya berdua dengan seorang Nenek. Mereka memutuskan untuk mulai menghormati Kita Shinsuke.

"Ayo mulai saja belajarnya. Buka buku latihan kalian. Baca ulang rangkuman materi yang kemarin. Setelah itu kita akan mulai dengan menghafal rumus. Kunci untuk menghafal rumus selain banyak latihan adalah dengan mengetahui penjabaran dari mana rumus itu berasal. Bahkan semua rumus kompleks sebenarnya selalu dimulai dengan rumus dasar sederhana yang mengalami penambahan atau digabungkan dengan rumus dasar lain. Selama kalian tahu asal dan penalarannya kalian pasti akan hafal dengan sendirinya"

Kedua anak itu mengangguk dan dengan tekun membaca buku yang sudah diperintahan oleh Shinsuke. Namun lima menit kemudian tiba-tiba terdengar suara tawa Shinsuke memenuhi kamar. Sontak saja Atsumu dan Osamu mendongak dan menatap guru les mereka sambil ternganga. Pertama kali dalam hidup mereka melihat tawa seorang Kita shinsuke. Hingga pemuda itu memegangi sisi perutnya yang sepertinya sakit akibat banyak tertawa.


"Maaf tapi aku tidak terbiasa melihat kalian begitu penurut dan serius begini. Ini hal baik tetapi tetap saja bagiku lucu hahahaha!"


Keduanya menatap Shinsuke yang masih tertaawa meski tidak seheboh tadi dengan kesal. Bawel dimarahin, serius ditertawakan!


"Hey, Osamu dan Atsumu."


"Apa?" balas Atsumu masih sebal.


"Kalau ulangan matematika berikutnya kalian dapat nilai minimal delapan puluh, aku punya hadiah untuk kalian berdua."


Bersambung



MIYA KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang