Chapter 9

348 20 6
                                    

"Assalammu'alaikum," Ucap seorang laki laki dari balik pintu rumah Kenneth dan Salma. Kenneth yang sedang menyeruput kopi pun terhenti dan segera membukakan pintu, "Wa'alaikum salam,"

"Eh Pandu, masuk Du." Kenneth mempersilahkan Pandu masuk dan segera memanggilkan Annisa. "Annisa, ada Pandu." Teriak Sang Ayah dari ruang keluarga.

"Iya yah, sebentar." Annisa menuruni satu persatu anak tangga rumahnya, "Gue buat minum untuk lo dulu." Langsung melenggang pergi ke dapur.

"Ada acara apa, tumben main ke sini?" Kenneth membuka percakapan terlebih dahulu, "Ini om, Annisa ngajak jalan abis Ashar. Tapi ke sini nya jam segini karna mau bikin kue dulu om" Jawab Pandu.

Kenneth ber 'oh' ria, "Yasudah, om mau ke atas dulu ya. Mau ke kamar." Pandu mengangguk, "Iya om,"

"Nih buat lo" Tidak lama Annisa pun datang membawa satu gelas sirup rasa melon. "Makasih" Jawab Pandu dengan senyum khas nya.

"Gimana, ayo buat kue nya." Ajak Pandu tak sabar, "Ck, ayo,"

Pandu dan Annisa beranjak menuju dapur dan memulai membuat kuenya. Ada saja tingkah laku Pandu menyolek pipi Annisa saat Annisa sedang memasukkan terigu ke adonan, "Panduu!!"

Setelah lama membuat kue, akhirnya selesai dan mereka langsung membawa kue itu ke depan tv. Menonton tv sekalian memakan kue buatan mereka berdua tersebut.

Cukup lama Pandu dan Annisa menonton, mereka pun mendengar suara Adzan Ashar. Pandu langsung pergi ke masjid dekat rumah Annisa dan Annisa segera menuju toilet untuk sholat Ashar di rumah.

Setelah selesai, Pandu dan Annisa kembali lagi menonton tv. Tak berapa lama kemudian, suara Arkan memasuki rumah Annisa terdengar di telinga Pandu dan Annisa.

"Kak Arkan, samperin." Ucap Pandu dan langsung menghampiri Arkan bersama dengan Annisa. "Kak Arkan," Ucap Annisa dan Arkan pun yang merasa di panggil menoleh.

"Eh Annisa, Pandu udah lama gak lihat lo. Apa kabar bro??" Tanya Arkan sembari menjabat tangan dengan Pandu, "Alhamdulillah baik kak, Kak Arkan gimana?" Tanya Pandu balik.

"Menurut lo gimana keadaan gue sekarang? baik kan? Alhamdulillah.."

"Yauda kalian duduk dulu, gue mau panggil kak Alya dulu."

                                    🍂🍂🍂

"Bunda sama Ayah berangkat duluan ya ke butik, Kamu berdua nanti nyusul." Salma menunjuk Alya dan Arkan dan di angguki oleh mereka berdua. "Iya bun, hati hati di jalan"

"Oke, Assalammu'alaikum,"

"Wa'alaikum salam." Jawab serentak, seperti lagi upacara saja.

"Ndu, liat Vira melirik kak Arkan mulu. Gue sebel deh," Bisik Annisa ke kuping Pandu. Pandu melihat ke arah Vira, benar saja Vira sedang memandangi Arkan dalam sepertinya. "Ekhem, Vir ngapa lo liatin kak Arkan gitu amat." Sontak membuat Vira terkejut.

"Ah, apaansih lo. Gue gak lagi ngeliat Arkan. Gue liat tuh bunga kamboja Bunda lo." Elak Vira tetapi masih gugup terdengarnya.

"Terserah deh,"

"Apaan sih, Annisa Vira. Gue ambil tas dulu Kan di atas" Ucap Alya berjalan menuju kamarnya.

🍂🍂🍂

"Kan gue bilang juga apa, Ndu. Vira ngikutin di belakang kak Arkan pakai taksi." Ucap Annisa karna ia tadi melihat Vira menaiki taksi dan segera memfoto plat taksi tersebut.

"Nih, bener kan plat nomornya. Sama plat nomornya." Pandu menaiki satu alisnya, "Sama apa?"

"Ih, tadi gue sempet foto plat taksi yang di naikin Vira." Pandu hanya ber 'oh' ria saja.

"Lo agak ngebut, biar gak ketinggalan sama mereka." Pandu mengangguk.

🍂🍂🍂

Setelah sampai Arkan dan Alya di butik, mereka langsung memasukinya. Taksi yang di naiki Vira berhenti di dekat butik tersebut dan Mobil Pandu tak jauh dengan Taksi Vira.

"Dia turun dan..."

"Ke cafe samping butik, oke kita turun Ndu." Ucap Annisa memasukan hp dan kacanya ke tas. "Sebentar dodol, gue markir dulu. Otaknya kalo panik gak di pake ya." Annisa mengerucutkan bibirnya.

🍂🍂🍂

"Gimana, cocok gak??" Tanya Naya yang melihat Alya sedang mengaca. Alya mengangguk, "Iya mi, cocok. Alya pilih ini aja."

Naya tersenyum, "Baiklah."

"Arkan, gimana? udah pas sama yang itu?" Tanya Naya. "Wah pasti cocok lah mi, Arkan ikut Alya. Lagi pula kan warna nya juga sama dengan warna gaun Alya. Jadi masih nyambung." Jawab Arkan dengan cengengesannya.

"Ikut Alya mulu, Ikott" Ledek Kenneth dengan tertawanya. "Gapapa lah, yah."

Setelah selesai fitting baju, Arkan dan Alya pun kembali kerumah masing masing. Pernikahan Alya dan Arkan akan berlangsung 1 minggu lagi. Arkan sudah tidak sabar ingin segera menikah dengan Alya. Sebaliknya pun gitu.

                                     🍂🍂🍂

"Gue ada rencana. Deketin kuping lo." Ucap Riko sembari membisikkan rencananya ke Vira.

Pandu dan Annisa yang melihatnya pun langsung saling menatap, "Apa yang di rencanain dia??"

Pandu mengangkat kedua bahunya tanda 'tak tahu', "Kita harus cari tahu." Pandu mengangguk.

                                       🍂🍂🍂

"Mi, Arkan izin ke Indoapril ya." Arkan mencium punggung tangan Naya, "Naik apa?" Tanya Naya sebelum Arkan melangkahkan kakinya.

"Jalan kaki mi," Jawab Arkan. "Yauda hati hati," Arkan berjalan keluar rumah.

Tak membutuhkan waktu lama, komplek rumah Arkan dengan Indoapril cukup di bilang tidak jauh. Tetapi harus melewati gang kecil yang dibilang cukup sepi, Arkan sudah sampai di Indoapril. Sudah cukup dengan keperluannya dan berjalan ke kasir untuk membayar. Selesai membayar Arkan kembali untuk pulang.

Saat melewati gang kecil, Arkan merasakan ada yang mengikutinya. "Ah perasaan gue aja kali," batin Arkan. Arkan semakin mempercepat jalan nya. Tiba tiba punggungnya berasa di pukul oleh kayu, yang membuat Arkan meringis.

"Ah sialan, siapa lo?" Sambil menahan rasa sakitnya, Arkan melihat Laki laki memakai topeng. Ia tidak tahu siapa di balik topeng tersebut. "Gausah banyak ngomong."

Blugg

Satu tonjokan mendarat di samping bibir Arkan dan sekarang telah mengeluarkan Darah. Ia segera mengelapnya dan menahan perih.

"Setan, sini lo." Arkan melempar plastik Indoapril. Sebelum Arkan menonjok, Laki laki tersebut sudah menonjok samping mata Arkan. Yang membuat kepala Arkan cukup pusing dan buram. Sayup sayup dia mendengar teriakan warga.

"Woi, berhenti. Sebagian kejar dia, sebagian ke orang yang terpukul." Ucap salah satu warna dengan teriaknya, Laki laki di dalam topeng langsung berlari cukup kencang. "Woi, Berhenti. Jangan lari lo."

"P-pak, to-tolong s-saya," Ucapan terakhir Arkan sebelum menutup matanya. "Ayo semua bantu anak ini," Warga pun menggotong dan menelfon ambulance.

                                     🍂🍂🍂

Happy Reading :')

Jangan lupa vote & comment!
Terima kasih <3

Arkana & Alya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang