"J-jeno."
Tubuh Lara tiba tiba saja kaku ketika mendapati Jeno yang kini sudah berdiri tegap dihadapannya. Lara ingin sekali lari dan segera mendekap pacarnya itu. Tapi, wajah dingin Jeno membuatnya mempertahankan diri untuk diam.
Hingga akhirnya, Jeno datang terlebih dahulu dan segera menyeret Lara masuk ke mobilnya. Lara tentu saja tak menolak, ia ingin percaya pada Jeno.
Jeno, satu satunya.
"Jeno, kamu kemana aja?"
Lara benar benar merasa canggung. Mobil yang mereka naiki berjalan dengan begitu cepat. Jeno masih menyibukan dirinya untuk mengemudi, sama sekali tak menghiraukan tatapan cemas Lara.
"Pergi."
"Iya, kemana? Selama itu?"
"Kenapa? Emang lo peduli?"
"Jeno...."
"Diem, Lara. Kita harus pergi jauh."
"Pergi- kemana?"
"Kemana aja, yang jauh, yang aman. Cuma kita berdua, dan gue bisa mastiin gaakan ada lagi orang yang nyakitin lo, Lara."
Iya, Lara tentu saja harus percaya kepada laki laki itu. Jeno yang selalu mementingkan keselamatannya, tak peduli sekesepian apa Lara. Lara sadar Jeno melakukan itu untuk kebaikan Lara sendiri.
Hingga tiba tiba saja mobil mereka berhenti ditepian jalanan sepi. Tengah malam yang sunyi itu semakin mencengkam karena suasana di sekitarnya yang benar benar lenggang.
Di sisi sisi mereka hanya terdapat toko toko kecil yang tentu saja sudah tutup. Lampu remang remang. Juga pengendara yang hanya lewat beberapa, dengan kecepatan kencang.
Keduanya sama sama bungkam, tak tahu harus berbicara apa terlebih dahulu. Jeno menatap lurus tanpa ingin memulai obrolan. Sementara Lara kini tengah menggigit bibir bawahnya cemas.
"Jeno, maaf. Maaf banget, aku nyesel gak nurut sama kamu."
"Tapi, terlambat."
"Maaf Jen. Aku bener bener nyesel harusnya percaya sama kamu sejak awal."
"Jadi, lo masih mau kita putus?"
"Engga. Aku percaya sama kamu."
"Lo cinta sama gue?"
"Iya, jeno..."
Mendengar jawaban dari Lara, Jeno dengan cepat menarik jawah gadis itu. Lalu menyatukan bibir keduanya. Ciuman itu hanya berlangsung selama beberapa detik, Jeno kembali melepas. Kemudian menatap Lara lamat lamat.
"Gue juga cinta sama lo. Tapi gue gak bisa. Gue terlanjur marah sama lo. Gue kecewa."
"J-jeno..."
"Sejak awal, lo emang gak pernah ngehargain perasaan gue. Lo selalu mikirin Lia, Lia lagi. Makin sini lo juga ngelunjak, lo gak nurut sama gue, Lara."
"Maaf..."
"Lo tau kan tempramen gue jelek? Lo harusnya mikir kalau mau ngelakuin sesuatu! Gara gara lo yang keras kepala, foto lo sendiri kesebar. Lo... murahan."
Lara meremas tangannya sendiri. Jeno benar benar sedang marah dan ini sangat mengerikan. Lara tak tahu harus bersikap seperti apa, ia benar benar buntu. Jeno terus saja menatapnya tajam, seolah kata maaf tak lagi berarti ditelinganya.
"Dan yang paling gue benci, nama gue keseret. Gue cowok mesum?"
"Menurut lo gue bisa maafin lo gitu aja? Seudah lo putusin gue secara tiba tiba, terus balik lagi dan bilang nyesel? Lo gila."
"Lo jahat, Lara."
Jeno mencekik leher Lara hanya dengan sebelah tangannya. Namun ini benar benar menyakitkan. Tenaganya sekuat itu sampai sampai nafasnya terasa tercekat.
Baru satu tangan pun Lara sudah selemah ini. Jika dua duanya Jeno pergunakan, Lara yakin ia sudah mati. Tapi Lara sudah pasrah. Ia tak bisa lari kemana mana lagi.
"Jeno... sakit. Maaf. Tolong lepasin."
Brakk
Kaca mobil bagian samping kiri terbuka begitu saja. Seorang laki laki membuka paksa pintu depan, lalu menarik Lara agar keluar dari sana. Jeno tampak terkejut ketika menyadari siapa pelakunya.
Namun, sebelum Jeno sempat meninju wajah tampan itu, laki laki itu segera menusukan pisau tajamnya didada Jeno. Tepat dibagian Jantungnya dan berhasil membuat Jeno tak bisa bergerak lagi.
"S-sialan lo, h-hyunjin!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Defender [Completed]
FanfictionPesan aneh itu muncul setiap kali Lara telah disakiti. Ft. 00line ©Fromfireflies,2020