Nice Beginning

1.4K 137 2
                                    

Orang tua,sejatinya orang tua ada untuk anak mereka,tanpa anak,mereka tidak akan di sebut sebagai orang tua. Begitu juga dengan anak,mereka ada untuk mendapat kasih sayang sepenuhnya dari kedua orang tuanya. Ya memang seharusnya seperti itu.
.
.
.
"Ibu,apa ayah tidak akan segera kembali?"

"Mitsuki,ayahmu pasti akan segera pulang,kau harus lebih sabar lagi ya."

"Baiklah."
.
.
.
"Mitsuki,," tubuh mitsuki diguncang perlahan,tak lain dan tak bukan guncangan itu di sebabkan oleh orochimaru,dia mengguncang untuk membangunkan mitsuki,ini sudah pagi dan orochimaru khawatir jika mitsuki akan terlambat bangun maka dia akan terlambat untuk melalukan misinya sebagai genin.

"Biarkan saja dia." Jiraiya tiba-tiba memeluk pinggang orochimaru dari belakang, orochimaru terkejut.

"Haah,kau tidak tau biasanya Mitsuki akan bangun tepat waktu,dan dia tidak boleh hingga terlambat ke misi,apa kau tidak memikirkan bagaimana nilai misinya nanti." Jiwa keibuannya timbul,dia khawatir namun juga menjadi pengeluh dan cerewet jika sudah seperti ini, benar-benar berbeda dari orochimaru yang ambius dan arrogant dulu.

"Orochimaru,," Jiraiya meletakkan dahinya pada pundak orochimaru,pelukannya mengerat. Orochimaru terdiam,dia seketika luluh dengan kehangatan yang di tawarkan oleh Jiraiya.

"Biar aku saja yang membangunkannya." Jiraiya membujuk. Orochimaru hanya menghela nafas dan dia mengangguk. Jiraiya kemudian melepas pelukannya dan mengambil alih posisi orochimaru. Jiraiya duduk di samping anaknya yang terbaring,dia melihat wajahnya sejenak.

"Mirip dengan ibunya." Batin Jiraiya,dia menyentuh wajah anaknya,mengelus pipinya dan menyetuh rambutnya. Orochimaru memperhatikan itu semua,wajahnya meneduh melihat interaksi itu,hatinya menghangat,ini benar-benar pagi yang indah dengan suami dan anaknya yang berada di sampingnya.

"Mmh,,ugh,ayah." Dan lihat,mitsuki terbangun,hanya dengan di sentuh oleh Jiraiya.

"Hmm,apa kau masih mengantuk?" Jiraiya mengelus kepala anaknya. Dia tersenyum lembut kearah mitsuki.

"Aku akan mandi." Mitsuki beranjak dari tempatnya,tidak membalas senyum ayahnya,namun juga tidak menolak sentuhan ayahnya. Jiraiya sedikit bingung.

"Mungkin dia masih marah denganku." Gumam Jiraiya,dia melihat pintu ruangan yang dimasuki oleh anaknya.

"Dia hanya perlu membiasakan diri." Orochimaru datang,dia menangkup wajah Jiraiya,dia mengerti apa yang dipikirkan oleh Jiraiya dan dia tidak ingin Jiraiya terlarut merasa bersalah,baik dirinya atau mitsuki tidak ada yang menyalahkannya,mereka berdua cukup mengerti dengan keadaan Jiraiya.

"Apa itu benar ?" Jiraiya seperti bertanya pada dirinya sendiri.

Grep! Orochimaru memeluk jiraiya,dia membenamkan wajah itu pada perutnya dan dia juga mengelus rambut Jiraiya.

"Ya tentu saja." Ucap orochimaru yakin. Dia tau anaknya tidak akan membenci ayahnya.

Jiraiya memeluk pinggang orochimaru,dia melingkarkan lengan kokohnya pada tubuh ramping itu, Jiraiya dapat merasakan rasa tulus yang orochimaru miliki.

"Aku benar-benar bersyukur memilikimu dan mitsuki." Batin Jiraiya,dia mengeratkan pelukannya.
.
.
.
"Mitsuki, sarapan sudah siap." Orochimaru menyeru,dia Dan Jiraiya sudah berada di ruangmakan.

"Ya," mitsuki sudah berada disana,dia duduk didepan ayahnya, ibunya duduk disamping ayahnya.

"Ittadakimasu." Ucap mereka serentak,mereka memakan sarapan yang di buat oleh orochimaru.

"Uwah,ternyata masakanmu enak juga,kau sepertinya pandai memasak orochimaru." Jiraiya terpukau dengan rasa masakan sederhana itu,karna siapa sangka, orochimaru yang biasanya hanya berkutat dengan zat-zat kimia dan eksperimen-eksperimen diluar nalar dapat memasak dengan rasa yang tergolong enak. Jiraiya masih terkejut.

"A-aku belajar memasak,karna di markas hanya ada aku dan 3 buah anak buahku,dua diantaranya tidak mau jika harus berkutat dengan bumbu dapur dan hanya satu anak buahku yang bisa memasak dan dia membantuku,kau kenal uzumaki karin kan." Orochimaru sedikit memerah karna pujian itu,rasanya berbeda dengan pujian yang di lontarkan oleh suigetsu saat pertama kali dia mencoba masakannya. Rasanya sangat menyenangkan dipuji oleh suaminya.

"Ohh,aku mengerti,jadi seperti itu. Tapi memang benar masakanmu ini sangat enak,kau benar-benar istri yang sempurna." Jiraiya begitu saja memuji orochimaru dengan mengatakan kalimat yang membuat orochimaru merasa sangat malu dan juga senang sekaligus,dia malu karna disitu ada mitsuki dan senang karna lagi-lagi dipuji oleh suaminya.

"Dan juga ibu yang sempurna." Mitsuki menyahut,dia memandang orochimaru, orochimaru memandang balik,tatapannya tidak kuasa menahan haru,ini pertama kalinya Mitsuki mengatakan itu sejak dia pergi jauh darinya,ya tentu saja ini juga karna keinginannya dan juga dia percaya pada murid yang dipercayai oleh suaminya untuk menjaga anaknya,karna tidak menutup kemungkinan jika mitsuki berada di dekatnya dia akan terancam karna hingga sekarang masih saja ada yang membenci orochimaru dan dia tidak mau membahayakan anak semata wayangnya itu.

"Mitsuki." Orochimaru berdiri,dia mendekati anaknya sedikit berlari lalu,,

Grep! Dia memeluk mitsuki,bahkan airmatanya sudah mengalir tak kuasa menahan haru dan juga rindu pada mitsuki. Bagaimanapun juga, mitsuki adalah anaknya dan dia ibunya,dia ingin selalu dekat dengan mitsuki namun keadaan dan kekhawatirannya yang membuatnya harus berjauhan dengan buah hatinya.

Jiraiya memperhatikan semua itu sendari tadi,mitsuki hanya diam,dia memegang lengan baju orochimaru dan pandangannya menatap pada Jiraiya. Jiraiya mengerti.

"Orochimaru,," Jiraiya bangkit dan meraih pundak orochimaru, orochimaru menoleh, matanya terlihat sembab dan masih mengeluarkan air mata, Jiraiya menghapusnya.

"Tenanglah." Jiraiya mengatakan itu dan dia tersenyum lembut pada orochimaru. Orochimaru yang melihat itu, lantas merasa tenang,dadanya merilex dan juga deru nafasnya lebih pelan. Dia berhenti menangis.

Setelah orochimaru tenang,dia memandang mitsuki, mitsuki tidak mengatakan apapun dan juga tidak memandangnya.

"Maafkan ayah,mitsuki." Jiraiya berganti memeluk Mitsuki,dia mengucapkan kata maaf berkali-kali,dan setiap kata itu diucapkan pelukannya juga semakin erat.

"Ayah tidak menyalahkanmu jika kau membenci ayah."

"Ayah pantas mendapatkan itu"

"Ayah sudah keterlaluan"

"Kau boleh marah pada ayah."

"Tapi ayah mohon,maafkan ayah mitsuki." Jiraiya masih tetap memeluk mitsuki. Belum ada respon dari mitsuki, orochimaru yang memperhatikan itu merasa sedikit khawatir,mungkin mitsuki memang membenci ayahnya. Tidak, jangan sampai hal itu terjadi.

"A-ayah,ayah,ayah,hiks!" Mitsuki merapal kalimat itu,dia menangis hingga sesenggukkan.

"Ayah disini mitsuki,ayah disini." Jiraiya berusaha menenangkan mitsuki, mitsuki memeluk balik Jiraiya,dia menangis di bahu ayahnya. Dia memeluk sangat erat ayahnya.

"Mitsuki,,mitsuki sayang a-ayah,," ucapnya pelan,dia kesulitan karna sesenggukkan namun Jiraiya dapat menangkap apa yang di maksud oleh mitsuki. Dia seketika merasa di terpa badai kebahagiaan saat mengetahui ternyata mitsuki tidak membencinya,sama sekali tidak. Dan perkataan orochimaru benar.

"Ayah lebih menyayangimu." Jiraiya mengecup rambut anaknya,membagi rasa hangat dan rindu dalam waktu yang bersamaan.

"Mereka memang ayah dan anak." Batin orochimaru saat melihat mereka berdua tengah berpelukan dan berbagi tangisan. Sungguh awal yang indah untuk memulai kembali semua yang hampir hilang karna jarak.

"Apa kau tidak ada misi hari ini?" Tanya Jiraiya saat anaknya sudah tenang namun masih enggan melepaskan pelukannya pada Jiraiya.

"Ah iya,aku terlambat. Haha." Mitsuki tertawa ringan khas miliknya, dia ingat jika Hari ini dia ada misi bersama timnya dan dia terlambat. Ah sudahlah,untuk hari ini saja.
.
.
.
"Kau terlambat lagi mitsuki !" Seru Boruto saat Mitsuki sudah hampir sampai. Mitsuki hanya tersenyum dan tidak membalas perkataan Boruto. Itu membuat boruto sedikit bingung, mitsuki dia,,

Nampak berbeda hari ini.
.
.
.
ᕦ(ಠ_ಠ)ᕤ

As You WishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang