Explanation

1.2K 131 6
                                    

Ninja, seseorang dengan kemampuan bertarung dan memiliki cakra, tidak memiliki perasaan, ya karna jika kalian melibatkan perasaan kedalam misi maka yang terjadi hanya kekacauan, karna memang perasaan itu rumit.
.
.
"Ero sannin!" Naruto bangkit dari kursi kebesarannya,dia segera menerjang pada pelukan Jiraiya saat dia baru saja melihat Jiraiya memasuki ruangannya. Dia sangat senang melihat guru sekaligus kakeknya itu datang setelah sekian lama.

"Kapan kau kembali ?" Tanya naruto saat dia sudah melepas pelukannya pada Jiraiya.

"Selamat datang,tuan Jiraiya." Shikamaru menyela,dia tadi belum sempat mengatakannya karna Naruto langsung saja menyerbu Jiraiya saat mulutnya baru saja terbuka untuk menyambut Jiraiya. Dasar naruto.

"Haha,iya,aku baru saja kembali semalam." Jiraiya tertawa ringan menampilkan deretan gigi putihnya,tawa yang mirip dengan milik si shappire.

"Ohh begitu,duduklah dulu ero sannin." Naruto mempersilahkan Jiraiya duduk di sofa yang ada di ruangan itu, shikamaru undur diri,ada sesuatu yang harus dia lakukan.

"Naruto." Panggil Jiraiya,dia menatap naruto. Naruto yang dipanggilpun menoleh.

"Ah tidak,apa aku mengganggumu?" Tanya Jiraiya canggung,dia menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Tidak,memang setiap hari seperti ini." Naruto menjawab dengan tenang dan tersenyum,suara beratnya membuatnya terlihat berwibawa sekarang,ya dan tentu saja karna dia hokage.

"Apa ada yang ingin guru katakan ?" Naruto beranjak,dia beralih duduk di dekat jiraiya.

"Naruto,," ada jeda.

Naruto semakin serius mendengarkan.

"Terima kasih sudah menjaga mitsuki disaat aku dan orochimaru tidak berada disini." Jiraiya akhirnya mengatakan hal itu,hal yang menjadi tujuannya kesini,selain karna ingin bertemu dengan murid kesayangan yang juga merupakan cucunya.

"Tidak perlu berterima kasih guru,ini sudah menjadi tugasku sebagai hokage dan juga muridmu,dan juga bagiku,seluruh warga desa ini adalah keluargaku." Ucap naruto,tatapan matanya menegas saat mengatakan itu, Jiraiya memperhatikannya.

"Dia sudah benar-benar dewasa." Batin Jiraiya. Bibirnya melukis senyum. Dia tidak salah menjadikan naruto muridnya.

Naruto berdiri,dia berjalan menuju jendela besar diruangannya,dia memandang desa dari balik kaca jendela itu.

"Karna aku tau rasanya kesepian. Dan aku tidak ingin warga desaku merasakan itu,terlebih dengan keluargaku,dan itu termasuk kau,guru." Naruto mengatakan hal itu,pandangannya menerawang,melayang,kembali pada masa dimana dia masih sendiri,dipanggil monster,di kucilkan,bahkan bukan karena kesalahan yang dia perbuat,dia hanya menjalani apa yang takdir tuliskan.

"Mitsuki,saat aku mendengar dia lahir,aku sangat senang,karna keluargaku bertambah,aku ingin ikut merawatnya,namun orochimaru tidak memperbolehkannya,namun ya,aku tetap sering menghubunginnya dan terkadang menengoknya,sesuai yang kau minta,aku terus menjaga mereka." Lanjut Naruto,dia tidak bergeming dari tempatnya.

"Mitsuki tumbuh dengan baik,dia menjadi anak yang pendiam,dan beberapa kali dia menanyakan keberadaanmu." Jiraiya tersenyum miris saat mendengar itu. Rasa bersalah kembali Hinggap.

"Namun orochimaru dengan perlahan dan tenang menjelaskan semua pada mitsuki,dan untung saja mitsuki anak yang peka,dia tidak terus menerus menanyakan tentangmu setelah mendengar perkataan orochimaru,namun juga sesekali dia menanyakannya saat dia benar-benar merindukanmu,guru." Naruto masih terus mengatakan perkembangan mitsuki selama Jiraiya tidak ada. Karna naruto tau,pasti gurunya itu ingin tau bagaimana perkembangan anaknya saat dia tidak ada di sisinya.

"Dan apa kau tau guru,aku sempat melihat orochimaru menangis sesaat setelah mitsuki bertanya tentangmu,memang dia sangat tenang dan lemah lembut pada mitsuki,tapi pada hari itu,dia tidak setegar itu,dia menangis,menangis dengan memeluk dirinya sendiri. Dia menangis dalam diam,karna dia tidak ingin mitsuki tahu jika dia juga sangat merindukanmu. Jika dia lemah,lalu siapa yang akan menguatkan mitsuki." Jiraiya terkejut saat mengetahui kebenaran orochimaru menangis karna dirinya,apa dirinya sejahat itu pada orochimaru,dada Jiraiya serasa memberat.

"Hari berganti,bulan berlalu,dan juga tahun,mitsuki tumbuh sehat,dia juga pintar. Dan tiba saat dia harus mulai bersekolah, orochimaru mengirimiku pesan yang berisi data diri mitsuki dan alasan mengapa dia harus disini,aku menerimanya,tanpa harus berpikir,karna aku juga ingin melihat mitsuki dan mengawasi mitsuki secara langsung, seperti apa yang kau lakukan dulu." Naruto tersenyum,dia menoleh pada Jiraiya yang tidak mengatakan sepatah katapun. Jiraiya terdiam,tatapan matanya kosong,wajahnya menampilkan penyesalan. Pandangan naruto meneduh,dia tau pasti gurunya itu tertekan saat ini. Dia sebenarnya tidak bermaksud untuk membuat Jiraiya seperti itu,namun inilah kenyataan yang harus Naruto katakan pada Jiraiya.

"Naruto,,aku,," Jiraiya bingung harus mengatakan apa. Otaknya melambat setelah mendengar itu semua.

"Aku tau guru,kau hanya perlu meminta maaf dan menebus semuanya pada orochimaru dan terlebih pada mitsuki,dia menutupi semua luka yang dia miliki dengan wajah tanpa ekspresinya itu." Naruto sudah berada didekat Jiraiya,dia menepuk bahu Jiraiya yang membuat Jiraiya menatap Naruto, Jiraiya melihat tatapan mata menyakinkan itu.

"Semua akan baik-baik saja guru,aku yakin." Naruto mengatakan itu, Jiraiya menatapnya sejenak,menelusuri kedalam mata safir itu. Mencari kebenarannya.

"Ya,semua akan baik-baik saja." Jiraiya mengangguk sembari mengatakan itu, hatinya yakin, tekatnya teguh, dia akan menebus semuanya.

"Permisi." Shikamaru mengetuk pintu sebelum masuk,naruto menyahut dan mempersilahkan shikamaru masuk, shikamaru kembali dengan nampan berisi gelas dengan teh hijau yang masih mengepulkan asap dan juga beberapa kue mochi sebagai pendamping.

"Hanya ini yang ada saat ini,silahkan dinikmati." Shikamaru meletakkannya di meja yang berada tepat didepan sofa, Jiraiya mengangguk,dan tersenyum pada shikamaru, shikamaru mengangguk.

Sementara itu ditempat lain.
"Oi mitsuki,kau harus lebih banyak bicara daripada diam." Mitsuki hanya tersenyum,dan kalian sudah tau siapa yang mengatakan hal itu,boruto.

"Boruto,kau tidak boleh terlalu berisik jika sedang melaksanakan misi,atau musuh akan mudah mengetahui posisi kita." Konohamaru selaku ketua tim mengatakan hal itu,dia menasihati murid yang juga keponakannya (secara harfiah) yang sulit diatur itu.

"Kau harus mendengarkan guru,boruto." Sarada menyahut,dia senang jika boruto sudah menjadi bahan pembicaraan atau olok-olokkan disini dan sarada tidak akan melewatkan kesempatan untuk turut menertawakan boruto. Benar-benar saudari yang menyebalkan.

"Iya kan,mitsuki." Sarada mengajak Mitsuki untuk turut mengolok boruto (secara tidak langsung) dan mitsuki hanya tersenyum.

"Ahh~, baiklah-baiklah,aku mengerti." Boruto mengalah,dia menjauh dari timnya dan melompati dahan-dahan pohon lebih dulu kedepan.

"Oi boruto! Kau tidak boleh terlalu jauh dari tim." Konohamaru meneriakki boruto yang mulai menjauh.

"Biarkan saja guru,dia tidak akan melakukan hal bodoh kali ini." Sarada menyahut dari samping konohamaru.

"Haah~, Baiklah." Konohamaru menyerah, menghadapi anak hokage ketujuh yang satu ini memang tidak mudah. Kau harus lebih bersabar konohamaru.
.
.
.
୧| ͡ᵔ ﹏ ͡ᵔ |୨

As You WishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang