First Met

37 0 1
                                    

[ Adara Felicia]

“bagaimana perkembangannya?” tanya Dokter Rinjani kepadaku

“lumayan,”

“Kamu harus menjalani tes lagi setiap dua kali dalam satu bulan,”

“Kira – kira sampai kapan saya harus menjalani ini?"

“Tak ada kepastian waktu kamu dinyatakan sembuh, karena ini penyakit mental bukan seperti penyakit fisik yang disebabkan virus maupun bakteri,”

Ya, seperti yang kalian baca. Secara tidak langsung aku sudah menjadi pasien tetap. Sudah selama dua minggu aku berkonsultasi dengan dokter Rinjani. Dan sekarang memasuki minggu ke-3 akhir. Pasokan obat juga ditambah jika tidak ada perubahan.

“Fel, jangan lupa meminum obat dengan anjuran yang sesuai. Karena fase dalam bipolar berbeda – beda, di saat manic kamu jangan menambah dosis, begitu pula ketika depresi jangan mengurangi dosis,”

“Baik dok, apa ada tambahan lagi?”

“Untuk saat ini baru itu, karena kamu juga masih dalam kondisi stabil, artinya ada masa di mana kamu merasa ‘heboh’ saat itu lah tambahan penanganan diperketat,”

“Oke terimakasih, sore dok,” Rinjani hanya tersenyum ramah.

*

“Gila bener lo, Bro! Kamar lo nyaman banget, gue pakai pacaran juga ga ada yang ganggu ini pasti,”

“Lo mau mesum di Rumah Sakit?” ujar seorang remaja laki – laki seumurannya

“Wah! Cocok banget! Kok lo pengertian sih jadi teman,”

“Apa apaan lo!”

Aku hanya sempat memperhatikan mereka sebentar karena suara obrolannya terlalu keras hingga menarik keingintahuanku yang sudah melonjak – lonjak. Aku lalu melanjutkan langkahku menuju taman hijau. Tempat yang menjadi favoritku sejak aku menginjakkan kaki di rumah sakit ini. Dokter Rinjanilah orang pertama yang menyarankan tempat ini. Hijaunya tanaman dapat mengurangi beban pikiran. Taman ini penuh dengan kesegaran bau bunga dan dedaunan. Selain itu, juga disediakan tempat duduk bagi mereka yang ingin rehat sejenak.
“Lagi bayangin apa sih?”

Aku yang sempat terpejam sontak membelalakkan mata ketika mendapati seorang lelaki duduk di sampingku. Tubuh lelaki itu disertai juntaian selang dengan backpacker ditangannya yang menjadi alur sumber selang.

“Kepo banget,” aku hanya malas menanggapi orang asing

“Kamu juga nguping di kamarku tadi,”

Aku mengingat sejenak. And see! Jadi pemilik kamar itu adalah lelaki di sampingku ini.

“Lo juga ngikuti gue kan?” telakku

“Aku melihatmu beberapa minggu ini,”

Aku hanya terdiam.

“Halo? Kamu kok tiba – tiba tuli sih?”

Lelaki itu pun hanya tersenyum singkat “Aku cuma mau perkenalin diri aja, tapi dengan sikap dinginmu itu-”

“Biar gue tebak. Lo adalah tipe lelaki yang tak mempedulikan aturan karena itu membuat lo merasa memegang kendali. Apakah gue salah?”

“Ya, kamu benar. Apakah kamu pikir itu unik?”

Aku hanya memutarkan bola mata dan mengalihkan pandangan pada kolam ikan di seberang.

Hingga tiba – tiba seorang perawat sepertinya memanggil nama lelaki di sebelahku.

“Kenzi apa yang kamu lakukan di situ?”

Lelaki itu terkesiap dan beranjak dari tempat duduk. “Umm, ini mbak cuman ingin refresing,”

“Segera kembali ke kamarmu dan pakai maskermu kemana pun kamu pergi, Ken,”

Ia kemudian berjalan menghampiri perawat tersebut sebelum ia tiba – tiba menghentikan langkahnya dan membalikkan badan untuk menanyakan namaku.

“Hey! Sedikit nama untuk profil psikologismu. Namaku Kenzi Putra Tristan. Namamu?”

“Tuli,” jawabku sekenanya.



Hello readers!!!
Cerita ini akan saya buat sudut pandang orang pertama bergantian
Yang artinya kadang saya ambil dari sudut pandang Adara ataupun Kenzi

Thanks for reading<3

Fair BiancaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang