SOK KENAL SOK DEKAT

39 19 9
                                    

Sinar matahari yang masuk melalui celah-celah jendela telah hilang. Seperti ini lah kehidupan gadis berambut hitam se-bahu itu saat hari libur.

Tak peduli alarm yang terus menerus berdering dan ketukan pintu dari kakak perempuannya yang semakin bertambahnya jam semakin keras. 14:11, ini siang ataukah sore?

"Caca! Udah ke 64 kali gue ngetuk pintu lo. Plis kali ini lo bangun, terus ambil laundry-an. Gue CAPEK," omel Vivi.

Adel membuka pintu lalu menatap Vivi dengan senyum khasnya. "Maaf ya,"

"Pas ya Mas," Afandi menghitung kembali uang kembalian yang diberikan penjaga laundry.

"Astaga,"

Semua orang menoleh. Gadis berpiyama pink itu sontak membalikkan badannya, ia tau kalau itu polisi yang di ceritakan Vivi. Hal ini membuat Afandi menaikkan satu alis tebalnya lalu pergi. Adel menjentikkan jarinya.

"Aroma Terre D'hermes!"

Adel berlari kecil ke penjaga laundry dan membisikkan "Eh Ran, dia sering ke sini?"

"Baru-baru ini sih sering, kenapa Del?" Rania menanyai balik.

"Lo pasti dikasih nomornya kan? Bagi dongg," Adel sambil melukiskan sesuatu di meja kasir menggunakan tangannya, lalu nyengir.

"Ciee udah move on dari Arjun lo?" ujar Rania.

"Belum sih.. Tapi dia ganteng bangeettt!" puja Adel membuat Rania ingin menendangnya dari sini.

"Bang, pijitin gue dong," ujar Satria, adik laki-laki kesayangannya.

"Ogah mending gue cabut ke rumah Arles," Afandi mengambil kunci motor lalu pergi.

"Abang mau kemana?" tanya seorang lelaki paruh baya berkumis itu membuat Afandi yang hendak membuka pintu menoleh.

"Bukannya tadi aku udah pamit ya Yah? Mau ke rumahnya temen,"

"Oiya ya, nanti kalau pulang beliin shampo,"

"Siap,"

"Chat apa enggak ya?" Adel sambil menatap langit-langit kamarnya. Nomornya sih ada tapi nyalinya yang gak ada.

"SKSD-in ajalah,"

"Caca buruan kasih makan Paw ntar mati," ujar Vivi sepertinya dari ruang tengah karena ada suara kartun kesukaannya, Doraemon.

"Bentar gue pendekatan dulu,"

"Maksutnya?" Handphone Adel bersuara.

"Astaga!" pekik Adel, lalu melemparkan benda bersuara tadi.

"Halo? Salah sambung ya?"

"A-ah iya kak salah sambung. Maaf ya," lagi-lagi Adel mematikan secara sepihak.

"Bodoh! Adel bodoohhh," Adel menampar wajahnya sendiri. "Kalo dia denger semuanya mampus gue"

"Cacaaa!"

"Iya ini jalan," Adel menyibakkan selimutnya dengan kasar lalu menghampiri Paw, si kelinci putihnya.

"Siapa?" tanya Arles yang melihat Afandi kesal saat menerima telepon.

"Tau nih, salah sambung katanya. Tapi kayanya gue pernah denger suara ini,"

"Mau ikutan kagak?" Arles menyodorkan stick playstationnya.

Cowok berkaos kuning dengan bawahan jeans selutut itu langsung menyahut apa yang diberikan teman sebayanya sambil terus mengutak-atik handphone-nya.

Eagle Team

Galendra Afandi : Pada nganggur kan? Semuanya gue tunggu di rumah si Arles.

Andreyo Candra : Aseekkk, bau-bau makan besar niehhh.

Faris Pamungkas : Gak bisa, gue lagi ngerokin bapak.

Yudi Dimasija : Otw.

Fatih Glen Syahputro : YUD, GUE NEBENG DONGG.

Yudi Dimasija : Rumah gue sama lo itu kayak komputer sama mouse bro, jauh banget.

Fatih Glen Syahputro : Mana ada, orang kita sekomplek. Udah buruan jemput gue.

Harles Maulana : Kadang nyesel punya temen kea lo pada, ngerusuh mulu heran.

Faris Pamungkas : Weh gue ikutaannn.

"Lo makin gede aja sih Paw gemes gue," Adel mengelus bulu-bulu halus kelincinya.

"Paw lo ngerti gak? gue malu banget sumpah. Ntar kalo ketemu lagi gimana astaga,"

"Ketemu siapa, Ca?" pertanyaan Vivi membuat Caca menoleh

"Eh? Itu.."

. . .

vote dan komennya jangan lupa ya kak!

ADELSAV CASIYALA
GALENDRA AFANDI

-23 apr 2020

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CASABLANCATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang