“No ... bangun No, No ... Eno bangun!” Aku berteriak sambil mengguncang-guncang sisi kasur yang kosong. Sudah tiga kali teriakan kencang kukeluarkan. Namun, manusia dengan kromosom XY ini tidak juga membuka matanya. Jika sudah begini jangan salahkan aku jika nanti laki-laki ini harus konsultasi dengan dokter THT.
“Arkeno Avaron bangun sebelum susu lo –” Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, mulutku sudah disumpal telapak tangan yang lebih mirip raket nyamuk –terlalu lebar.
“Berisik lo pagi-pagi Yam.” Aku mendelik sebal saat Eno memanggilku ‘Yam’.
“Yam ... yam lo pikir gue ayam.”
“Nama lo kan memang a.ye.a.em.” Eno berkata santai sambil berjalan menuju kamar mandi.
“Nama gue a.ye.a. ngga usah ditambah huruf em.” Aku mengeja namaku dengan suara lantang, sengaja biar makhluk jelmaan setan itu dengar. Namun, tidak ada sahutan lagi dari arah kamar mandi hanya suara gemricik air yang terdengar.
Aku tersentak kaget saat tiba-tiba ada seseorang menepuk pundakku. Ternyata tepukan itu menyadarkanku bahwa semua itu hanyalah kenangan manis. Sudah tiga bulan ini rutinitas pagi itu tidak terjadi.
“Demi Tuhan, ngelamun mulu kerjaan lo.” David berkata dengan gemas.
Aku hanya tersenyum, menarik tangan David menuju arah kembarannya, Dariel yang ada di bangku bagian belakang.
“Kantin yuk, Dar!” ajakku sambil menarik tangan Dariel untuk berdiri.
Dariel menatapku tidak suka. “Ya ampun Aya Mehika gue lagi push rank monyet!”
Mendengar teriakan Dariel membuatku mendongakkan wajahku, menatap Dariel dengan tajam. “Oh ... jadi lo gak mau nemenin gue nih?” tanyaku dengan polos namun terdengar nada ancaman. Pasalnya kartu AS si kunyuk Dariel ada di tanganku.
Dariel gelagapan.“E –engga gitu Ya, gue cuman kesel aja lo ganggu.”
“Udah Vid kita ke kantin berdua aja. Adik lo udah ga mau.”
Seperti biasa suasana kantin selalu ramai. Satu orang yang menjadi pusat perhatian mataku sejak awal masuk kantin –Eno. Laki-laki itu sedang fokus dengan komik di tangannya. Laki-laki penyuka anime jepang itu tidak terusik dengan keramaian kantin. Pantas saja kucari dia di kelas sudah tidak ada. Rupanya laki-laki itu sudah ke kantin duluan.
“Ya, lo ke Ken dulu sana gue sama Dariel mau pesen makan.”David berkata sambil mendorongku menjauh dari sisinya. Sepertinya David tahu jika ada yang tidak beres dengan hubunganku dan Eno sejak beberapa bulan terakhir. Eno memang tidak terang-terangan menjahuiku namun, sikapnya yang terkesan dingin menegaskan bahwa memang Eno sedang berusaha menjauh.
“No,” panggilku pelan namun mampu menarik perhatian Eno. Si empu yang kupanggil hanya mendongak lalu tersenyum tipis. Aku jadi kikuk sendiri.
“Geser dong No.” Lagi-lagi manusia itu tidak berbicara, hanya menuruti perintahku. Sialan memang laki-laki ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ten Years in Miracle (✔)
Teen FictionArkeno menjauhi Aya karena gadis itu menyukainya diam-diam. Seperti yang tertulis di diary Aya, gadis itu sudah menyukainya sejak sepuluh tahun yang lalu. Kebersamaan mereka sepertinya menumbuhkan perasaan berbeda pada Aya.Alibi tidak ingin menyakit...