Chapter 01

70 6 0
                                    

"Ketika akal dan asa menyatu, takkan ada siapapun yang dapat memisahkan keduanya untuk bertemu"~ Mira



_*****_



















plak ...

"Aduh, sakit tau. Kamu kenapa, sih?"

"Dasar curang! Kelerengmu belum keluar baris, itu berarti kamu belum menang. Trus ngapain kamu ambil kelerengku," ujar gadis kecil pada salah satu temannya.

"Kamu gak liat itu? Keluarlah, berarti aku menang. Kamu aja yang gak liat," dengkus anak laki-laki sembari mengusap pipi merahnya.

"Ih, gimana, sih? Punya mata makanya dipake jangan buat pajangan doang, Angga!" tukas gadis tersebut sembari berkacak pinggang.

"Mata kamu tuh yang jangan jadi pajangan doang, Mira!" Anak bernama Angga tak mau kalah.

Keduanya saling berhadapan dan beradu tatapan tajam. Teman-temannya tak ada yang berniat untuk meredakan amarah mereka.

"Pokoknya, kembalikan kelerengku. Cepetan."

"Gak, inikan udah jadi punyaku."

"Balikin!"

"Gak mau!"

"Kembalikan, Angga!"

Akhirnya terjadilah aksi tarik-menarik yang sengit. Semua teman yang menyaksikan hal itu bersorak gembira mendukung jagoan masing-masing.

"Mira! Angga! Ngapain kalian ini? Udah-udah lepas. Gak baik kalian bertengkar seperti ini. Ayo minta maaf," relay Malik, Ayah dari Angga.

"Dia tuh, Pak. Mira yang harus minta maaf," ujar Angga masih berapi-api.

"Enak aja. Kamu yang salah ngapain aku yang minta maaf," elak Mira.

"Udah. Angga, kamu minta maaf!" Tegas Pak Malik.

Belum sempat menjawab, ayahnya kembali menyela, "kamu kan laki-laki, harus ngalah sama yang perempuan. Ayo, sekarang minta maaf sama Mira. Bapak gak suka kalo kamu gak nurut."

"Ya udah, aku minta maaf, Mira," ucap Angga sembari mengulurkan tangan.

Masih dengan wajah rusuhnya, Mira mengulurkan tangan tanda perdamaian.

"Sini kelerengku," ujar Mira mengulurkan tangan.

"Kan ini punyaku, Mir."

"Angga, kembalikan kelerengnya Mira." Pak Malik menengahi. Lagi.

"Nih, dasar perempuan!"

Setelah semua berakhir, masing-masing anak pulang menuju rumahnya. Lapangan adalah salah satu tempat adu kekuatan bagi Angga dan Mira. Mereka memang tak pernah terlihat akur sekalipun. Jalan pemisahnya adalah kehadiran Malik sebagai pawang menghadapi kenakalan anak di setiap permainannya.

                            _*****_

Gadis dalam balutan kebaya modern tampak tersenyum geli mengenang betapa nakalnya ia di masa kecil. Sesekali mengusap pelan wajahnya dengan gelengan kepala.

Rambutnya tergerai, panjangnya sudah melebihi pinggul. Ia memang menyengaja memeliharanya agar tumbuh lebih panjang. Menurutnya, ini cantik dan akan semakin cantik jika bertambah.

Dipandanginya jari manis yang sekarang telah melingkar cincin emas bermahkota berlian kecil yang indah. Sangat indah.

Statusnya pun sekarang ikut berubah. Sebentar lagi ia akan menikah dan melepas masa sendirinya.

Aku Mencintaimu, RapunzelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang