Abel membuka pintu kamar bernomor 114. Ia memasuk dan berjalan menghampiri pasien yang terbaring dengan alat bantuan. Mama nya itu tidak sendiri, ia tidur ditemani oleh papahnya. Abel yang melihatnya hanya bisa menahan sedihnya.
Abel memegang pundak papahnya sontak papahnya pun terbangun.
"Kamu tumben lama datengnya Bel?" Tanya papahnya raut mukanya terlihat khawatir.
"Tadi aku belum dapet drivernya pah. " Jelas Abel sambil duduk dikursi samping papahnya Abel pun mulai memainkan jari manis mamahnya dan menciumnya.
Vero tersenyum miris melihat istrinya yang tidak bisa melihat Abel sekarang, Vero tahu pasti Abel butuh mamahnya untuk bercerita segala hal.
"Terus kamu kesini gimana Bel? " Tanya papah Abel.
"Aku bareng sama temen pah, katanya rumah dia searah sama rumah sakit. " Balas Abel.
"Bekal mu sudah dimakan kan nak? " Tanya papah Abel.
Abel yang mendengarnya pun kaget merasa tak enak hati karna bekalnya tak sedikit pun ia makan.
Abel menunduk. "Pah maaf bekalnya gak aku makan. " Kata Abel dengan sedih.
Vero mengerutkan keningnya. "Loh kok bisa gak kamu makan? " Tanya papah Abel.
"Maaf pah tadi ada yang lari dari arah kanan aku terus aku ketabrak sama dia jadi, aku ke dorong terus bekal nya jatuh berantakan. " Kata Abel penuh salah. Ini sama sekali bukan salahnya tapi, ia benar-benar merasa salah.
"Tapi kamu gak kenapa-napa kan sayang? " Risau papahnya.
"Aku gak kenapa-napa pah. Papah gak marah bekalnya gak aku makan?" Kata Abel dengan wajah polosnya.
Vero yang mendengarkannya hanya tersenyum ia masih menganggap Abel putrinya ini masih anak kecil.
"Gak sayang. " Balasnya lembut.
Keduanya pun terdiam sambil menggenggam tangan Citra.
"Cepat pulih mah. " Batin Abel
"Cepat pulih sayang, aku dan Abel rindu kamu. " Batin Vero.
*****
Gino berbaring melihat langit kamarnya. Senyum dan tatapan Abel masih terbayang dipikirannya. Abel seperti menjadi lukisan dipikirannya.
"Eh tapi dia culun apa gimana ya, ko bisa gak tau gue? " Kata Gino bermonolog.
"Sedangkan aja satu sekolahan kenal gue, karna gue most wanted. Apalagi cewe cewe paling tau gue, dari semua guru sampe ibu kantin, apalagi yang sering gue utangin. Tapi, ternyata ada satu cewe yang gak tau gue, kaget gue. " Lagi lagi Gino berucap sendiri.
"Ih tapi seriusan kenapa gue jadi mikirin si Abel ya. " Gerutunya.
Benar saja malam ini Gino tidak bisa tidur masih membayangkan senyuman dan tatapan Abel seperti tidak mau hilang dari fikirannya.
*****
Pagi sekali Abel sudah tiba dikelas. Bukan karna ia piket jadi datang pagi tapi, karna ia takut ditabrak lagi oleh Gino atau yang lain.
Tibanya di kelas ia hanya melihat tiga orang temannya mereka sibuk dengan gadget dan earphonenya.
Abel menghembus napasnya kasar sambil membanting bokongnya ke kursi. Tas nya ia taruh di meja dan ia mengeluarkan novelnya. Tak lupa telinganya ia tutup dengan earphone agar lebih nyaman membaca.
Merasa dirinya dilihat orang seseorang, Abel pun menengok ke kanan ke arah pintu. Dan benar saja. Ada Gino yang melihatnya. Abel hanya mengerutkan keningnya ia bertanya didalam hatinya apakah Gino sedang mencari orang? Tak mau ambil pusing ia pun melanjutkan aktifitas membacanya.
Ternyata disamping kursi nya yang kosong telah diisi oleh seseorang, Abel tau tapi Abel tetap diam tak menghiraukannya.
Gino merasa kehadirannya tak dilihat oleh Abel akhirnya membuka topik.
"Bel nanti istirahat bareng yuk. " Ajak Gino. Tapi, tak ada jawaban sekata pun dari Abel.
Gino gugup karna tidak dijawab oleh Abel, ia merasa telah mengganggu nya.
Gino menepuk pelan lengan Abel. "Bel... " Kata Gino.
Abel pun tersadar dan mengecilkan volume music nya. "Eh kamu kenapa? " Tanya Abel. Gino menatapnya seperti sedang ditanya oleh anak kecil.
Perkataanya yang tak direspon pun Abel melambaikan tangannya didepan wajah Gino. "Heyy." Ucapnya.
Gino pun tersadar. "Eh itu mmmm- nanti eh apa ya. " Kata Gino gugup sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Kenapa sih kamu? " Tanya Abel bingung.
"Eh iya nanti lo istirahat bareng sama gue ya? " Pinta Gino ia berusaha menetralkan gugupnya.
"Tapi aku bawa bekal. " Balas Abel sambil menunjuk bekalnya. Gino pun mengikuti arahan jari Abel. Ia melihat kotak bekal makan Abel.
"Eh iya ya. Yaudah deh eumm-. " Gino berucap tidak jelas karna kegugupan nya.
"Kamu kenapa sih gugup? Abis lari lagi? " Tanya Abel heran.
"Eh enggak. " Spontan Gino menjawab dengan jelas.
"Yaudah lo makan bekal nya dikantin bareng gue gimana mau? " Ajak Gino.
Abel pun mengangguk sambil tersenyum. "Yaudah iya. "
"Please Bel senyuman lo itu. " Batin Gino dengan gugup.
*****
See-youuuuu gaisss❤❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't leave me
Teen Fiction"Bel maaf aku harus pergi" Ucap Gino penuh salah. "Yah baru aja masuk bioskop, kamu udah mau pergi aja" Balas Abel yang kecewa sambil memakan pop corn yang ada ditangannya. Lagi, lagi sudah berapa kali Gino meninggalkan nya begitu saja, tanpa alas...