Pagi itu wajah Deno semakin terlihat seperti mayat hidup, lingkaran hitam di sekitar matanya terlihat jelas menandakan semalam ia tidak tidur dengan nyaman. Deno melangkahkan kakinya di depan pintu sayup-sayup ia melihat dari kejauhan dua preman sedang membawa alat pukul, matanya bergetar membelalak melihat apa yang ada di depannya. Ia bergegas kabur dari pintu belakang sebelum terdengar teriakan dari arah belakangnya.
“ WOY MAU LARI KEMANA KAMU !” secepat kilat dia pun berlari saat dikejar preman itu, segera dia naik bajaj dan disusul preman tersebut dengan mengendarai motor entah dari mana. Sopir bajaj pun menanyakan tujuan dan Deno minta diantar ke pinggiran kota, setelahnya Deno baru menyadari ia tidak membawa uang sepeserpun membuat sopir itu marah dan meninggalkannya di tengah hutan. Preman tersebut rupanya masih mengejar hingga akhirnya Deno masuk kedalam hutan lebat tersebut sampai ia sendiri tersesat di sana.
Kedua preman itu akhirnya menyerah mencarinya. Kunang-kunang mengelilingi pandangan Deno, yang terdengar hanya suara napasnya yang tersengal saja dalam sekejap semua menjadi gelap. Ia terbangun oleh suara burung hantu, perutnya berguncang mengeluarkan isi didalamnya. Sekarang perutnya bunyi merasa kelaparan, di hutan yang gelap ia tidak dapat melihat apa-apa. Binatang licin dengan suara mendesis menjamah kakinya sontak ia langsung berdiri pergi meninggalkan tempat itu. Namun sayang ia kembali lagi di tempat ia pingsan sebelumnya dengan tanda satu batu besar di sekitar tempat itu.
Sudah seminggu dia menetap di hutan itu bertemu berbagai binatang, ia bertahan hidup hanya dari air hujan. Hampa, sepi, dan tidak ada obrolan. Ia rindu dengan rumah, bahkan ia sendiri tidak tahu bagaimana sudah kabar kedua orang tuanya, seketika air jatuh di kedua matanya mengalir deras bersama erangan penyesalan. Meratapi tindakan bodohnya selama ini , sudah berapa kali Deno mencoba untuk keluar dari hutan ini namun sayangnya ini seperti labirin yang tiada akhir.
Penampilannya yang sekarang pun jauh dari kata normal, pakaiannya kotor dan rusak. Pengelihatannya kian memburam, Deno sempat menuliskan informasi dirinya dan alamat orang tuanya jaga-jaga jika ada yang menemukannya. Namun semua itu nihil, pupus harapannya bertemu keluarga, Deno telah gagal membanggakan orang tuanya. Ia hanya menatap kosong langit biru mengingat kembali lembaran memori saat semasa ia kecil bermain bersama ibu dan ayahnya dengan suka riang, melihat ayahnya pulang dari kantor dengan wajah letih di raut wajahnya tapi semburat senyum tidak pernah lepas, dan ibunya yang selalu memasakkan makanan favoritnya. Seketika kembali kristal bening keluar dari pelupuk matanya, sebelum matanya tertutup rapat dan hembusan napasnya terhenti “ Maafkan Deno ayah maafkan Deno bu…” seminggu setelahnya ada sepasang pendaki yang melewati hutan, “AAHHH” teriak sang wanita setelah menemukan mayat yang terlihat sangat kering dan dikerubuni belatung, nampak jelas batu besar terukir nama “DENO” di sampingnya.
***tamat***
KAMU SEDANG MEMBACA
Hedonisme berakhir kehancuran
Historia CortaDeno mencoba ingin diakui dengan membelanjakan seluruh uangnya tapi tidak tahu apa yg akan terjadi selanjutnya