VI.

14 2 0
                                    

Sesuai janji, HeMin pergi ke jembatan pelangi, menunggu HaLi dan Tetua kenalannya yang akan menjemput. Ia merapikan kepang rambut dan jubah seragamnya, merasa agak gemetar karena terlalu bersemangat.

Tunggu punya tunggu, siapa yang menyangka kalau ternyata Tetua baik hati yang disebut-sebutkan HaLi ini ternyata seekor ular raksasa! Jantung HeMin nyaris copot saat tiba-tiba kepala penuh sisik berwarna putih mutiara muncul di hadapannya, disusul badan melata bergulung-gulung yang hampir menutupi separo lebar jembatan. Ia sudah hampir menjerit, tapi kemudian HaLi dan JinNi meluncur turun dari punggung si ular raksasa.

"HeMin! Jangan takut! Ini Tetua Bai! Dia yang akan mengantar kita hari ini!" HaLi menenangkannya.

Agak lama HeMin berupaya pulih dari syoknya. Ia masih merasa jeri saat melihat si ular putih, namun makhluk itu sendiri tampak cukup jinak. Ia menunggu dengan diam di jembatan, mata almondnya yang sewarna emas menatap santai HeMin.

"Wah, baju seragammu anggun sekali!" puji JinNi, memainkan lengan jubah HeMin yang lebar dan penuh sulaman daun bambu dalam nuansa hijau muda.

Untuk sejenak HeMin melupakan Tetua Bai dan menatap kedua kawannya baik-baik. Ia merasa pangling. JinNi tampak gagah dalam seragam serba hitam, dengan jubah luaran berlengan tertutup tanpa lambang apapun selain setangkai lycoris merah di bagian punggung. Sementara HaLi, itulah pertama kalinya HeMin melihatnya rapi dan tak dekil. Seragamnya hijau gelap, jubah luarnya bersulam dedaunan willow, benar-benar menakjubkan. Hanya poninya yang tetap mencuat tak karuan, gelungan rambutnya pun miring, HeMin tertawa kecil sambil merapikan rambut si bocah.

"Terima kasih. Kalian juga tampak hebat! Warna hitam membuatmu kelihatan gagah, JinNi!"

JinNi tersenyum senang mendengar pujiannya.

"Sebelum ke sini, aku dan JinNi pergi menjemput MuYue dan ZhuaiGe dulu," cerita HaLi. Ia berbalik dan melambai.

Karena terkejut melihat Tetua Bai, juga sibuk memperhatikan teman-temannya sendiri, HeMin baru menyadari keberadaan dua anak itu kemudian. Satu perempuan, satu laki-laki. Yang perempuan mengenakan jubah putih dengan pola sulam sayap bangau khas Puncak ErMei, yang lelaki memakai jubah putih bermotif awan kelabu khas asrama Bai Zhan. Yang perempuan mengingatkan HeMin pada Luna Lovegood, sementara yang lelaki mengingatkannya pada Draco Malfoy.

Ren MuYue. MaFen ZhuaiGe.

Kemiripan ini membuat HeMin kembali tercekat. MuYue kini berambut hitam dan bermata gelap, namun senyum di bibir itu, HeMin tak akan keliru dalam mengenalinya. Hermione mengenal Luna sedari remaja, ia bahkan menghabiskan hari-hari tuanya hidup bertetangga dengan wanita itu. Di usia senja keduanya masih betah melajang, dan lebih tertarik bercocok tanam sambil mendiskusikan novel dan buku-buku terbaru ketimbang mencari jodoh. Minum teh setiap sore, main musik di waktu malam, dan terkadang menjelajahi seantero Inggris dengan membawa keranjang piknik selagi memancing satu atau dua keributan. Kehidupan yang penuh petualangan riang, seperti gambaran ilustrasi Old Merry Aunties buah karya Inge Look.

"We'll meet again, don't know where, don't know when... but I know we'll meet again some sunny day..." senandung Luna, senyum di bibirnya waktu itu berbanding kontras dengan airmata yang bercucuran di pipi. HeMin ingat ia membalas senyum sahabatnya itu, menggenggam erat tangannya, dan menghela napas terakhir tanpa penyesalan.

"Aku Ren MuYue," kini, sekali lagi, seorang teman lama kembali ke hadapannya. Seperti halnya HaLi, LuoEn ataupun JinNi, tak ada yang bisa HeMin lakukan untuk membuktikan apakah ini reinkarnasi mereka ataukah cuma pinang dibelah dua. Ia tersenyum lebar; meski airmata menggenang di pelupuk mata.

"Aku Lan HeMin."

MuYue mengulum senyum, dan tiba-tiba memeluk HeMin. Walau kaget, HeMin membalas rangkulannya.

PusparagamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang