✨Happy reading.✨
...
Kalau ada hal-hal yang membebani diri, lebih baik tinggalkan. Karena kita terlalu muda untuk stress.
Attarazka Imanuel.
🍁🍁🍁
Cowok dengan perawakan tinggi itu sedang menatap sang pujaan hati dengan senyum merekah, memerhatikan Ilona dari jarak jauh saja sudah membuatnya bahagia, entah mengapa ia bisa sebucin ini. Tidak ada yang mengajarinya, namun ketika Ilona terus hadir di hidupnya, membuat seluruh dunia Azka hanya mampu menatap dan mamikirkan segala hal yang menyangkut tentang Ilona.
Seberapa bucin Azka? Jangan ditanyakan, kalian hitung pakai rumus matematika dengan berbeda cara pun hasilnya akan tetap sama, tidak terhitung, dan juga tidak ada batasnya.
Ia sudah mendekati Ilona hampir 2 tahun, namun Gadis itu sama sekali tidak menoleh pada keberadaanya. Hal itu cukup membuat Azka pusing dan juga bingung harus dengan cara apalagi supaya Ilona dapat balik menyukainya.
Nampak tidak mungkin bukan? Tapi apakah kalian pernah berpikir? Bahwa sesuatu yang tidak mungkin juga, dapat mungkin jika Tuhan yang menghendaki, sekali pun tentang perasaan, Tuhan akan membolak-balik perasaan hambanya.
Azka tersadar, lamunannya membuat ia kehilangan jejak Ilona. Ia bangkit, lalu mengejar Ilona yang nampak tidak jauh dari matanya, Gadis itu keluar dari Kantin.
"Kemana Lo?!" teriak Raga, si lambe turah yang suaranya membuat orang-orang menatap kearah meja mereka.
"Gak usah teriak, bego! Si Azka 'kan punya doi, lah lu!" sewot Gerry.
"Sekate-kate, doi gue banyak, tapi gue gak pernah sombong! Karena emak gak pernah ajarin hal itu."
"Laganya, so iya! Padahal kerjaannya baperin anak orang," dumel Chiko karena merasa kesal dengan ucapan Raga barusan.
"Tunggu aja, aku sedang memperbaiki diri, supaya cocok bersanding denganmu," ucap Raga dengan nada so alimnya, membuat mereka yang ada di sana ingin segera muntah.
"Ga, Ga! Lu pikir kita gak mual apa denger segala bualan gak berbobot lo itu, inget ya, Somad! Sebelum lu insaf, gak ada cewek yang mau terima masa lalu lo dengan baik nantinya," timpal Miko yang sedari diam dan memilih berhenti mengunyah lalu beralih menatap Raga di depannya.
"Betul itu, apa kata Miko, tapi ... otak lo, encer bener Bang, dapet dari mana kata-katanya?" celetuk Chiko yang menatap kakak kandungnya dengan mata menyipit.
"Lambemu! Lo emang gak pernah akui kepintaran gue selama ini." Rigel yang sedari tadi hanya diam, ia tidak berminat menimpali segala ucapan sahabat-sahabatnya itu.
Azka sudah menjauh dari pandangan mereka sekitar 7 menit yang lalu, laki-laki ini sedang mengikuti Ilona dari belakangnya, Ilona berbelok menuju taman belakang, dengan tersenyum Azka mensejajarkan jalannya di samping Ilona.
"Halo, sayang!" sapa Azka yang kini tengah merangkul Ilona, bukannya baper Ilona malah mencoba menarik tangan Azka pada bahunya.
"Lo itu emang gak tau sopan santun, atau gak di ajarin sopan santun, sih?!" geram Ilona sambil menatap tajam ke arah Azka. Hampir setahun, hidup Ilona tidak pernah tenang lagi ketika Azka mendekatinya, laki-laki itu selalu bersikap seenaknya.
"Lho? Emang salah kalo gini ke pacar sendiri?" tanya Azka dengan senyum manisnya.
"Siapa pacar lo, hah?! Lo pikir gue mau pacaran sama berandal macam lo!"
Ilona semakin mempercepat langkahnya, tidak kalah, Azka yang langkahnya besar kini sudah berdiri lagi di samping Ilona. Bodo amat dengan Azka, Ilona nampak tenang dan tidak menghiraukan Azka di sampingnya.
"Ngapain, sih, ke taman? Kalo kamu gabut kan ada aku." Ilona menahan mualnya, ia seakan ingin muntah ketika Azka selalu berucap Aku-Kamu kepadanya.
"Azka! Bisa gak, sih! lo pergi dari sini! terus jauh-jauh dari hidup gue? Gue muak tau gak, sih!"
"Yakin?" tanya Azka dengan menaik-naikkan sebelah alisnya.
"Gak ada yang mau sama cowok berandal macam lo! Sekali lagi, lo bukan tipe gue!"
"Ada ko yang mau, buktinya cewek banyak yang ngejar-ngejar aku, bahkan dia yang nembak aku duluan." memang! Azka terlalu pandai dalam hal menimpali ucapan Ilona.
"Tapi itu bukan gue, Azka!"
"Belum Ilona, nanti juga kamu naksir sama aku." Azka terlalu Pede, membuat Ilona semakin jengah padanya.
"Kakak, Azka! Bukan Ilona. Ingat status kita!" tekan Ilona, Azka terlalu menggemaskan bagi Ilona, karena selalu memancing Ilona supaya emosinya keluar.
"Iya gue inget, status kita 'kan, pacaran." Ilona menahan marahnya, tangannya sudah mengepal, wajahnya sudah merah padam, bisa kah laki-laki itu mengunci mulutnya sebentar saja.
"Kenapa, sih? Lo gak enyah aja? Kayanya, kalo lo mati, itu lebih baik. Hidup lo itu gak pernah berguna, masyarakat aja gak pernah terima lo, apalagi gue!" Azka terdiam, ucapan Ilona begitu pedas hingga menghantam keras dadanya, Gadis ini memang tidak segan jika berucap dengan siapa pun, terlalu barbar menurut Azka.
"Hidup lo, terlalu ambisius untuk hal-hal yang gak mungkin bisa lo dapatkan, gak semua hal yang lo mau, bisa lo dapatkan dengan mudah, gue gak peduli dengan segala cara lo yang sampah itu, karena di mata gue, sesuatu yang menyangkut lo, gak berguna sama sekali! berhenti buat ngejar gue, karena di luar sana masih banyak orang yang mau sama lo, persis seperti apa yang lo bilang tadi." Lagi. Ucapan Ilona lagi-lagi menghantam keras hati Azka, namun seberapa pedas pun ucapan Ilona tidak mampu membuat Azka mundur, malah ia semakin termotivasi untuk melakukan hal-hal yang lebih berguna lagi, seperti yang tadi Ilona katakan.
Setelah mengatakan itu, Ilona meninggalkan Azka di taman belakang sekolah, sendirian. Azka mengerti. Biarkan Ilona pergi. Biarkan Ilona mencari dambaan hatinya, sesuai dengan keinginannya. Sepertinya Azka yang harus berjuang untuk memperbaiki segala sifat buruk yang ia punya. Bukan demi Ilona, namun demi hidupnya.
Azka hanya mampu terdiam, ia tertunduk pelan, ia hanya bisa tersenyum kecut, apalagi mengingat ucapan Ilona yang terngiang-ngiang di kepalanya.
Jika itu yang selalu diucapkan Ilona? Lalu apakah Azka harus berhenti mengejar Ilona? Namun, Azka nampak berpikir lagi, jika ia berhenti maka penantian 2 tahun itu, hanya angan-angan saja.
Pusing ternyata jika di hadapakan dengan makhluk berjenis perempuan, dimana kata 'perempuan paling benar' itu terasa nyata bagi Azka.
Hanya Ilona, hanya Ilona yang mampu membuat hidup Azka tidak sepenuhnya memikirkan dunianya, Azka dengan senang hati membagi dua dunianya, memikirkan dirinya dan juga hidup Ilona.
Padahal, Gadis itu tidak pernah menatap kehadirannya. Benar apa yang dikatakan Ilona, banyak sekali perempuan yang mau dengannya, namun Azka, hanya ingin Ilona.
Apakah ia terlalu egois, sampai tidak pernah memikirkan bagaimana Ilona selama ini, Gadis itu nampak risi dan tidak nyaman ketika di dekatnya.
Namun demi kebahagiaan diri sendiri, bukannya harus egois? Membahagiakan diri sendiri, tidak ada salahnya bukan?
Tentang Ilona, Azka akan berusaha bersikap biasa saja. Padahal dalam hati, ia sangat menginginkan Gadisnya. Ya, Gadisnya.
TBC
BAGAIMANA AZKA MENURUT KALIAN?
AZKA PERLU BAHAGIA?
AZKA KUAT GAK YAH HADAPI ILONA?
AZKA SPESIES MACAM APA?
COBA SEBUTKAN!
PENUHI KOMENTAR
KAMU SEDANG MEMBACA
SARASVATI ( SUDAH TERBIT )
Teen FictionTidak perlu mencesmaskan hal yang tidak pasti, sedingin-dinginnya es akan tetap mencair bila adanya kehangatan. Tidak akan selamanya beku. Begitupun hati sekeras apapun akan ada orang yang mampu meruntuhkan bongkahan keras itu. Saras, seorang gadis...