Prolog

21 5 6
                                    

Malam ini Caca bergelut dengan tugas-tugasnya. Dari buku ke laptop Caca kerjakan sampai matanya lelah. Sudah larut malam, Caca sudah tidak sanggup melanjutkannya lagi.

Sebenarnya bukan salah guru, salahnya ada di Caca. Caca sengaja mengulur waktu sampai batas waktunya hampir habis. Caca mengerjakan tugas sehari sebelum tugas dikumpulkan, padahal bu Fatma memberikan waktu sampai seminggu. Caca bukan pemalas, kalau bukan sesuatu yang harus ia prioritaskan Caca enggan melakukannya. Tapi Caca tetap mengerjakan tugasnya, meskipun harus mengulur waktu. Begitulah Caca, aneh.

Nada dering ponselnya berbunyi nyaring. Ada nama panggilan di layarnya. Caca langsung mengangkat teleponnya.

"Damar.." Caca merengek seperti anak kecil.

"Kan gue udah bilang, kerjain dari awal bu Fatma kasih tugas. Lo mah ngeyel kalo di bilangin, Ca." suara Damar dari balik telpon. Damar sedang memarahi Caca, tapi bukannya Caca mengakui salahnya ia malah acuh dengan omelan Damar.

"Udah deh marahnya tunda dulu. Lo kerumah gue sekarang bantuin gue ngetik. Gue nggak mau denger alasan apapun titik. "

Terdengar suara helaan napas Damar. Mungkin Damar sedang mengatur emosinya.

"Ca,coba liat jam deh. Udah jam sepuluh lewat masa iya gue keluyuran ke rumah cewek, apa kata tetangga lo?"

Caca tetaplah Caca, yang keras kepala dan tidak punya hati, tapi hanya untuk Damar. Caca memang senang membuat Damar susah.

"Bodo amat apa kata tetangga, gak peduli gue. Damar, gue gak mau denger alasan lo lagi. Kerumah gue sekarang!" penuh penekanan di kalimat akhir. Caca langsung menutup telponnya. Masa bodo dengan gerutu Damar.

Caca tahu temannya kini sedang naik pitam. Caca senang membuatnya marah, Caca senang membuatnya susah karenanya. Entah kenapa Caca sangat suka melihat Damar yang pasrah.

Caca keluar dari kamarnya menuju dapur. Perutnya sudah keroncongan sejak tadi. Ia mengendap-endap berjalan ke dapur, takut ibu atau neneknya bangun dan memarahinya karena begadang.

Sampai di dapur, Caca cepat-cepat mengambil panci lalu diisikan air. Caca mau masak mie dua dengan dua telur ayam. Caca mencari sesuatu yang lain di dalam kulkas.. dan, Caca menemukan sawi hijau, sosis dan bakso mentah. Caca akan mencampurkan semuanya menjadi satu kenikmatan.

Sambil menunggu Mie rebus matang, Caca memainkan ponselnya. Satu pesan dari Damar, rupanya laki-laki itu sudah datang. Caca tahu Damar akan melakukan perintah Caca meskipun ia kesal. Caca tersenyum senang. Damar memang laki-laki yang baik. Dan Caca senang bisa memanfaatkan kebaikannya.

EpochTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang