Bandung, 31 Desember 2018
Aku tidak tau bagaimana aku mengatakan ini, tapi sungguh keadaan Jeno semakin membaik dan ia diperbolehkan untuk pulang. Dan itupun hanya untuk menonton kembang api di taman dekat rumahnya.
Dia terlihat sangat bahagia, dia berpakaian rapi, wajahnya yang nampak segar dengan topi kupluk yang diberikan oleh Hendery, sepupunya saat berkunjung beberapa hari yang lalu.
"Sudah siap?" tanyaku saat berada di rumahnya, pukul 11 malam. Tenang saja, ayah dan ibuku sudah mengijinkanku untuk menemui Jeno dan menonton kembang api bersamanya. Jeno sudah mengenal kedua orang tuaku, karena dulu sering menjemputku jika akan berangkat ke sekolah.
Ayah dan ibu Jeno juga mengijinkan kami untuk pergi, tapi setelah kembang api berakhir kami harus segera pulang.
"Jeno pake jaket ya, pakai sepatu juga. Angin malam ga baik untuk kesehatan," kataku sambil memasangkan sepatu di kakinya.
"Ayo jalan, ga sabar gua," katanya dengan mata yang berbinar-binar seperti anak kucing, lucu sekali.
Dan disinilah kami saat ini, di taman dekat rumahnya. Suasananya tidak ramai, bahkan cenderung sepi.
Aku memilih duduk di dekat kolam dengan kursi roda Jeno yang berada di sebelah kiriku. Kami menikmati air mancur dengan sekotak susu melon di tangan kami masing-masing.
"Ayu, setelah lulus nanti lu mau lanjutin kemana?" tanyanya tiba-tiba.
"Uhm, kayaknya sih di sekitar sini aja," kataku.
"Kenapa ga coba di luar negeri?" katanya.
"Buat apa? Gua gamau jauh dari ortu, lagi pula lu juga gaakan ikut kan?" tanyaku.
"Kenapa lu bilang gitu? Gimana kalau Tuhan kasih gua kesempatan buat sembuh sama seperti yang lu bilang kemarin? Ga menutup kemungkinan gua bakalan ikut kuliah di luar negeri bareng lu di masa depan," ucapnya membuatku terbungkam.
Memang benar kemarin aku berkata seperti itu, tapi mengapa rasanya tidak mungkin aku akan bisa berkuliah di luar negeri bersamanya?
"Janji?" kataku menghadap ke arahnya dan menunjukkan jari kelingkingku.
Dia menautkan jari kelingkingnya sambil tersenyum, "Janji, semoga aja gua cepet sembuh ya, biar kita bisa lanjutin masa depan bareng-bareng."
Setelah itu kami sama-sama bungkam sampai akhirnya Jeno bersuara, "Kalau seandainya gua pergi, siapa yang bakalan jaga lu nanti? Siapa yang bakalan ada saat lu jatuh? Siapa yang bakalan ngelindungi lu saat nanti lu dalam masalah? Siapa yang bakalan rela malam-malam bawain lu roti bakar saat lu badmood? Siapa yang bakalan spam chat ke lu saat lu sakit? Dan siapa yang bakalan selalu ada saat lu menangis, terpuruk, dan kesepian?" katanya.
"Kenapa lu bilang gitu? Sekarang lu ada di sini, lu yang akan lakuin semua hal itu ke gua," kataku sambio memangis. Entah kenapa akhir-akhir ini aku menjadi sedikit cengeng di hadapan Jeno, mungkin karena aku sangat mengkhawatirkannya.
"Gimana mau lakuin semua hal itu saat kondisi gua yang sperti inj. Dan satu hal lagi gua sangat benci lu nangis, jangan jadikan gua penyebab air mata lu itu jatuh. Gua ga mau merasa bersalah karena gua sendirilah yang buat air mata lu yang berharga itu jatuh," katanya memegang kefua tanganku.
Aku hanya menunduk, menangis di hadapan Jeno. Aku sadar akan perbedaan kami, aku tau kami tidak akan bisa bersama selamanya. Tapi setidaknya, aku masih bisa melewati hari-hariku bersamanya aku rasa itu lebih dari cukup.
"J...jangan b...ilang g..gitu Jen," ucapku sesenggukan. Dia mengelus pelan punggunggu, menenangkanku seperti biasanya jika aku menangis.
"Gua ga bermaksud begitu Ayu, gua hanya ingin lu jangan nangis lagi, jangan menyalahkan diri lu sendiri akan apa yang terjadi di masa lalu, sekarang ataupun di masa depan nanti. Gua hanya ingin liat lu bahagia, ada atau ga ada gua di samping lu suatu saat nanti," dia menghela napasnya panjang, raut wajahnya memancarkan kesedihan.
"Mungkin ini saatnya gua jujur ke lu amAyu, gua ga bisa pendam ini sendiri. Gua ngerasa pengecut jika gua ga bilang ini dari awal. Tapi mungkin inj saatnya gua bilang kalau..."
"Kalau apa Jen?"
"Kalau gua itu..."
"...gua suka sama lu Ayu," katanya sambil menggenggam tanganku erat yang membuatku menahan napasku mati-matian.
🌱🌱🌱
Hay hay yeorobun...
Gimana? Gimana udah ngefell belum?
Apa ada dari kalian yang ngalamin kisah cinta seperti Jeno dan Ayu?
Kalau ada, komen di bawah ya
And see u on the next part
Votmen juseyooo💚

KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight-Lee Jeno(💚END💚)
Short Story#DreamProject 3 Ini kisah tentangku Dan dia Bagaimana kami bertemu Bagaimana aku mengenalnya Dan bagaimana saat aku bersamanya Ini tentang kami Sepasang insan yang memiliki banyak kekurangan Dan perbedaan... Holla, this is a real story from someone...