Vote and comment juseyo 🙏
Ketika gue membuka mata pertama kali, kepala gue rasanya pening banget dan perut gue rasanya masih sedikit nyeri. Orang yang pertama kali gue liat waktu gue buka mata adalah cewe bernama Hanindita Elena yang tadi ngajak kenalan. Dari raut mukanya keliatan dia cemas.
"Aletta, ya ampun. Harusnya lo tadi ijin sakit aja. Ga usah maksain lari." Kata dia begitu liat gue buka mata.
"Makasih ya, Han. Jadi ngerepotin gini." Kata gue.
"Syutttt. Kita tuh temen. Ga ada repot-repotan. Makan dulu nih. Eh, gimana perutnya? Mau gue kompresin gak?"
"Gak perlu, makasih banget loh. Oh iya, tadi siapa yang ngangkat gue?"
"Nah! Gue kayaknya harus tanya sama lo. Lo selama hidup beramal apa aja bisa sampe dinotice sama wapres BEM kita?"
"Hah? Siapa? Emang wapres BEM kita siapa?"
"Lo gak tau? Kak Jeffrey si pacar sejuta umat yang beningnya ngalahin ubin masjid lo gak kenal?" Gue gelengin kepala tanda gak ngerti.
"JEFFREY AUSTIN, LETT? REALLY?"
Raut wajah Hani keliatan heran ke arah gue. Tapi kenapa dia sampe heran gitu. Gue emang gak kenal siapa itu Jeffrey Austin.
"Udah lah, Han. Terlepas gue gak tau kak Jeffrey itu. Gue berterimakasih banget ke dia. Gue berdoa semoga Allah bales kebaikannya lebih dari yang dia lakuin ke gue."
"Tapi, Lett. Kak Jeffrey itu--"
"Dek, kamu balik ke lapangan aja. Temenmu biar kita yang jagain." Ucap seorang senior yang gue rasa merupakan petugas kesehatan di ospek ini karena rompi merahnya yang melekat di tubuhnya. Hani kemudian bangkit dari duduknya.
"Ya udah, gue balik ke lapangan ya. Tapi, boleh lah kita tukeran id line?" Tanyanya.
"Tulis aja, alettasabina, t-nya double." Ucap gue.
"Oke nanti addback ya. Dah, kak titip temen aku ya." Ucap Hani yang kemudian hilang dari balik pintu.
Setelah kepergian Hani dari ruangan ini, gue ditemani oleh senior perempuan yang juga merupakan petugas kesehatan di sini. Setelah dibantu untuk makan dan minum, gue disuruh untuk kembali beristirahat.
***
Setelah bersih bersih badan, berhubung mama lagi dalam perjalanan pulang usai berkunjung ke rumah Tante Rikha, kakaknya papa yang tinggal di Bandung, dan Alvaro, adik laki-laki gue yang belum pulang bimbel, gue mutusin buat masak makanan buat makan malam nanti karena udah jam tujuh lewat yang tandanya Alvaro bentar lagi pulang. Setidaknya ketika mereka sampai makanan sudah siap.
Dan benar saja, tak lama kemudian mama sama Alvaro pulang berbarengan.
"Wihh, tumben masakk, kak. Biasanya kalo disuruh masak ogah ogahan." Ujar Alvaro melihat beberapa makanan tampak sudah siap di atas meja makan. Ya, gue emang gitu. Kalo disuruh mama buat masak gue ogah ogahan, tapi kalo gak disuruh gue suka ada pengen masak gitu. Sesuai mood aja, kayak sekarang gini. Gue masak apa yang bisa gue masak dengan bahan yang ada di kulkas.
"Lagi mood aja. Kasian juga mama kalo kudu masak, pasti kan cape."
"Ya udah yuk, kita makan dulu." Ajak mama. Kemudian kami bertiga duduk di kursi.
Untuk kalian yang tanya dimana papa, papa gue tuh orang sibuk. Papa tinggal di Kanada buat ngurusin usahanya di sana dibantu sama kakak laki-laki gue. Gue punya kakak cowok, namanya Mas Bara. Dalam satu tahun aja pertemuan kami bisa dihitung pake jari tangan aja. Tapi gue masih bersyukur, setidaknya setiap hari raya mereka balik. Dan tanpa mereka juga, gue bisa hidup berkecukupan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LDR (Long Distance Religionship) - Jaehyun
Fanfiction"LDR yang gue jalani sama dia itu bukan sekedar perbedaan jarak geografis yang misahin kami. Ini tentang perbedaan keyakinan dan cinta segitiga antara gue, dia, dan Tuhan kami."