- 1 - Awal

21 6 1
                                    

🎠🎠🎠

   Hari ini hari terakhir ku di rumah nenek setelah seminggu lebih aku menginap dalam rangka liburan sekolah. Udara disini sangat sejuk, aku suka. Suasananya juga tenang. Pedesaan Yogyakarta memang jadi alternatif yang paling ampuh saat aku ingin menenangkan diri dari hiruk pikuk kota Jakarta.

"Chenle, kemari nak. Ayo makan."

Nenek memanggilku dari lantai bawah. Aku keluar dari balkon kamarku, kulihat dia tidak ada dikamar ini, sepertinya dia sudah duluan kebawah. Huftt...dia meninggalkan ku lagi. Kebiasaan.

Tangga rumah nenek terbuat dari kayu, jadi langkah kaki ku terdengar saat aku menuruninya. Kulihat dia sudah duduk di meja makan, didepan nya ada nenek yang sedang menyiapkan piring. Sepertinya dia sudah bersiap siap untuk makan karena kedua tangannya sudah memegang sendok dan garpu. Dasar. Aku duduk disampingnya, didepanku ada kakek dan juga nenek. Kami makan dengan tenang.

"Chenle, jam berapa kamu berangkat pulang ke Jakarta? " Tanya nenek padaku. Kami sudah selesai makan dan meja makan juga sudah dibereskan oleh para maid.

"Sepertinya nanti siang nek, jam 10 an. Keretanya berangkat jam 10.30."

"Oh iya, tidak terasa ya kalian sudah mau pulang saja, nanti kalian diantar sama mas Yuta saja ya ke stasiun nya." Kata kakek setelah menyeruput teh nya. Kami berdua mengangguk menyetujui saran kakek.

"Hey jisung, kamu sudah selesai belum mengemas koper mu?  Dari kemarin nenek lihat kamu sibuk menonton tv dari pagi sampai sore, malamnya tidur. Kemarin kemarin nya juga kamu berkebun sama mas winwin sampai sore. Kalo Chenle nenek yakin dia pasti sudah selesai berkemas." kata nenek panjang lebar sampai membuat jisung ternganga. Oh iya, Jisung itu sepupuku, dia anak bibiku. Kami seumuran. Tapi dia sedikit lebih tinggi dariku. Sedikit ya.

Aku tertawa melihat ekspresi jisung, sudah ketebak dari raut mukanya pasti dia kesal. Dia tidak akan pernah bisa mengalahkan nenek kalau soal sindir menyindir. Nenek itu juaranya. Dia mendelik kesal ke arahku, tapi aku tidak perduli dan terus tertawa.

"Sudahlah nek, gini gini juga aku rajin loh nek, kemas kemas mah urusan kecil. Tadi sudah ku kemas semua pagi pagi buta saat nenek masih tidur. Yakan le? " jawab jisung menyombongkan diri. Kubalas dengan acungan jempol karena memang koper jisung sudah dikemasnya tadi pagi.

"Hilih, urusan kecil urusan kecil katamu. Nenek jamin pasti isinya amburadul kayak kapal pecah." sahut nenek yang membuat jisung ternganga untuk kedua kalinya. Aku dan kakek hanya tergelak melihat perdebatan antara jisung dan nenek.

Ketika jisung ingin menjawab, kakek sudah mengelak terlebih dahulu

"Sudah sudah, Tiap hari debat mulu. Kalian berdua segera berkemas, sebentar lagi kan berangkat. Kalau sudah selesai, susul kakek sama nenek ke pavilliun belakang ya." kata kakek, kulihat jam ditanganku dan memang benar sebentar lagi jam 10.

Kami berdua menurut, dan langsung pergi ke kamar di lantai atas. Ketika kami sudah tidak terlihat lagi nenek berbisik pada kakek.

"Sepertinya ini sudah saatnya kita memberikannya pada mereka berdua."

🎠🎠🎠

🎠🎠🎠

Hallo,, aku back dengan cerita baru nih
Jangan lupa vote, komen, ya chingu-deul

Pandora's Box [NCT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang