Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
*Blurb*
Berjuta pesona yang terpancar dari Abigail, membuat Ashley mati-matian mengejarnya tanpa pernah kenal lelah. Dibentak? Dia balas membentak. Diberikan perlakuan kasar? Dia sewot. Sampai diperlihatkan pada pisau berlumuran darah sekalipun, dia tetap bertahan pada pendiriannya, yakni mencintai pemuda yang notabenenya adalah seorang psikopat kejam yang tentunya, tidak memiliki rasa empati sedikitpun.
"Kalau dalam sepuluh detik lo nggak lari, sumpah demi apa pun, gue nggak bakal segan buat ngebunuh lo."
"Bunuh aja! Kalaupun mati, gue udah janjian sama arwah gue buat gentayangan. Ujung-ujungnya, mau hidup ataupun mati, gue bakal tetep gangguin lo."
Lihat saja, keduanya terlalu menjadikan dunia sebagai atensi dengan ambisi masing-masing. Mereka sama-sama lupa pada apa yang mereka butuhkan, lantas apa yang mereka butuhkan? Kesimpulannya, atensi Ashley hanyalah pada Abigail, sementara atensi Abigail hanyalah pada darah, darah dan darah. Ada apa dengan darah?