🧤 4. Gudang.

15 5 2
                                    

Next part pengenalah tokohnya ya gaes, alias foto-fotonya atau biodatanya cast cerita ini, wow.

Ini gak gue revisi gaes.

PENCET VOTEE GUE MAKSA!
ABIS ITU KOMEN!

Happy reading:)

-







Ini adalah hari keempat setelah aksi penculikan waktu itu. Artinya, empat hari juga ia mengenal Artezch dan kelima anggotanya. Kenzo, Zidan, Leo, Lamuel, dan Yudha.

Semenjak ada mereka dihidup Dara, ia selalu merasa tidak tenang. Bagaimana tidak? Mereka selalu muncul dimanapun Dara berada. Dara benar-benar menyesal karena telah mencuri dompet milik Kenzo dan berakhir dalam perangkap mereka.

Dan mulai hari ini, ia akan berusaha menghindar. Ini akan sangat sulit mengingat Dara sebangku dengan Zidan anggota Artezch.

Ada yang beda dari Dara hari ini. Ia niatnya menghindar dari A
Artezch, tapi ia malah menghindari semua orang. Maksutnya, ia malah ikut tak mau menjawab saat Rion atau Rafael bertanya.

"Dar, woy, Dar!" panggil Rion.

Dara yang tadinya sedang menggambar abstrak di buku tulisnya pun berhenti sejenak. Namun, sedetik kemudian ia mengedikan bahunya dan kembali menggambar dengan tenang. Menggambar adalah hobinya, tapi hasil gambarannya selalu jelek.

Kapan gue bisa ngegambar bagus? Tanyanya dalam hati.

Setiap hari kalau sedang bosan, ia selalu menggambar. Entah menggambar bulat, kotak, abstrak, kelinci, donat, orang-orangan sawah bahkan semut rang-rang. Tapi, kenapa tidak bagus-bagus?

Dara mulai memanyunkan bibirnya lalu membanting pulpennya membuat seisi kelas menatapnya heran. Ia menatap sekitarnya tajam.

"apa liat-liat?!"

Semua murid langsung mengalihkan pandangan dari Dara. Rion hanya menggelengkan kepalanya.

Lagi pms nih.

"Dar, lo lagi pms? Mau gue beliin kiranti biar perut lo gak sakit?" tanya Rion halus.

Dara menoleh pada Rion. Ia melengkungkan bibirnya kebawah menandakan kalau dia sedang sedih. Walau memang benar kata Rion dia sedang pms.

"Iya, tapi gue gak mau kiranti," jawabnya lirih.

"Terus mau apa?" tanya Rion lagi.

Mau Zidan ama temenya musnah!

"Mangga muda," jawabnya.

"Rion gak punya mangga muda, punyanya mama muda, Dar." sahut Rafael ngawur.

Dara berdecak lalu berdiri dari kursinya mengambil tasnya dan meninggalkan kelas dengan perasaan kesal tingakat akut. Ia menghentakkan kakinya disepanjang koridor.

Ia membelokan langkahnya mengikuti jalan. Lalu ia berhenti saat melihat bercak merah dilantai mengenai sepatu abu-abu miliknya. Ia menyeritkan dahinya.

Bercak darah itu banyak berceceran dilantai marmer itu. Dara menarik nafas lalu mulai mengikuti bercak darah itu.

Tempat ini sepi, banyak siswa yang di-bully disekitar kawasan sini. Dan dia termasuk seorang yang sering mem-bully disini.

Kok gue takut ya? Gumamnya dalam hati.

Ia makin ketar-ketir saat bercak darah itu berubah menjadi darah dilantai dari orang seperti habis diseret. Namun, ia tetap mengikuti darah itu hingga akhirnya sudah tak ada lagi bekas darah. Ia mendongak menatap sekeliling.

BadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang