"Renren?" Pagi-pagi—sudah siang sebenarnya, tapi namanya juga liburan—Dean sudah teriak-teriak mengelilingi apartemennya yang sepi. "Pus, pusss!"
"Guk! Guk!"
"YanYan? Liat Renren, nggak?" tanya Dean pada corgi kesayangannya. Ia menerka-nerka ke mana si Renren, sambil menuangkan makanan kering ke piring khusus anjingnya.
"Grauk! Grauk!" YanYan langsung berhenti menggonggong. Ia sudah asyik menikmati sarapannya yang enak bagi dunia anjing itu.
Semenjak Dean dan Alam bertukar password apartemen, memang mereka menaruh Renren sesuai 'shift' mereka. Dan biasanya jam sembilan, Renren sudah diantarkan oleh Alam. Namun, sekarang sudah pukul sebelas pun Renren tidak ada di apartemennya.
Oh iya, Renren adalah nama yang Dean berikan untuk si kucing oren yang mereka temui tempo hari. Nama yang tidak kreatif sekali sebenarnya.
"Renren!" teriaknya lagi. Ke mana kitten bawel itu? "Ah, apa Alam lupa, ya?" gumamnya.
Tanpa banyak bicara, Dean mengambil gawainya. Mencari sebuah nama di kontaknya dan segera menghubungi si pemilik nama.
"Halo, Alam? Lo di mana? Lo lupa nganterin Renren? Lo—"
'Ha—lo'
"Al, suara lo kenapa? Serek amat?"
'Gue enggak enak badan. Lo ambil aja Renren kemari,' Dengan susah payah Alam menjawab disertai tenggorokannya yang kering, mengeluarkan suara paraunya.
"Oke," respons Dean seraya bergegas ke tempat Alam.
Tak lupa sebelum ke apartemen Alam yang hanya berjarak tiga pintu darinya itu, ia mengambil plester penurun demam di tempat obat-obatannya.
-
"Alam?" Si surai kecokelatan menyebut nama Alam sambil melongokkan kepalanya di pintu masuk tempat si surai legam.
"Guk! Guk!" Tiba-tiba Ciha si Siberian husky menyambutnya. Dapat dilihatnya ekor anjing itu berkibas-kibas sangat bersemangat.
"Alam mana, Ci?" tanya Dean pada Ciha, yang hanya dijawab dengan engahan serta lidah terjulur senang.
Dean berjongkok sembari mengelus si husky lembut. "Kamu udah makan belom?"
"Guk! Guk!" jawabnya sambil bergerak ke kanan-kiri gelisah.
Lelaki berambut kecokelatan itu lantas berjalan ke dapur alih-alih ke kamar Alam. Dilihatnya piring si husky dan si kitten yang kosong melompong.
"Renren! Jangan nyakarin mejanya Alam, dong!" peringat Dean ketika melihat si klan oren mencakari meja di ruang tengah.
Dihelanya napas pelan, ia pun mengetuk-ngetuk piring-piring yang sudah terisi makanan si hewan peliharaan. Menarik atensi si kucing dan anjing yang langsung menikmatinya dengan rakus.
"Alam?" panggil Dean pelan, namun tak ada sahutan. Ia pun memutuskan untuk mengunjungi kamar Alam yang tertutup rapat.
"Alam? Lo kenapa?" tanyanya lagi ketika memasuki kamar Alam yang gelap, agak pengap.
Yang dipanggil tak menyahut. Namun, Dean tahu ada seonggok manusia yang berada di balik gundukan berlapis selimut di atas kasur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cat Lovers
Short StoryDua-duanya anak ekskul animal lovers. Dua-duanya juga pecinta hewan divisi dog lovers. Ada suatu cerita, tentang Dean yang pernah dikeroyok oleh empat kucing tantenya sewaktu kecil hingga berdarah penuh luka. Meninggalkan trauma yang mendalam baginy...