Mentari dunia sudah tenggelam sekitar lima jam yang lalu. Menyisakan gelapnya malam dengan sang rembulan yang mengganti pekerjaan mentari untuk menyinari langit alam semesta. beberapa taburan bintang juga tampak menemani rembulan dalam mengerjakan tugasnya. Walaupun bintang tahu, ia tidak akan bisa menyaingi sinar rembulan. Tapi, ia tidak mau membiarkan rembulan menyinari langit semesta sendirian.
Suara detik jarum jam yang berjalan terdengar mendominasi di antara sunyinya malam. Di susul dengan suara serangga yang saling bersahutan. Di iringi pula dengan suara hembusan angin yang menderu cukup kencang.
Entah karena terlalu sunyi, atau karena memang suara deruan nafas yang ia ciptakan terdengar keras. Di dalam kesunyian malam saat ini, ada suara lain yang mengudara.
Deruan nafas seorang bocah. Umurnya mungkin baru menginjak angka enam tahun. Harusnya pada waktu seperti ini,ia sudah terlelap seperti anak-anak lain pada umumnya. Tapi, kedua kelopak matanya masih saja belum mau tertutup.
Kaki-kaki kecilnya nampak menendang udara. Sembari sesekali mengehela nafas panjang dengan bibirnya yang mengerucut lucu.
"Huft.. Aku tidak bisa tidur.. bagaimana ini?" Monolognya berbisik dengan wajah tertekuk. Maniknya kembali menyapu keadaan sekitar. Menatap satu persatu presensi selain dirinya yang sudah terlelap ke alam mimpi.
Sembari berbaring, bocah itu menyedekapkan kedua tangannya di depan dada. Tentunya masih betah dengan mimik wajah tertekuk dengan bibir mengerucut.
"Aahh! Bagaimana kalau aku bermain saja?" Ia nampak bergumam. Sekilas melihat ke arah jendela tak berkaca yang memirsa sang rembulan dengan pancaran sinarnya yang indah. "Mmmm, bermain di luar sepertinya menyenangkan.." ia kembali bermonolog dengan gumaman. Membuat suatu usulan dalam pikirannya yang sudah pasti adalah larangan.
"mungkin mengajak Chim Chim tidak ada salahnya..." ia kembali bergumam sembari bangkit dengan semangat dari posisi berbaringnya.
Sontak saja segera mencoel pipi gembil milik presensi lain yang kini tengah tertidur pulas di sisinya.
Bocah itu memanggilnya Chim Chim.
Kemudian memainkan kedua pipi gembil itu secara bergantian."Heii..Chim...Banguun...Ayo kita bermain di luar.." Bocah lelaki itu nampak bersemangat membuat bocah lelaki bernama Chim Chim itu untuk segera meningggalkan alam mimpinya.
Sang empu hanya menggeliat pelan sebagai respon kala namanya terpanggil. Kemudian kembali mendengkur halus seperti tidak ada yang terjadi.
Bocah yang tidak bisa menutup matanya ini pun merasa geram. Melihat sosok yang ia incar untuk ia ajak bermain tampak tak mengubrisnya sama sekali.
"Chiimm... banguuunn... Kalau aku tidak bangun, jangan harap besok pagi boneka anjing kesayanganmu itu masih utuh..." Ancam si bocah yang masih terjaga.
Masih sama. Hanya ada dengkuran halus. Bocah bernama Chim Chim itu malah semakin terlelap dan tak menyadari kalau ia tengah di ancam.
"Chiimm! Kumoohon... Bangunlaahh.. aaiish. Kau menyebalkan." Bocah yang tak bisa terlelap itu pun langsung menendang perut bocah bernama Chim Chim yang tampak terlelap tanpa beban.
Membuatnya seketika tersadar dari alam mimpi. Sontak menyingkap kelopak matanya yang sebenarnya masih terasa sangat lengket.
"Aissh..hoaammm.. Taee.. ada apaa?" Sontak saja, Chim Chim terduduk dari posisi berbaringnya. Melihat dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka ke arah sang pelaku yang sudah menendang perutnya tanpa rasa berdosa sedikit pun kala ia masih terlelap dengan tenang. Sembari menguap lebar karena ia baru saja tersadar dari tidurnya yang nyenyak.
Tae, Bocah lelaki yang sudah mengusik waktu tidur berharga milik bocah lainnya yang bernama Chim Chim.
Tanpa rasa bersalah, Tae malah tampak tersenyum sumringah. Melihat hasil kerja kerasnya yang tidak sia-sia karena kini ia berhasil membuat Chim Chim terbangun dari alam mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCADIAN|| BTS FF
Fanfiction"Kami menemukannya di dalam sebuah kotak. Pada malam hari ketika rembulan tengah bersinar terang." ----------