4. Merah Maroon

23 7 6
                                    

Prangg..

“KAMU MAU JADI PEMBUNUH? HAH?”

Tess..

Tess..

Air mata dari seorang gadis yang sedang terduduk di lantai tak kunjung berhenti

“Bukan aku pembunuhnya ma,” lirih Karin sesegukkan.

“Ma, udah ma kasian ka Karin,” Gisya selaku adik Karin berusaha menenangkan mamanya yang terus-terus menyalahkan Karin atas kematian sang kepala keluaga.

Plakk

“INGAT YA! SAYA TIDAK PUNYA ANAK PEMBUNUH!”

“MAMA!” jerit Gisya setelah melihat mamanya menampar sang kakak, dan berlalu pergi begitu saja.

Hikss hikss

“Ka, jangan dimasukkin hati omongan mama ya.” Usai mengatakan itu Gisya kembali ke kamarnya.
---
Karin kembali menitikkan air matanya seraya membuka foto kondisi terakhir sang ayah dengan kedua jari terputus, bola mata terjahit benang merah, punggung yang disayat membentuk huruf F, jangan lupa dengan tubuh yang digantung terbalik.

Tok.. tok..

“Ka, ayo makan dulu,”

“GISYA NGAPAIN KAMU PANGGIL PEMBUNUH ITU” teriakan mamanya yang samar terdengar membuat Karin menghela nafas pelan.

“Kamu makan sama mama aja ya Gis”
---
Seseorang wanita berjubah hitam dengan darah yang menetes dari bibirnya, serta bola mata yang sepenuhnya hitam keluar dari ruangan bernuansa merah maroon, menimbulkan bercak darah sepanjang jalan.

Kriiett..

“Jika kau lapar, ambil saja gadis tidak berguna itu, aku masih ingin menikmati kekayaan dunia sebelum pulang ke dunia perapian.”

“Kapan aku bisa menikmati jantungnya?”

“Sesuka hatimu”
---
06:45 WIB

Byurrr

Karin mengerjapkan matanya, dan segera terduduk di tempat tidurnya

“DASAR PEREMPUAN TIDAK TAHU DIRI.”

“Maaf ma, Karin semalam-“

“BERSIHIN KAMAR SAYA DAN KAMAR GISYA!”

“iya ma”

Brakk

“Well, semangat Karin!” gumam Karin menyemangati dirinya.

Krieett

Dilihatnya Gisya masih tertidur pulas, Karin membereskan Kamar itu dimulai dari meja rias, sampai menata laci-laci yang sudah mulai berdebu.

Dahi Karin mengerut saat melihat sebuah cermin usang, dan juga sebuah lipstick berwarna merah darah, seingatnya Gisya tidak pernah menyukai make up, sama seperti dirinya.

“Jangan suka lancang membuka barang orang ka,” ucap Gisya dengan suara serak dan datar.

“Oh iya, maaf ya kaka tadi pengen beresin laci kamu aja”

Tanpa menjawab Gisya masuk ke dalam kamar mandinya.

Karin kemudian menatap cermin itu lekat, mencoba mencari sesuatu yang mengganggu konsentrasinya.

Wusshhh..

Tiba-tiba saja angin berhembus menggelitik tengkuknya.

“Gisya, aku tinggal dulu ya”

April Project - HorrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang