CHAPTER 1 ~ MULAI PEDULI

114 32 12
                                    

-Author Pov-

Keesokan hari nya, Alena sudah siap dengan seragam putih abu-abu nya hendak bergegas ke sekolah. Kakinya menuruni anak tangga hendak menuju ruang makan untuk sarapan.

Setibanya di ruang makan, dirinya mendapati sang Barra sedang duduk di bangku sambil memasukkan beberapa potongan roti yang sudah di berinya selai cokelat kedalam kotak bekal. Sepertinya papanya itu hendak membawa bekal ke kantor. Tetapi jika di lihat dari pakaian papanya saat ini dia tidak mengenakan kemeja atau pun pakaian yang biasanya ia kenakan untuk bekerja. Kini papanya hanya mengenakan kaos fila serta celana santai nya. Apa dia tidak bekerja hari ini? Ah entahlah, ia tidak terlalu memusingkan hal itu.

Papanya itu lalu memberi ucapan selamat pagi kepada Alena, namun tidak ada sepatah katapun balasan darinya.

"Itu minum dulu susunya, sudah papa siapkan." Ujar Barra memberi tahu.

Alena segera meneguk segelas susu cokelat yang sudah tersedia diatas meja hingga habis. Lalu tangannya meraih sepotong roti tawar yang masih polos belum diberi selai apapun diatas nya untuk di makan.

"Alena pamit, assalamualaikum." Ujar nya sambil mengunyah.

"Tunggu sebentar Alen." Cegah Barra saat anaknya hendak pergi.

Alena menghentikan langkahnya lalu menoleh. Dilihatnya kini papa nya berjalan mendekat kearahnya sambil membawa kan sekotak bekal tadi yang baru di isinya dengan beberapa roti tawar.

"Bawa ini." Ujar Barra sambil memberikan kotak bekal tersebut kepada Alena.

Alena menaikkan sebelah alisnya.

"Untuk mengisi perut mu saat jam istirahat nanti." Jelas Barra yang seolah mengerti akan kode alis anak nya.

Alena lalu menerima kotak bekal tersebut dan segera berjalan hendak keluar. Seketika Alena baru teringat akan sesuatu dan dirinya menghentikan langkahnya lalu menoleh ke arah papanya.

"Pa.." Panggilnya.

"Iya?" Jawab Barra.

"Nanti papa ke bandara jam berapa?" Tanya Alen.

"Jam satu siang sayang, ada apa." Gumam papa.

Alena mengulum bibirnya sebentar. "Ohh.. yaudah, Alen pamit sekolah dulu." Balas nya kemudian berbalik dan melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti tadi.

"Hati hati ya sayang." Ucap Barra mengulas senyum nya saat baru menyadari anak gadisnya itu sudah tumbuh dewasa.

"Kau sangat mirip dengan Killa, Alena." Gumam Barra saat punggung anaknya sudah tidak terlihat lagi.

*****

Di kelas Alena hanya diam termenung, dirinya masih memikirkan perkataan papanya semalam. Entah dirinya siap atau tidak di tinggal papanya nanti tugas di luar kota. Lalu apakah papanya itu benar benar serius berniat menitipkan dirinya kepada anak dari kerabat kerjanya? Apa itu tidak konyol? Secara, dirinya sudah dewasa dan bukan lagi anak anak yang harus diawasi oleh orang lain jika tidak ada orang tuanya.

Alena benci kehidupan seperti ini. Andaikan kedua orang tuanya masih bersatu pasti ia tidak akan kesepian karena pastinya dia akan di temani oleh mamanya. Tidak seperti papa yang terlalu sibuk dengan dunia kerja nya sampai lupa dengan dirinya.

Tanpa sadar kini air mata sudah membanjiri pipinya. Lalu seseorang datang memegang bahunya dari belakang membuat nya refleks menghapus air matanya kemudian menoleh ke belakang.

"Alaska?" Ujar Alena kaget dan sedikit teriak.

Lelaki yang di panggil Alaska itu tersenyum kearah Alena sambil mengusap air matanya yang masih tersisa di pipi.

FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang