HILANG RASA

11 6 5
                                    

Genap 20 bulan setelah kepergiannya. 20 bulan menjalani hari-hari biasa tanpa dirinya. Kurasa, ini lebih baik dari sebelumnya. Tanpa aturan yang mengekang, tanpa ada hati yang bimbang. Semua kulakukan dengan hati yang lapang. Bersama kawan yang saling menguatkan. Saat ini pula waktunya untuk perlahan menghapus rasa yang tersisa. Tak ada lagi kata "nyaman" , tak ada lagi kata "sayang" untuk seseorang.

Mungkin ini adalah saat saat terbaik. Bercanda bersama semua orang, tanpa melibatkan perasaan. Aku tak mau berlelah lelah dengan sebuah rasa yang tak pasti. Toh, untuk apa jika nanti ujungnya sama saja kandas ? Yang kubutuhkan sekarang hanya pereda berupa canda tawa saja kan? Tidak perlu muluk muluk soal perhatian lebih jika nantinya hanya membekas pedih.

Setelah peristiwa tak mengenakkan itu, banyak hal yang berubah pada diriku. Rasa egois yang meninggi, sikap bodoamat dan ingin memaki, hingga yang terparah yaitu dendam yang justru kian menjadi. Hati ini mengeras. Tak ingin peduli lagi, tak ingin menangis lagi. Berpura pura menjadi orang yang tidak peka seolah kini telah menjadi hobi baruku. Menggantungkan harapan orang sekarang telah menjadi kebiasaan burukku. Tapi, aneh. Hal itu justru membuatku puas dan merasa bahagia.

Lupa rasanya bagaimana diperhatikan. Terlalu mati rasa kini untuk disakiti. Tak ingat caranya untuk kembali terbang menatap awan. Dan terlalu kelu bibir ini untuk kembali tersenyum. Andai ada seseorang yang bisa mengembalikan lagi senyumku, menuntunku melewati masa suram ini, dan kembali membuatkan sayap untukku, kuyakin itu adalah kau yang saat ini sedang tidak bersamaku. Tapi, apa iya dia akan datang? Kurasa itu sebuah khayalan yang terlalu manis hingga nanti hanya akan membuatku menangis saat khayalan itu menjadi sebuah kenyataan. Kau pikir aku mau berlama lama menunggu seseorang itu?? Untuk apa? Untuk kembali merasakan kehancurkan yang sebelumnya sudah dihancurkan? Hahaha bodoh.

Semakin lama, waktu semakin mengubahku menjadi seseorang yang keras kepala. Dendamku makin membara. Kudengar baru baru ini kau menyudahi hubunganmu dengan yang baru. Tawaku lepas. Ingin saat itu memakimu mati matian. Ingin saat itu berteriak tepat di depan mukamu, lalu kuteriakkan kata rasakan itu!! tapi, sungguh disayangkan, sisi lain dari diriku menolak untuk memakimu. Bukan tanpa sebab, lagipula untuk apa aku kembali berurusan denganmu? Hey, itu hanya membuang waktu ku.

Ditengah rasa dendam ini, aku tak menemukan sosok orang yang selalu menjadi penenang badai ini. Kau tiba tiba berubah. Kau tak lagi sama. Kau bukan sosok yang aku kenal. Yang mampu memberi hangat disaat dinginku melanda. Ada apa denganmu? Hmm, sepertinya kau tidak suka dengan sikapku ini. Yang makin tak bisa dikendali. Yah, itu wajar saja. Tak semua orang bisa setangguh dan sesabar dirimu saat menenangkanku. Ya, mungkin itu yang membuatmu kini juga berubah. Kau sudah lelah untuk menjagaku. Kau sudah cukup untuk mengajariku segalanya. Kini kau tak perlu lagi berlelah lelah ada disisiku. Biar aku sendiri yang mengurus hidupku. Tak apa, lagipula kita sudah beranjak remaja. Kau bisa membuat duniamu yang lebih menyenangkan bersama orang orang yang sefrekuensi denganmu, dan aku akan membenahi duniaku dengan ceritaku sendiri. Tenanglah, kau akan memiliki tempat dibagian cerita yang kubuat, sebagai ucapan terimakasihku untukmu yang telah kuat menopangku selama 10 tahun lamanya.

----------------------------------------------------------

Tak semua luka bisa diobati
Tak semua pergi harus ditangisi
Tak semua dendam perlu dilampiasi
Dan tak semua cerita berujung sakit hati
-

---------------------------------------------------------

Selamat menunaikan ibadah puasa teman teman. Semoga dibulan yang berkah ini, kalian selalu diberi kesehatan dan kelancaran dalam melaksanakan ibadah🤗

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ILUSI HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang