'If you love me let me know, if you don't please let me go'
-un
- - - - - - - - - - - - - - -
Fena's POV
Mata pelajaran paling membosankan dalam sejarah hidupku, Oke.. Mungkin aku berlebihan, tapi Kimia memang menyusahkan..
'psstt.. Fenn' seperti ada yang memanggil, ahh.. Siapa tau salah denger,
'Fena.. psstt' suara itu lagi, ada apa sebenarnya? Bu Siska sedang sibuk menerangkan dan kelaspun menjadi hening, tapi siapa yang berani-beraninya memanggilku disaat yang menegangkan seperti ini..
'Fen..' intonasinya semakin meninggi dan suara itu berasal dari belakang, aku pun menengok dan melihat muka si menyebalkan itu.. Ya.. Siapa lagi kalau bukan Dika.
'Fena! Dika!'
Tiba-tiba mejaku dihentakkan, dan akupun melonjak kaget dan tersentak, hingga kakiku terbentur meja. Damn.'Kenapa kalian malah mengobrol saat ibu sedang menerangkan? Keluar!' bentak Bu Siska lagi sambil menatapku dan Dika bergantian
'Tap-' balasku yang langsung dipotong lagi oleh Bu Siska 'Tidak usah banyak tapi Fena, Keluar! Dika kamu juga!'. Astaga, benar-benar memalukan, akupun beranjak dari kursi dan meninggalkan kelas diikuti oleh Dika.
Persetan dengan Dika! Dia memang sudah gila!
'Ekhemm..' deheman yang menyebalkan itu keluar dari mulutnya sambil menatapku dengan tatapan mengejek, ingin sekali ku tonjok muka menyebalkan itu.
'Kan.. Gara-gara lo gue keluar!' bentakku padanya sambil menatapnya sinis.
'Ya bagus dong, bisa mati karna bosen kalo dikelas terus' ucapnya sambil nyengir menatapku. Aku bingung dengan lelaki dihadapanku ini, dia tampan, lumayan pintar juga tapi dia sering sekali menggangguku, memangnya apa salahku? Aku terus menatapnya sambil berpikiran negatif tentangnya.
'Gue tau gue ganteng, tapi biasa aja kali liatnya' katanya yang membuyarkan lamunanku dan memalingkan wajahku santai. Sial. Aku harus menghabiskan 30 menit disini.. Bersamanya!!
'Btw Fen, lo belajar piano dimana?' tanyanya yang membuatku heran, 'kenapa? Lo mau les piano? Orang kaya lo? Main piano?' tanyaku sambil terkekeh..
'Bukan.. Gue suka liat lo main piano' kata Dika sambil menatapku intens.
Kenapa dia menjadi semakin tampan disaat seperti ini.. Tunggu.. Apa?! Tampan?!! Yang benar saja Fen!!
'Oh, thanks' ucapku santai dan memalingkan wajahku lagi.
'Besok.. Free?' tanyanya lagi yang membuatku menoleh, 'free?' tanyaku, 'jalan yuk' ajaknya bersemangat tanpa ragu sedikitpun, Apa?! Dia mengajakku jalan?!
'Kemana?' tanyaku, 'Temenin gue beli novel sama makanan buat di apartemen gue' balasnya lagi. Tunggu.. Dia tinggal di apartemen?
'Hm.. Oke' jawabku meng-iyakan dan dia tersenyum, semenjak aku menerima ajakannya, tidak ada lagi yang berbicara hingga bel pulang sekolah.
Situasi ini.. Sangat.. Aneh!
- - - - - - - - - - - - - - -
'Fen.. Tadi lo dimana aja?' tanya Randa sambil menatapku heran, aku yakin mereka menanyakan keberadaanku.. Dan Dika pastinya, 'Di taman belakang' jawabku lesu mengingat besok akan menemani Dika berbelanja.
'Btw, kalian jadi kerumah gue kan?' ranya Tania padaku dan Randa, sontak kami mengangguk mantap, 'Yaudah yuk, sopir gue udah sampai' ajak Tania, dan kami pun mengikutinya.
Diperjalanan menuju parkiran sekolah, aku mendengar banyaknya kaum hawa yang berteriak saat melihat kakak kelas tampan yang aku temui di ruang kusik tadi dan tidak sengaja aku berpapasan dengan kakak kelas itu.. Ah lupakan, apa peduliku? Aku pun berpura-pura tidak melihatnya lagi, sialnya.. Lorong sekolah yang sedang kulewati sedang padat, mungkin karena kedatangannya mengundang banyaknya wanita yang mengidolakan dia, tapi.. Kenapa jarakku dengannya sangat dekat. Astaga, aku hanya setinggi pundaknya?
Allard's POV
Aku seperti mengenalnya..
Oh iya.. Gadis tadi.. Yang bermain piano dengan indahnya, Tunggu.. Al! Apa kau memujinya lagi? Tidak tidak.. Dia hanya bagus memainkannya.. sudahlah aku akui dia hebat.Apa dia masih tidak melihatku? Untungnya lorong ini semakin ramai, jadi dia akan mendekat...
Tunggu.. Kenapa aku mengharapkannya mendekat? Ada apa denganku?'Akhh..' teriaknya pelan, karena berdesakan dengan orang-orang yang lebih tinggi darinya, aku bsru sadar, dia mungil, tapi tidak terlalu mungil..
Lucu..
'Fen! Pegang!' teriak temannya sambil menjulurkan tangannya, gadis itu berusaha menggapainya tapi tidak bisa..
Akhirnya..
'Eh?' pekiknya saat aku menarik tangannya dengan tidak kasar agar menjauh dari kerumunan itu, lalu aku menatapnya sebentar,
Wajahnya terlihat menatapku heran dan membuatku tersenyum, dan aku pun langsung meninggalkannyaSekali lagi..
Lucu..
- - - - - - - - - - - - - - -
Fena's POV
Apa itu tadi? Dia... Menolongku? Aku tidak sempat berterima kasih.. Ya sudahlah..
Terima kasih.. Kak..
'Fen! Kok lu bisa keluar sih?' tanya Randa setelah berhasil menerobos kerumunan itu selama 5 menit, lalu disusul oleh Tania yang terlihat kewalahan.
'Dibantu' jawabku singkat lalu segera berjalan menuju parkiran diikuti oleh Tania dan Randa, 'Dibantu? Siapa?' tanya Tania
'Udah, nanti aja bahasnya' jawabku lagi dan kita sudah sampai diparkiran dan segera menaiki mobil Tania.
Heyow pipel!;>
Oke.. Ini lebih absurd, i know it, relax, chill, jangan didemo dong. Gak ada juga sih yang minat ngedemo:')
Aku gak berhentinya berharap semoga banyak yang baca dan juga menikmati setiap episodenya! 💕
That's all for this Episode.
Kira-kira, besok Fena dan Dika bakalan ngapain ya..
Stay tune ajaa yawww!!!Warm kisses✨
-cloud;)
KAMU SEDANG MEMBACA
Missunderstood
Teen FictionPernahkah kau jatuh cinta? Sebagian besar orang pasti menjawab pernah. Well, tapi pernah gak sih kalian jatuh cinta karena sebuah kesalahpahaman? Kesalahpahaman yang menciptakan cinta segitiga, perpecahbelahan, menyebabkan seseorang patah hati, me...