Aku tersenyum lebar menatap pantulan diriku dicermin. Cantik? Enggak sih menurut aku. Tapi kata orang-orang aku ini manis apalagi kalo senyum.
"Semangat," ucapku menyemangati diri sindiri.
Aku jelaskan. Hari ini adalah hari pertamaku sekolah setelah sekian lama aku homeschooling. Iya, aku sekolah sd 6 tahun lalu setelahnya aku homeschooling. Alasannya kenapa? Akan dijelaskan pada chapter entah yang keberapa nanti. Sebenarnya aku sudah nyaman untuk homeschooling tapi kata bunda aku harus masuk SMA biar aku tahu lingkungan. Enggak mangkep terus dirumah. Kalo kata Alif aku tu nolep banget. Ya, walaupun aku sering keluar bareng keluarga masih aja dibilang nolep. Heran aku tu.
"Seberapa lama pun lo kacaan. Kalo udik, ya bakalan tetap udik!"
Celetukan bernada sindiran itu sontak membuatku melihat ke sumber suara. Rayhan Abraham. Abang satu-satunya aku. Ganteng? Iya. Pintar? Juga iya. Anaknya jahat, gak ada baik-baiknya ke aku. Ya, jahatnya ke aku doang. Terus mulutnya pedes juga lemes. Aku aja pernah nangis bukan pernah tapi sering nangis, gara-gara omongannya yang kayak dikasih bon cabe level 30. Pedes banget.
Aku hanya tersenyum menanggapi sindirannya. Penampilan bang Ray membuat aku mendengus kesal. Kerah tidak rapi, bajunya keluar, dan dasi yang miring. Dengan langkah pelan aku mendekat, mencoba untuk merapikan penampilannya. Baru saja ingin merapikan kerahnya. Tepisan kasar ditanganku membuat gerakanku terhenti seketika.
"Apaan sih lo. Sok perhatian banget lagi. Dasar cewek gak tahu modis. Taunya cuman baju yang godobor-godobor doang."
Miris kan. Abang sendiri aja kayak gitu ke aku. Iya, aku tahu kok aku ini cewek ketinggalan jaman. Gak tahu apa-apa. Udik lagi.
"Maaf."
Tatapan matanya yang tajam mengarah kearahku. Membuat aku semakin menundukkan kepala. Sumpah, tatapan matanya tajam banget. Aku merasa diintimidasi sekarang. Seperti maling yang sedang ketangkap basah.
"Lo pikir gue bakalan kesini kalo gak disuruh sama ayah? Gak akan! Cewek udik kok sekolah sih," ucapnya sebelum berlalu keluar.
Tahan, tahan, gak boleh nangis, nanti puasanya batal. Tapi gak kuat. Air mata yang sesari tadi aku tahan akhirnya berembas keluar. Sakit banget Ya-Rabb. Aku gak kuat. Rasanya pengen bilang ke ayah dan bilang aku gak mau sekolah. Tapi aku gak mau bunda sama ayah sedih karena aku nolak keinginan mereka. Aku selama ini belum pernah bahagiain mereka. Aku cuman bikin mereka sedih aja selama ini. Makanya aku nerima tawaran ayah untuk sekolah lagi.
Sekali lagi aku menghirup udara sebelum menuju meja makan.
"Maaf lama yah."
"Gak apa-apa sayang. Ayo sarapan, sini duduk," ajak ayah.
Senyuman tulus dari Ayah, Bunda, dan dek Alif membuat otomatis aku ikut tersenyum. Dek Alif atau biasa dipanggil Adek adalah anak bontot dalam keluargaku. Gak tahu ya, kalo besok ayah dan bunda nambah lagi. Adek ini ngeselin sih, tapi perhatian, baik lagi. Aku lebih dekat sama Adek daripada Bang Ray. Kalian tahu sendirikan bang Ray gimana ke aku.
"Aku sudah selesai sarapannya, Yah. Aku berangkat dulu," ujar bang Ray yang sekarang sedang mulai berdiri.
"Ray kamu apa-apaan. Adek kamu baru mau duduk dan kamu sudah berdiri. Itu gak sopan Ray," tegas Ayah.
"Dia sih lama. Udah ditunggu juga. Dia kira dia tuan putri apa. Oh, iya. Dia kan memang tuan putri dalam keluarga ini."
"RAY!"
Astagfirullah. Aku tersentak kaget saat mendengar ayah yang sedang berteriak lantang sembari menatap bang Ray tajam yang dibalas tajam pula oleh bang Ray.
Tanganku mulai gemetar, aku menundukkan kepalaku. Aku selalu gini kalo ada yang marah. Takut.
"Abang duduk dulu ya," pinta Bunda dengan nada lembut. Sontak bang Ray kembali duduk lagi.
Bang Ray itu kalo udah Bunda yang merintah langsung garcep. Pokoknya bang Ray gak akan nolak apapun yang diperintahkan oleh Bunda.
"Rain sudah siap ko yah. Rain berangkat dulu ya."
"Ayo bang," ajakku saat tak melihat pergerakan dari bang Ray.
"Siapa yang mau berangkat bareng lo."
"Ray," geram Ayah yang kembali menatap bang Ray tajam.
__________
Next 👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainha Asyifa
Teen Fiction"Aku yakin sebenarnya orang-orang yang membenciku saat ini akan menjadi orang-orang yang paling menyayangiku suatu saat nanti." -Rainha Asyifa "Tidak ada alasan untuk membencimu." ...