Chapter 3

14 2 0
                                    

Kutatap bang Ray dengan pandangan terluka. Sedangkan bang Ray mengalihkan pandangannya seakan-akan tak tejadi apa-apa. Dia kembali tertawa bersama teman-temannya.
_________________________________________

Merasa diabaikan di tempat itu, aku mulai melangkahkan kembali kakiku mencari ruangan kepsek. Sebelum jauh aku sempat melirik cowok yang sedari tadi menatapku. Dan, ya. Dia masih lihatin aku. Duh, ini aku yang ke-geer an apa emang iya sih?

"Duh, dimana ruangannya ya," ucapku bingung saat tersadar bahwa aku tidak tahu dimana ruang kepsek.

"Hai, nyari apa?" Ujar seseorang yang membuat aku kaget. Refleks aku menundukkan kepalaku.

"Eh, ru-an-g kep-sek," jawabku gugup.

Kenapa aku gugup sih? Malu-maluin aja sih. Ini yang paling aku benci dalam diri aku. Aku kalo ketemu orang baru gini pastu gugup banget.

"Kalo ngomong sama orang itu wajahnya diliat. Bukan nunduk gitu. Masih ganteng wajah gue daripada sepatu lo," tuturnya jengah.

Karena ucapannya sontak aku mengangkat kepalaku untuk menatapnya. Kok ganteng sih? Untung aja aku enggak meleleh.

"Gimana? Ganteng kan? Makanya diliat biar dapat asupan pagi-pagi bukannya liatin sepatu mulu," katanya diselingi tawa renyah diakhir kalimat.

Duh, ini muka aku gak merah kan?

"Mau keruang kepsek kan?" tanyanya.

"Eh, iya."

"Ayo bareng gue, sekalian. Gue juga mau ke ruang kepsek nih."

"Iya."

"Iya-iya mulu. Gak ada kata lain apa," dengusnya kesal.

Aku hanya tersenyum menanggapi kekesalannya. Kami mulai berjalan menuju ruang kepsek. Hening. Hanya terdengar derap langkah kaki kami berdua yang saling bersahutan. Jam pembelajaran pun sudah berlangsung.

"Anak baru ya?" tanyanya memecah keheningan.

"Iya."

Ku lihat dia memutar bola mata jengah. Tanpa sadar aku terkekeh pelan.

"Kok ketawa?" dia menatap heran padaku.

"Lucu," kataku jujur.

"Ternyata selain ganteng gue juga lucu," ucapnya pongah sembari menyisir rambutnya kebelakang sok belagu.

Kali ini aku terkekeh lebih keras tidak seperti tadi yang terkesan malu-malu cat.

"Ayo masuk."

Dia mulai melangkahkan kedalam ruang kepsek. Saat aku berada didepan pintu aku melihat mereka sedang mengobrol.

Cowok itu memberi isyarat padaku untuk duduk disampingnya. Dengan ragu aku duduk disampingnya. Gugup lagi kan. Haduh.

"Rainha ya?" tanya kepsek itu.

"Iy-a pa-k."

"Kamu enggak gagap kan?"

"Enggak pak." Kepala ku menunduk semakin dalam. Keringat dingin mulai keluar dengan sendirinya tanpa diperintah.

"Kenalin saya Dion, kepala sekolah disini." Pak Dion mengulurkan tangannya kearahku.

Aku hanya menyatukan tangan dengan menganguk sekali. "Rainha pak," jawabku tersenyum kecil.

Pak Dion kembali menarik uluran tangannya.

"Rain, kamu masuk kelas X Mia 1."

"Iya, pak."

"Adam, kamu bisa mengantar Rainha kan?" tanya Pak Dion pada cowok disebalahku.

Oh, jadi namanya Adam. Aku milirik pada Adam yang sedang mengangguk mantap

"Bisa dong Pak, kan itu juga kelas Adam."

"Bagus."

Pak Dion menoleh padaku. "Rain, semoga betah bersekolah disini ya."

"Jangan tahu ketemu calon imam," lanjut Pak Dion yang membuat kami bertiga terkekeh.

"Ini calon imamnya, Pak," ujar Adam menunjuk dirinya sendiri. Mana alisnya turun naik lagi. Duh, jangan baper Rain.

"Udah-udah, sana masuk kelas."

"Siyap Pak, makasih."

"Makasih Pak," kataku dengan senyum lembut.

"Iya, sama-sama."

Tuh kan hening lagi. Tapi gak apa-apa deh, aku lebih suka hening.

"Gue Adam."

Aku menatap heran Adam yang masih berjalan tanpa menoleh padaku. "Udah tau kok."

Tiba-tiba saja Adam berhenti berjalan. Otomatis aku pun berhenti. Ia awalnya menatapku kesal yang berubah menjadi serius.

"Tapi kita belum kenalan secara resmi."

"Yang penting udah kan. Gak resmi juga gak apa-apa," balasku.

"Kenalin nama gue Adam Pratama."

"Aku Rainha Asyifa," jawabku balas menatapnya.

"Namanya cantik."

Namanya doang? Dalam hati nih. Mana berani aku bilang secara live. Oh, iya. Aku kan gak cantik.

"Bagus, indah," lanjutnya sambari lanjut berjalan.

Lagi. Lagi. Pasti nanti mau bilang aku cantik. Aku berjalan dengan senyuman lebar.

"Tapi yang punya nama jelek," lanjutnya lagi yang seketika membuat senyuman lebar di bibirku mengecil. Tergantikan dengan senyum kecil.

Sadar diri Rain. Itu memang faktanya jadi jangan sedih.

__________

Next👇



Rainha AsyifaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang