06

18 3 1
                                    

Hari keberangkatan tiba. Putra sudah mengantongi surat izin cutinya yang baru pertama kali ia gunakan selama hampir 5 tahun karirnya.

"Mas ... siap-siapnya udah selesai?" tanya Siwi dari arah luar.

"Sebentar lagi."

Siwi membuka pintu.

"Mau aku bantu, Mas?" tanya Siwi lagi.

Siwi melihat sekeliling kamar suaminya,tidak ada yang berantakan sama sekali seperti perkataannya semalam. Masih bersih dan wangi seperti biasa.

"Tidak apa-apa. Sudah selesai," jawab Putra.

"Kalau begitu aku tunggu di bawah, ya, Mas. Kita sarapan dulu." Siwi kembali menutup pintu dan menuruni anak tangga.

Setelah selesai Putra membawa turun kopernya. Hanya Satu koper ukuran medium. Putra duduk di meja makan. Ia memakan roti yang disediakan oleh istrinya dengan lahap.

"Kita akan ke Bandara nanti pukul 10," jelas Siwi.

Tepat jam 10 pagi Siwi dan Putra sampai di Bandara. Setelah melalui pemeriksaan mereka langsung menaiki pesawat. Sebelum menaiki pesawat Siwi terlihat menarik nafasnya berkali-kali.

"Gugup?" tegur Putra.

"Ini pengalaman pertamaku, Mas."

"Kemari." Putra menawarkan tangannya.

Siwi dengan ragu memberikan tangannya, pasalnya ini pertama kalinya dia menggenggam tangan suaminya setelah menjalani pernikahan selama dua tahun.

"Heem." Putra menunjuk tangannya .

Siwi menggenggam tangan suaminya untuk pertama kali setelah Akad dua tahun lalu. Tangannya lebih lembut dari dugaannya.

"Masih takut?"

"Lumayan," jawab Siwi.

Seumur hidupnya baru kali ini ia akan merasakan terbang dengan pesawat.

Selama take off, Siwi tak lepas menggenggam erat tangan suaminya. Rasanya benar-benar mendebarkan. Bukan, bukan karena perasaan suka atau semacamnya pada suaminya, melainkan Siwi phobia ketinggian, jadilah ia sangat panik saat ini.

"Tidak apa-apa." Putra menenangkan.

Siwi hanya terus menunduk sampai ketakutannya membuatnya lelah dan tertidur.

Beberapa jam kemudian Akhirnya mereka Sampai ke Bandara Internasional lombok. Mereka sudah disambut supir perusahaan yang menunggu.

"Selamat datang di Lombok, Mbak Siwi," sapanya.

"Terima kasih, Pak."

"Apa kita langsung berangkat?" tanya supir itu lagi.

"Ya, Pak."

Siwi dan Putra memang bersepakat untuk berangkat masing-masing ke tempat mereka menginap nantinya, Untuk menjaga privasi masing-masing.

Mereka berdua langsung  menuju Aloravilla dalam kendaraan yang berbeda.  Sepanjang jalan Siwi sibuk memperhatikan jalanan sedangkan di tempat lain Putra sibuk dengan ponselnya.

Sesampainya di AlloraVilla, Siwi disambut oleh resepsionis dengan sopannya, lalu Siwi memberikan voucer liburannya. Putra Tiba beberapa menit setelahnya. Mereka memesan kamar yang sama dalam voucer.

Sekilas pemandangan Aloravilla sangat mengagumkan dengan desain khas Suku Sasak. Kesan pertama yang Siwi rasakan adalah nyaman.

Memasuki kamar, Siwi disuguhkan dengan Interior sederhana yang memberi rasa hangat. Membuat Siwi merindukan kampung halaman. Dengan segera siwi menata barang bawaannya dan merebahkan badan lelahnya

"Uwaaah ... nyaman. Aku merindukan kasur." Siwi tertawa merasakan nyamannya kasur yang ia tiduri saat ini.

Acara bermanja dengan kasurnya harus ia akhiri karena badannya yang melengket. Siwi bergegas menuju kamar mandi.

Selesai mandi dan merasa segar kembali, Siwi keluar untuk sekedar melihat pemandangan sekitar hotel. Di tengah ternyata terdapat kolam Renang yang jika malam hari terlihat sangat indah dengan hiasan cahaya lampu di sekelilingnya.

Biru duduk di kursi jemur yang tersedia di tepi kolam.

"Siwi ... kamu ngapain di sini?"

"Umm ... duduk. Selesai keliling. Mas darimana?" Siwi balik bertanya.

"Sama," jawab Putra, sembari mengambil posisi duduk di dekat Siwi. Siwi hanya beroh ria.

"Mas, udah punya List tempat-tempat yang mau dikunjungi?"

"Belum. Aku sepertinya tak ingin kemana-mana. Cuacanya panas tidak akan baik untuk kulitku."

"Jangan berlibur kalau hanya ingin menikmati ace hotel. Kalau hanya begitu, Rumah sakit juga lebih nyaman," sarkas Siwi sembari tertawa kecil, menertawakan kelakuan aneh suaminya.

KITA?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang