"Kita mau kemana?" tanya Aqilla memecah keheningan diantara mereka.
Ya... Sejak tadi tidak ada yang berucap sepatah kata pun hanya suara dua pasang sepatu yang menghiasi kesunyian pagi itu.
Selain karena Aldi tidak mau mencampuri urusan teman barunya, Aqilla juga enggan untuk menceritakan kejadian menyebalkan yang terjadi dengannya dan orang yang menyebalkan pula.
"Mau ke ruang osis," jawab Aldi sekenanya.
"Bukannya tadi lo mau nganterin gue daftar jadi kapten basket ya? Terus kenapa sekarang jadi ke ruang osis? Apa ada hubungannya sama daftar jadi kapten basket? Terus kenapa pak Bambang tadi nelepon lo? Emang ada yang pen-" tiba tiba jari telunjuk Aldi sudah berada di mulut Aqilla yang memberondongnya dengan begitu banyak pertanyaan.
"Kalau lo nanya terus gue jawabnya dari mana? Eh... Ehm sorry heheh." Aldi melepaskan bungkamanya setelah tersadar.
"Nggak masalah. Oke sekarang lo jawab pertanyaan gue." Aqilla mencoba mengembalikan kerenyahan yang beberapa saat lalu berubah menjadi kecanggungan.
"Jadi Pak Bambang bilang beliau harus cuti tiga hari karena ada meeting penting. Ada pertemuan guru olahraga di luar kota dan Pak Bambang yang mewakili SMA Andromeda."
"What?! Tiga hari? Bukannya setelah tiga hari itu besoknya udah pertandingan ya? Terus gue gimana dong," kata Aqilla lesu sambil menunjukkan raut kesedihan.
"Aqilla jangan melow-melow gitu deh kan cogan nggak tega lihatnya. Udah ya tenang aja ada solusinya, kok."
"Solusi? Apa?" Aqilla berteriak semangat dengan mata berbinar penuh harap.
"Aduh Qill gimana gue mau ngejelasinnya coba kalau lo sendiri nyela mulu? Oke gue bakal jelasin asal lo bisa diem." Aqilla mengangguk paham.
"Solusinya lo bisa daftar ke ruang osis. Mulai hari ini pendaftaran berpindah alih ke ketua osis. Jadi lo nggak perlu sedih gue bakal anterin lo sampai sana," jelas Aldi panjang lebar dengan terus menyejajarkan langkahnya dengan langkah seseorang disampingnya.
Krik... Krik...
••••••••••••••••••••
Suasana kembali hening"Kok gue dicuekin sih?" Aldi merengut kesal.
"Lah bukannya lo sendiri yang suruh gue buat diem."
"Maksud gue diemnya pas gue jelasin abis itu lo bebas berpendapat Aqillaa," teriak Aldi gemas. Diluar dugaan yang diteriaki malah tertawa cekikikan.
"Lucu banget sih lo gue nggak se bego itu ya. Gue cuma ngetes kesabaran lo aja," ledek Aqilla dengan sisa sisa tawanya.
"Au ah lo nyebelin." Aldi mempercepat langkahnya mendahului Aqilla.
"Uluh uluh... Mirip anak kecil. Sini kakak beliin permen sayang biar nggak ngambek lagi." Aqilla terus meledek sedangkan yang di depan mulai senyum senyum sendiri.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Perbincangan yang memakan waktu itu telah mengantarkan keduanya di depan pintu ruang osis. Memang sedikit konyol, tapi kekonyolan itu menghibur keduanya dibandingkan dengan suasana keheningan seperti di kuburan.
Dari kejauhan terdengar langkah sepatu yang berlarian kecil. Sepertinya pemilik sepasang sepatu itu sedikit kesal.
"Aldi! Kemana aja sih lo?" kata gadis tadi dengan nada jutek.
"Ampun nyonya gue baru tau." Aldi cekikikan.
"Nih formulirnya berat banget tau. Kemana aja sih lo? Ketua osis kerjaannya keluyuran mulu. Pokoknya gue nggak mau tau lo harus pilah pilah berkasnya abis itu serahin ke Fritzy biar di data semuanya," ucap gadis itu sedikit terengah-engah.
"Oh ya kamu jangan mau deket deket sama si mata keranjang ini ya," canda garing gadis tadi setelah menyadari adanya Aqilla. Aldi bukannya marah, ia malah terkekeh geli melihat kelakuan teman sekaligus musuh bebuyutannya yang menjabat sebagai bendahara dalam keanggotaan osis.
"Bentar deh. Ketua osis? Aldi?" tanya Aqilla yang masih kebingungan. Aldi terdiam begitu juga dengan gadis di depannya. Seperti terbungkam saja mulutnya.
DEG... DEG...
-#Hallo readers ku yang setia. Maaf ya hiat nggak bilang-bilang maafkan kelabilan author yang satu ini hshs-_
jadi rencananya mau update besok eh nggak tau kenapa jarinya lagi semangat gitu inget kalian eakk><
Sekali lagi maaf kalau rada absurd soalnya mengingat alur nggak semudah mengingat janji manisnya hwhw
Udahlah author makin gaje. Jangan lupa vote dan komen dibawah ya gaiseu love u<3
KAMU SEDANG MEMBACA
Slice Of Love
Teen Fiction"Jika kita memang tidak ditakdirkan untuk menjalin sebuah ikatan, lalu untuk apa gelang merah ini masih terkait di tangan." -Unknown "Susah untuk melepaskan, tapi berat untuk melanjutkan" -Unknown. "Jika waktu dapat diputar, maka aku akan memilih un...