NAK | 01

109 17 0
                                    

"Udah lama nunggu?” tanya Iqbaal sambil menarik kursi kantin.

“Engga kok. Oh iya, kamu mau pesen apa? Biar Elen yang pesenin.” jawab (Namakamu).

“Yeeee, biir Ilin ying pisinin, nyinyinyi,” canda Elen pada (Namakamu). "Hehehe, sekalian lah, Len,” ucap (Namakaku) sambil nyengir.

“Ya udah, lo pesen apa Baal?” tanya Elen pada Iqbaal. “Gue samain kayak (Namakamu) aja.”

Sepeninggal Elen, kini tinggalah Iqbaal dan (Namakamu) yang berada di situ.

Oh iya, Elen. Dia teman sebangku (Namakamu) sekaligus sahabat (Namakamu). Mereka sudah seperti saudara kalau kata orang-orang. Mereka dekat saat MOS kelas 10, dan akhirnya mereka satu kelas sampai kelas 11 ini. Elen anaknya galak, apalagi kalo sudah benar-benar dekat dengan dia. Tapi walaupun begitu, Elen galak demi kebaikan kok, hihihi.

“Oh iya by, aku ada tugas sekolah nih. Aku di suruh menilai sebuah karya, jadi aku harus cari buku buat jadi bahannya. Pulang sekolah ini kamu bisa nemenin aku ke toko buku gak? Bisa ya? Temenin Iqbaal ya?” mohon Iqbaal pada (Namakamu).

“Iya-iya, nanti (Namakamu) temenin beli bukunya Iqbaal,” jawab (Namakamu) dengan gemas. “Makasih, nanti 5 menit setelah bel pulang aku jemput ke kelas kamu ya.” Ucap Iqbaal sambil mengusap kepala (Namakamu).

Tiba-tiba saja Elen datang bersama Bram, pacarnya. “Oi! Pacaran terosss!” kejut Bram pada dua sejoli itu

“Astaghfirullah, Bram! Ngagetin ye lo!” geram (Namakamu) pada Bram dan bersiap ingin menabok muka Bram.

“Tau nih, si Bram, untung gue gak kebablasan mukul kepala (Namakamu)” ucap Iqbaal sebal.

“Wehehehe, ampun nyai ampun, kalem kang kalem, damai damai,” jawab Bram sambil membentuk jarinya seperti huruf v menandakan berdamai.

Iqbaal dan Elen yang melihat itu hanya bisa menggelengkan kepala. Bukan rahasia lagi bagi mereka jika (Namakamu) dan Bram bersatu pasti akan ada keributan. Ya, walaupun hanya sekedar gurauan. Tapi itulah yang menyenangkan bagi mereka. Toh, baik (Namakamu) ataupun Bram tidak ada yang tersinggung sama sekali.

Akhirnya mereka berempat menikmati santapannya masing-masing sebelum bel masuk terdengar. “Oh iya (Namakamu), gue nanti pulangnya bareng sama Bram. Gue mau nemenin dia beli bunga buat ulang tahun mamanya. Jadi, lo ga papa kan kalo harus pulang bareng Iqbaal. Bisa kan, Baal?” Beri tau Elen pada (Namakamu).

“Bisa kok bisa, tenang aja, (Namakamu) aman sama gue.” Jawab Iqbaal santai. “Yeeee, lo mah asalkan sama (Namakamu) jadiin, ya gak (Nam)!” sela Bram.

"Hahaha, iya iya, ga papa kok Len, lagian gue sama Iqbaal juga mau mampir ke toko buku kok.” Final (Namakamu) melerai Iqbaal dan Bram agar tidak bacot berkelanjutan.

•••

“(Namakamu)nya ada di dalam?” tanya Iqbaal pada salah satu teman kelas (Namakamu) yang sedang membuang sampah di depan kelas.

“Oh iya, ada kok, bentar gue panggilin dulu Baal.” ucap Sabda, teman sekelas (Namakamu).
“Em... Eh ga usah, lo lanjut aja piketnya, biar gue masuk aja ga papa kan?” sela Iqbaal. “Oh gitu, iya, ga papa, masuk aja Baal.” Jawab Sabda dan melanjutkan kegiatannya.

“Hai, aku kelamaan ya? Sorry ya, tadi Iqbaal ke kantor guru dulu ngumpulin tugas.” Ucap Iqbaal tak enak.

“Eh, Hai, engga, ini (Namakamu) juga haru selesai nyatetnya kok. Udah kan? Sekarang yuk, keburu malem, hehehe,” ajak (Namakamu).

“Ya udah, yuk,” ajak Iqbaal dan akhirnya mereka keluar dari kelas (Namakamu).

“Emm, Sabda, gue duluan ya sama Iqbaal, ga papa kan gue tinggal? Gue mau pergi soalnya,” ucap (Namakamu) tak enak.

"Eh, iya, ga papa kok, si Pijar juga baru nyuci pel. Lo duluan aja.” Ucap Sabda. “Makasih ya Sab, gue sama (Namakamu) duluan.” Pamit Iqbaal.

•••

Akhirnya setelah 15 menit perjalanan, mereka sampai juga di toko buku. Jarak antara sekolah dan toko buku yang mereka datangi memang tidak terlalu jauh, jadi tidak memakan waktu yang lama untuk ke toko buku tersebut.

•••

Bersambung

HEYYO...
Udah 5 hari puasa nih. Gimana nih puasanya? Beda banget ya sama tahun kemarin( ꈍᴗꈍ)
Sehat-sehat terus ya kalian, stay safe uwu.

Aduh maap nggantung aw, kek hubungan, wkwkak. Kapan-kapan dilanjutin kok, gimana? Biasa aja ya, hiks. Kurang apa? Comment dong, vote juga mwehe.

Kira-kira gimana hayoooo, liat aja nanti wkwkwk. Sampai ketemu di part selanjutnya, uwu.

© celia part of alewritingproject

Novel atau Aku?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang