Sudah menjadi rutinitas, Vanya bangun karena mimpi buruknya. Tapi kali ini sedikit berbeda karena Vanya tidak mendapati ayahnya ada di rumah.
Dengan langkah gontai, Vanya menyiapkan untuk sarapannya. Tidak banyak, hanya roti dan susu, itupun sudah cukup. Sungguh, dia sangat rindu masakan ibu. Karena sudah begitu lama, Vanya jadi lupa bagaimana rasa masakan dari ibunya itu.
"Kapan aku bisa merasakan masakanmu lagi bu?" Vanya bergumam dan tanpa sadar meneteskan air matanya. Lama kelamaan, dia menjadi terisak. Menangis dalam diam. Dan tanpa dia sadari, ada seseorang yang sedang memerhatikan dia.
Vanya menyeka air matanya. Mengambil nafas dan mengeluarkannya, mencoba menetralkan detak jantungnya.
Dia menuju kamar mandi dan melihat wajahnya, mata yang membengkak, dan hidung yang memerah. Dia mencuci wajahnya agar terasa segar tapi tetap saja, wajahnya masih terlihat seperti habis menangis. Vanya menghela nafas dan segera pergi ke kampusnya.
Vanya berjalan kaki menyusuri trotoar. Selain suka musik, dia juga suka berjalan kaki. Karena Vanya bisa melihat sekeliling dan menghirup udara segar di pagi hari. Saat sedang melihat sekeliling, dari kejauhan Vanya bisa mendengar suara motor vespa. Dia jadi teringat kejadian kemarin saat dia di antar menggunakan motor vespa. Dan itu sangat menyenangkan, ohh sungguh, Vanya ingin menaiki motor vespa lagi.
Tiin.. tiinn...
Vanya terlonjat dari lamunannya dan mendapati sesosok pria dengan vespa birunya. Ternyata, suara dari motor vespa tadi adalah milik pria itu -Fajar Fahrezi.
"Maaf, kamu kaget ya?" Jay bersuara sambil terkikik
"Oh? Tidak apa."
"Mau bareng gak? Jok belakang kosong tuh." Jay menawarkan tumpangan dengan senyum manisnya.
Jay sedikit was-was, takut ajakannya di tolak melihat Vanya yang hanya menatapnya tanpa berbicara apapun.
"Heii, kok bengong?" Jay melambaikan tangan di depan wajah Vanya
"Ehh? Iyaa.. iyaa boleh."
Jay memberikan helm kepada Vanya untuk keselamatannya. Setelah di rasa Vanya sudah siap, Jay menjalankan vespanya menyusuri jalanan.
Untuk saat ini, Vanya merasa senang karena keinginannya terkabul. Dan terlihat sedikit senyuman yang terlukis di bibirnya. Jay yang melihat itu pun ikut menarik bibirnya.
Baru kali ini dia melihat Vanya tersenyum. Karena dari yang Bayu ceritakan padanya, Vanya jarang sekali tersenyum. Jay sangat beruntung bisa melihat senyum langka dari seorang Vanya. Yaahh, walaupun hanya senyuman tipis. Tapi menurutnya, senyuman Vanya manis melebihi permen harum manis.
"Kau cantik kalau tersenyum." Jay bergumam dan kembali fokus ke jalanan.
Setelah beberapa menit, mereka sampai di parkiran kampus. Di sana ada Karina, pacarnya, sama Mas Bayu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ME AFTER YOU ~ PCY
FanficSemuanya berubah setelah aku bertemu denganmu. Dan aku bersyukur akan hal itu.