Sebuah bus berhenti di halte. Orang- orang bergegas untuk turun, saat hendak turun, seorang gadis menjatuhkan album fotonya.Gerald mengambilnya, ia berniat mengembalikannya, tapi gadis tersebut telah pergi entah kemana. Tapi satu hal yang Gerald ingat, ia memakai seragam yang sama dengan yang dipakai Gerald.
Tapi Gerald penasaran, kenapa gadis tersebut tidak pernah dilihatnya disekolah? Atau mungkin ia anak baru?
---
Bianca duduk di tempa tidurnya, ia hendak membaca buku, saat ia ingin membuka buku, ia mencari cari album fotonya. Yah memang aneh tapi kemanapun Bianca pergi, ia selalu membawanya, walaupun hanya berisi foto foto masa lalunya bersama dengan Devan.
"Dimana sih?" Bianca membongkar acak-acakan tasnya. Album foto itu adalah satu-satunya kenangan yang dimiliki Bianca. Karena Bianca tau orang bisa berubah, tapi kenangan tidak.
---
Hari ini langit terlihat begitu gelap, dan sepertinya hujan akan turun.
Bianca bersiap siap untuk pergi kesekolah barunya, ini adalah hari kedua ia bersekolah disana, Alasannya cuma satu agar ia bisa selalu melihat Devan.Bianca bergegas keluar dari dalam kamarnya setelah berpakaian seragam rapi. Gadis itu menuruni anak tangga satu persatu sambil memperbaiki rambutnya. Dengan langkah gontai dia menuju meja makan untuk sarapan.
Meja makan begitu sepi. Tak ada tanda-tanda kehidupan disana, kecuali Bi Ima yang sedang mencuci piring di wastafel. Saat melihat Bianca, wanita itu bergegas menyiapkan sarapan yang dibalas senyuman kecil Bianca.
Setelah itu dia makan dalam diam dan sendiri. Seperti yang sudah-sudah. Selalu sama.
---
Gerald melangkah dengan malasnya karena semalam begadang. Saat hendak menuju kelasnya XI IPS8, ia mendengar suara teman-temannya sedang berbicara sesuatu.
"Eh ada anak baru tuh!" ucap Angel
"Katanya sih udah masuk dari kemarin," balas Cristy
"Emang masuk kelas mana sih?" tanya Clara ikut nimbrung. Ketiga gadis itu berdiri di koridor dengan gaya angkuh.
"Kelas XI IPS6 sih dari berita yang gue dengar." Cristy menjawab sambil melirik Gerald sejenak.
---
"Selamat pagi anak anak!" Pak Gusti berjalan memasuki kelas dan langsung duduk di bangkunya.
"Pagi pak guru!" balas seisi kelas.
"Hari ini kita ulangan matematika!" lanjut pak Gusti sambil membuka bukunya.
"Yah kita kan belum belajar!?" protesan langsung saling menyahut ketika Pak Gusti mengucapkan kalimat tadi.
"Jadi kalian hanya belajar kalau ada ulangan!?" sahut pak Gusti kesal. "Nggak usah banyak protes! Sekarang kita mulai belajarnya!?" lanjut Pak Gusti.
"Gimana nih, gue belum buat contekan lagi! Mana tahu si Gusti mau kasih ulangan mendadak!" cibir Cristy kesal.
"What the fuck, gue kan belum belajar!" ucap Gerald sambil mengacak rambutnya frustasi.
"Lo udah belajar belum?" tanya Nando berbalik kebelakang. Satu-satu harapannya cuma Rafa.
"Ebuset gue si owh aja," jawab Rafa. Dan detik berikutnya Nando merasa menjadi orang paling bodoh karena bertanya pada Rafa yang merupakan kembaran Patrick Star.
Seisi kelas menjadi hening ketika pak Gusti membagikan kertas ulangannya ke setiap meja. Ada yang pucat karena belum belajar, ada yang biasa saja karena memang pintar. Dan, Gerald berada di opsi pertama.
Ulangan sudah berlangsung selama tiga puluh menit. Menit demi menit berlalu begitu cepat dan lembar jawaban gerald masih kosong. Lelaki itu menoleh ke arah teman sebangkunya Nando, dan dia menemukan hal yang sama.
"Minta sama Fian!" perintah Gerald mutlak agar Nando meminta jawaban pada Fian si kutu buku yang selalu mendapatkan juara satu paralel.
Namun belum sempat Nando bereaksi, Pak Gusti sudah berkata 'lima menit lagi kumpul! '
"Eh nomor satu jawabannya apa!?" teriak Angel kelimpungan sambil melirik kesana-kemari.
"No dua juga gue belum," sambung Cristy yang duduk disebelah Angel.
"No tiga juga dong!" lanjut clara,
"Udah ah, lo bertiga mending main kd mall aja!" sahut Rafa ikut-ikutan. Padahal lembar jawabannya masih kosong, seperti otaknya.
"Lo juga sama dodol!" jawab Angel kesal.
---
Bianca duduk dalam hening. Dia memandang ke arah jendela yang langsung mengekspos luar kelas. Siapa sangka ia menemukan orang yang selama ini ia cari, yah dia Devan.
Tapi seperti perkataannya kemarin, orang yang dicari nya telah berubah. Semuanya sudah hancur lebur. Lelaki itu berjalan bersama dengan seorang gadis yang tidak diketahui namanya. tapi hanya untuk melihatnya saja, membuat Bianca malu.
Ia merasa gadis itu terlalu sempurna jika dibandingkan dengan dia, Dia merasa gadis itu seperti Starbucks dan dia hanya seperti pop ice atau lebih tepatnya es teh. Karena melihat itu Bianca mulai merasa lelah untuk terus mengejar devan, tapi Bianca baru lelah belum menyerah.
---
Bel pulang akhirnya berbunyi.
Semua siswa-siswi bersiap-siap untuk pulang, tapi tidak dengan Bianca ia tetap ditempat duduknya tanpa bergerak sedikitpun."Pulang yuk," ajak Morin karena merasa iba padanya yang murung sedari tadi karena alasan yang tak mau dia bagi.
Bianca tersenyum sekilas. "Duluan aja."
"Yaudah, duluan yah! Bye" kemudian punggung Morin hilang dibalik pintu kelas.
---
Gerald berjalan menuju parkiran, saat melewati depan kelas XI IPS6 dia melihat seorang gadis sedang duduk di meja paling pojok dengan murung.
Gerald berusaha mengabaikanya tapi ketika gadis tersebut membalikkan pandangannya, dan mata keduanya bertemu. Gerald tahu ia sedang menangis, dan bukan hanya itu saja Gerald merasa familiar dengan wajahnya serta iris hitamnya.
Atau mungkin dia adalah gadis pemilik album foto yang ditemukan Gerald kemarin
---
See you next part 😘
27 april 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories
Teen FictionWARNING! : Menjauh dari Gerald, jika lo nggak mau dapat masalah!!! Copyright©2020 by Claritaxxx