Tarik Ulur

1 0 0
                                    

"Lo jadi pacar gue aja ya?"

Aku tertawa sambil mengibaskan tanganku didepannya, menyembunyikan rasa gugupku akan pertanyaannya waktu itu.

Ia menatapku sambil terkekeh. Anehnya, tidak ada kata penjelasan bahwa ia baru saja bercanda tentang itu.

Ah.. Seandainya saja saat itu, aku langsung meng-iyakan ajakannya. Apakah mungkin, sekarang, aku dan dia mungkin bisa lebih dekat dari sekarang?

Ada banyak momen dimana, aku menyesali setiap apa yang terjadi denganku dan dia.

Aku si penjulur benang, dan dia si penarik benang.

Namun, kami hanya sebatas tarik ulur.

Aku tersenyum simpul saat melihat sosoknya saat ini.

"Wah.. Dateng juga akhirnya!" ia berkata tanpa beban, dengan senyum sumringah, menarikku kedalam pelukannya.

Aku menepuk bahunya sambil terkekeh.

"Sibuk ya lo?"

Aku hanya mengangguk sekali sambil mengangkat gelas minumanku.

Kami terdiam.

Seharusnya dia pergi menyapa teman-teman lama kami yang berkumpul disana. Tapi entah apa alasannya, ia hanya berdiri disebelahku. Kami sama-sama menatap lurus kedepan, ke sekumpulan anak muda yang saling berbagi memori masa lalu.

"Lo jadi pacar gue aja ya?"

Aku menoleh, memerah, menatapnya.

Oh, si penarik benang kembali rupanya.

///

Malam SabtuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang