1001 Penyelesan

23 3 5
                                    

Halo guys, gimana puasanya hari ini? Pastinya ga bolong dong ya, wkwk. Hari ini gue udah update lanjutan cerita ini, selamat membaca 🤗

Diiringi ayam yang berkokok riuh, Adzan subuh berkumandang merdu dari mesjid. Aku terbangun, dengan boneka yang masih di pekukanku, aku berlari kecil menuju dapur, mencari mamak. Lalu ku temui mamak sedang menyambal ikan, yah mamak menghasilkan uang dengan cara ini. Sederhananya, mamak berjualan nasi pagi di salah satu restoran kedai kopi mewah masa itu, restoran King. Pun menyiapkan sarapan pagi berupa nasi bungkus yang akan dijajakan di kantin tempat ayah bekerja. Lapas/Rutan.

"Kenapa mamak selalu bangun di tengah malam?" Aku bertanya
"Biar kamu bisa sarapan enak sayang" ibuku menjawab sambil tersenyum

Aku tertidur di sebuah kursi di dapur, lalu diangkat tanpa kusadari ke kasur. Jam setengah 8 aku dibangunkan oleh ayahku dengan elusan tepat di kepala.
"Bangun neuk, katanya mau ikut ayah kerja" ayahku berkata dengan lembut, lalu menggendongku menuju kamar mandi.

Singkat cerita kamipun sampai di Rutan, mencagak motor Win 100 di parkiran roda dua. Lalu masuk dengan santai, pintu pertama dilapisi baja setebal 5 senti, dengan pintu petak tak sampai ke lantai, jika kita masuk wajib mengangkat kaki dan menundukkan kepala. Dijaga oleh 2 orang tegap dengan sepatu bootsnya. Ini cukup khas! Kemudian tiba di ruang pelayanan tamu, tergantung 10 helmet dan Shield transparan. Perlengkapan untuk menjaga-jaga jika napi nekat mengamuk.

Sapaan demi sapaan dari teman-teman ayahku terdengar akrab, sesekali mereka memanggilku. Anak muda, begitulah aku dikenal di lingkungan ini. Lalu kami melalui satu pintu dengan besi menyerupai sel, juga dijaga oleh petugas. Aku melompat dengan imajinasi seakan-akan aku seorang ninja, lalu menatap ayahku, dia tersenyum tipis. Kami belok kanan dan di sudut terdapat sebuah kantin untuk petugas/staf.

Setiap kali aku ke sini, aku selalu disuguhi susu hangat oleh pelayannya, permintaan ayahku. Katanya biar otakku tumbuh sempurna. Setelah itu ayahku mulai bekerja, mengecek laporan, lalu konsultasi dengan atasan. Setelah analisis cukup, kami berkeliling sel. Ayahku akan berinteraksi dengan beberapa napi, tentu saja aku ikut.

Ku tatapi satu persatu sel. Ada yang tengah duduk, ada yang tengah berzikir, ada yang tidur bahkan ada yang memegangi besi itu. Jika ku persentase, 7 dari 10 orang di dalam sana lebih sering termenung, mukanya memelas dan tatapannya kosong. Lalu ayahku berinteraksi dengan beberapa dari mereka, setelah semua rangkaian selesai, kami berjalan kembali menuju kantor karena sudah memasuki waktu siang.

"Mengapa oom-oom itu tak dilepas saja yah?" Aku bertanya lugu
Ayahku berhenti sejenak, menggendongku lalu berkata "mereka telah melakukan kesalahan nak, dan sekarang sedang menjalani hukuman"

Aku hanya mengangguk, saat itu bagiku apapun yang terucap dari bibir orang tuaku adalah kebenaran itu sendiri. Lalu kami menyantap makan siang di salah satu rumah makan, dan kembali ke rutan. Ayahku bekerja, aku bermain dengan salah satu temannya, dan berlarian kesana-kemari menghabiskan hari.

Gimana nih guys pendapat kalian tentang chapter kali ini? Isi di kolom komentar yah. Jangan lupa vote dan share juga ke temen kalian guys! Sampai ketemu lagi, piece out.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pahitnya HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang