gofood.

81 18 9
                                    

"dengan mbak sei, ya?"

Gue terdiam sesaat. Memandang binggung ke arah mas-mas ojol yang sekarang tengah menyodorkan sekotak pizza, martabak, roti bakar dan sebungkus nasi goreng kepada gue. Bukannya apa. Tapi gue gak merasa memesan sesuatu sejak tadi. Jangankan pesan. Gue aja baru bangun tidur sepuluh menit yang lalu. Ini pun masih berusaha mengumpulkan serpihan nyawa yang berserakan. Wah, prank macam apa ini?

"iya. Ini dari siapa ya, mas?"

Gue menerima semua kantung plastik yang dibawanya dan berniat mengambil dompet. Walaupun gue gak memesan, gue harus tetap bayar karna disini yang diprank itu gue bukan dia. Total semuanya pasti lumayan. Kasian dia kalau gak gue bayar.

Btw, pertanyaan gue tadi sepertinya tidak didengar oleh si mas. Alasannya karna gue bertanya sembari melenggang masuk, meletakan semuanya di meja dan mencari keberadaan dompet gue yang akan segera kosong. Sekembalinya gue ke depan, mas-mas itu udah siap-siap mau jalan. Gue otomatis mendekat dengan cepat. Menyerahkan dua lembar uang seratus ribuan yang anehnya ditolak olehnya.

"eh, gak usah, mbak. Tadi udah dibayar kok."

Gue tertegun. "siapa yang bayar, mas?"

Si mas-mas ojol berdengung lama, lalu menggambil ponselnya dan kembali menatap kepada gue. "dari.. mas je.. je.. jeoni j-james."

Gue menghela napas jengah. Tentu saja dia. Siapa lagi kalau bukan jeje yang bisa dengan santai menghamburkan uang dua ratus ribunya, padahal gue saja bisa kenyang dengan mi ayam seharga sepuluh ribu perak.

Agak meringis, gue tersenyum dan mengucapkan 'terimakasih' pada si mas ojol yang segera berlalu meninggalkan pekarangan kostan gue. Habis ini gue mesti protes sama si behel, wajib.

Karna, kenapa juga gue harus ngabisin porsinya satu geng Cuma untuk sekali makan dan menerima pemberian dia begitu aja?

Gue merogoh kanton : mencari ponsel, berniat menelpon anak itu. Ternyata hanya butuh sekali nada sambung dan gue pun bisa mendengar kata 'halo' dari sebrang sana.

"iya, halo, je. Lo niat banget, sih, bikin gue gendut?! Lo tau gak itu semua totalnya dua ratus ribu? Hah?! Itu dua ratus ribu, jeoni! Bedain dong dua ratus ribu sama dua ratus pe—"

Omelan gue terpangkas. Diserobot oleh jeje yang menyaut acuh disebrang sana. "berisik, yang. Tinggal makan aja apa susahnya, sih?"

Gue berdecih. "nanti kalau gue gendut gimana?"

"lucu."

"jeje!"

"lima menit lagi gue sampe. Pokoknya gue gak mau liat panda galak satu ini belom makan apapun yang gue kirim." 

•••

i am you series : terikat agar tak berjarak. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang