"Hai."
Gue mengernyit. Pemandangan jeje yang tengah tersenyum langsung menyapa begitu pintu terbuka lebar. Tubuhnya yang kurus terbalut oleh kaus putih tipis dengan celana training warna hitam. Kalau tadi gue gak salah liat, ini seharusnya sudah pukul 3 lebih sekian-sekian menit, sore. Tapi kenapa jeje berpakaian layaknya orang mau lari pagi?
"Tawarin masuk dong."
Gue mengerjap. Menyerukan kata 'hah?' sambil tak sengaja memasang wajah kebinggungan. Mungkin karna cukup lama gue tinggal melamun ria, jeje akhirnya memilih menyondongkan dirinya, meminta demikian. Membuat gue mendegus jengkel.
"Diem disini dulu." Titah gue padanya. Menunjuk salah satu bangku yang tersedia di beranda. Mempersilahkannya untuk duduk.
Lelaki itu tak banyak membantah. Hanya mengangguk dan membiarkan gue masuk kedalam. Sekitar sepuluh menit kemudian, penampilan gue yang tadinya dasteran dengan rambut dicepol asal, berganti dengan celana kulot hitam dan sweater soft pink yang menggemaskan. Rambut gue sudah tergerai rapi karna sempat sisiran. Juga, segelas sirup yang tadinya gue bawa dari dapur, kini sudah ditegak separuh oleh jeje.
"Emang mau kemana? Tumben nggak ngechat dulu."
"Katanya lo lagi nonton selingkuhan."
Err.. selingkuhan yang dia maksud itu miawaug.
"Ya, terus? Hubungannya gue lagi ngeyoutube sama lo ngechat tuh apaan, tuan mudaaa?"
Dia berdecih. Menghabiskan isi gelas yang tersisa. "Percumalah. Nggak bakal lo balas juga."
Gue tertegun, benar juga.
Fyi aja, gue ini tipikal orang yang mengabaikan semua hal kalau lagi fokus sama sesuatu. Mau sepenting apapun itu, ya gue ceknya kalau gue udah selesai sama yang satu. Walaupun Cuma sesederhana chat, sesimpel aplikasi hijau mendunia, semudah melihatnya lewat pop-up yang tertera di layar.
Bakal gue acuhin abis-abisan. Apalagi kalau udah rebahan sambil nyetel miawaug. Hmmm, milovers can relate.
"Lo mau ngajak jalan?" Tanya gue to the point. Agak malas juga berbasa-basi sama anak satu ini. Toh, nanti juga gue tetep kalah debat. Pun kadang otaknya dia kerap enggan diajak berputar-putar. "Gue pengen street food, please."
Gue menatapnya lurus-lurus. Berusaha membagi sinyal yang gue harap terpancar lewat obsidian. Alasan gue mengunggkapkannya adalah: satu, jeje pasti nggak jauh-jauh membawa gue ke mall, lagi dan lagi. gue kan jadi malas, bosan. Mall itu terlalu ramai. Walaupun TKP street food juga ramai, tapi vibesnya beda; dua, jeje nggak terima kata 'terserah'. Walau tak menampik kalau itu adalah kata andalan yang gue pakai kalau sedang enggan memutar otak mencari opsi pilihan. Atau ketika gue sedang jaim mengatakannya. Takut salah menyebut dan tak sesuai pilihannya; tiga, jeje selalu memberi gue kebebasan untuk bicara. Baginya, salah bukan sesuatu yang harus dibesar-besarkan. Enggak, ini nggak klasik. Dia benar-benar sesantai itu kalau gue salah. Walaupun kali ini gue nggak takut salah. Toh, ini keinginan yang tidak hAAAARRROOOM.
"Pas banget!" jeje menjentikan jemarinya. Menurunkan posisi ponsel yang menghalangi gue melihat kawat di giginya. "Gue mau ngajak lo ke alun-alun kota. Call, nggak?"
Gue tersenyum sumringah. "oke, cALL!"
...
oke, 458W dalam 10 menit. enak
banget emg kl idenya ngalir ginie :(fyi, ini udh ada di draft gue
dari taun kapan tau.
cuma insecure mau pub.
dan baru semangat
pas ditagih kkkk maaf!!anw, double up??
KAMU SEDANG MEMBACA
i am you series : terikat agar tak berjarak.
Fanfictionseila erica itu tengsin. sedang jeoni james hobinya mancing-mancing. i am you series : terikat agar tak berjarak. main pairing : sei weki meki & i.n stray kids. ©zyshalu, 2020.