5.

1 3 0
                                    

Misi sialan😡...

Setelah hari itu riska mengira hari sialnya pun ikut berlalu tetapi sepertinya takdir masih ingin bermain-main dengannya. Dihadapanya sekarang terpampang ekspresi mengintimidasi seluruh anggota timnya tak lupa selembar brosur misi gabungan dan pertandingan.

"Kemarin kita udah bahas ini kemarin dan ngga ada penolakan!!" Putus jeny begitu saja membuat riska hanya mampu mendengus kesal.

"Tapi.. soal ini gue belum bilang iya loh!?" Sanggah riska menujuk brosur misi gabungan yang kemarin tidak di tunjukan kepadanya.

"Kan udah biasa kita ambil job kek gini" ucap yona santai

"Tapikan__" kata riska belum selesai dan kembali terpotong.

"Napa lo takut? Ngga ada tuh kata takut di kamus tim kita" saut dewa tak kalah santai tapi cukup menusuk di telinga riska.

"Kenapa sih kalian ngga mau ndengerin gue sekali aja" geram riska.

Sekeras apa pun ia berargumen ia tetap akan kalah suara dan akhirnya seperti biasa riska memilih mengikuti kemauan mereka lalu pergi membawa brosur sialan itu untuk di pelajari lebih lanjut.

"Woyy ris mau kemana lo!?" Pekik silvi yang geram dengan kepergian riska menggantung pendapatnya.

"BIASA GUE IKUT KALIAN" suara riska yang terdengar dengan tubuh yang perlahan mulai keluar dari tempat itu.

"sialan tu bocah" kata raka dengan meninju udara.

" tau.. bubar persiapan" printah flo dan jeny serempak membuat yang lain pun ikut pergi dari sana.

Disisi lain, riska mulai mengerutu sendiri tidak jelas di tepi jalan dekat danau. Sementara brosur di tangannya sudah hampir tidak bisa di bilang baik lagi.

"Ni yang buat brosur niat banget deh, mana hutan itu kan banyak penghuninya kok mereka ngga peka si gue itu ngga mau urusan lagi sama yang ghoib, belum lagi firasat gue bilang bakal jadi hal buruk" gumam riska dengan mengamati brosur yang ada di tangannya.

"Sialan emang" ucap riska frustasi membuang brosur yang tak layak itu asal.

"Aduh!? Siapa yang berani nipuk gue pakek sampah kek gini" pekik suara bariton yang cukup familiar di telinga nya. Sambil membuka segengam kertas yang menimpanya.

"Brosur ini kok sampek sini?" Gumam peria itu penasaran dengan pandangannya menyusuri daerah itu bertepatan ia menemukan sosok familiar yang sudah pasti menjadi pemilik brosur yang ia bawa. Mendengar suara itu riska pun menoleh ia mendapati seorang peria berbaju loreng khas abdi negara.

"Sialan emang tu brosur" runtuk riska melihat apa yang dibawa peria itu.

"Ini punya lo?" Tanya ezra dengan memperlihatkan segengam kertas yang menimpanya.

"Iya, gue lagi frustrasi dan ngga sengaja__" ucap riska belum selesai namun sudah mendapat timpalan dari peria itu.

"Lo ngga bisa baca? Kalo ngga bisa baca ya kembali ke taman kanak-kanak sana!?" Ucap peria itu menunjuk sebuah papan tertulis di sana 'jangan buang sampah sembarangan' dan berbagai aturan lainnya.

"Kok kicep!? Tu mulut buat apa?" Lanjut ezra menyentak yang menusuk tepat perasaan dan emosi riska saat ini.

"Kan tadi gue bilang ngga sengaja, ezra adipta" ucap riska mengambil brosur itu dan berbalik memungungi ezra lalu tiba-tiba berbalik dengan cepat melayangkan pukulan yang cukup kuat tepat mengenai pelipis ezra.

"Ash.. kok__" keluh ezra belum tuntas namun gadis di depanya sudah pergi entah kemana.

"Kenapa tu orang kek makhluk goib aja tiba-tiba nongol kalau gue kesel kek gini sialan emang" celoteh riska di tepi jalan tanpa sadar ia terus melangkah ke cafe. Sampai di dalam ia disambut suara.

"Dari mana aja lo" tanya rafa yang tengah duduk sambil mengatur nada gitar putihnya.

"Nyari angin" ucap riska dengan berlalu begitu saja.

"Aish.. lo ya" geram rafa merasa kehadiranya dianggap angin lalu tapi ia tau riska sedang kesal bukan main entah apa sebabnya.

Sampai di ruangan nya, riska menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur yang cukup luas.

"Lo kenapa?" Kata silvia membuka suara saat menyadari kehadiran riska di sana.

"Feeling gue ngga enak Vi" ucap riska sambil memandang silvi lekat penuh harap agar ia membantu untuk menghindari misi laknat ini.

Silvi menghembuskan nafas panjang.
"Gue juga sama_" kata silvi

"Positif thinking aja, semoga ngga terjadi hal buruk" lanjutnya sebuah kalimat penenang keluar dari silvia. Kalimat yang entah kenapa terdengar tidak enak di telinga riska. Kemudian dia pun ikut mengela nafas panjang untuk mencoba menghilangkan beban pikirannya saat ini.

"Ya semoga felling gue salah kali ini" gumam riska lalu pergi ke alam mimpi dengan tenang.

"Ris?" Ucap silvi saat tidak mendapati sautan dari lawan bicara nya. Ia melihat riska yang sedang khusuk  terlelap dalam tidurnya.

"Pasti berat ya buat yakinin diri lo sendiri.. felling lo lebih tajam dari pada kita-kita ya semoga semua berjalan semestinya ya" pungkas silvi yang mulai ikut terlelap.

_________________________bersambung _

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sejauh Aku MelangkahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang