"Yim sepertinya ada yang berubah deh?" selidik Pom.
"Arai?"¹
"Sejak kapan wajah cemberutmu hilang?"
"Cing cing?"²
Pom memberikan cermin make up-nya ke Yim. "Lihatlah sendiri?"
Yim tersenyum.
"Yim!!! Aku masih tidak percaya dengan apa yang barusan aku lihat tadi! Perubahan yang baik. Kau terlihat lebih imut dan cakep saat tersenyum Yim," aku Pom.
"Kata siapa?"
"Aku barusan. Atau kau mau aku tanyakan ke Phi Ton soal itu?"
"Sudahlah jangan mengada-ada, aku dan dia tidak ada hubungan apapun kecuali teman," jelas Yim.
"Untuk saat ini, kita tidak akan tahu apa yang terjadi di masa depan," sahut Day. Day baru saja masuk ke kelas dan langsung ikut nimbrung dalam obrolan Yim dan Pom, sungguh kebiasaan yang tidak baik.
"Pom diantara aku dan Yim siapa yang lebih cakep?"
"Eh? Tentunya lebih cakep Phi Dew?"
"Itu tidak ada dalam pilihan Pom!" ucap Yim.
Pom sibuk mengipasi dirinya dengan buku dan tidak melontarkan kata apapun lagi. Cuaca Bangkok terasa lebih panas dari biasanya dan sialnya mereka harus menghadiri kelas di siang hari. Pom sibuk dengan ponselnya, begitu juga dengan Day. Sementara Yim membaca bukunya.
Day yang duduk di belakang Yim mencolek punggung Yim dengan bolpen.
"Ada apa, Day?"
"Lihatlah Instagram Phi Ton."
Yim mengetikan user name-nya Phi Ton di kolom pencarian. Yim melihat sebuah postingan baru, foto makanan yang dibuatkannya.
Terimakasih untuk sarapannya. Itu adalah caption yang dituliskan Phi Ton, Yim menyentuh tanda love di postingan itu.
"Sungguh beruntung orang yang bisa sarapan berduaan dengan Phi Ton, di rumahnya juga. Manis sekali." Pom begitu antusias ketika mengatakan kalimat itu.
"Seandainya aku Phi Ton, pasti banyak yang mengantre untuk mendapatkanku," kata Day.
"Bangun! Mimpimu harus kamu lanjutkan nanti malam lagi!"
"Pom, biarkan aku berhalusinasi terlebih dahulu. Kamu lupa kalau selalu menyebut dirimu sebagai Miss Universe Thailand?"
"Ewh,, Pom Boncharaat, nine teen Thai... Land," kata Pom dengan nada khas opening number di pageant.
Yim menggelengkan kepala mendengar kata-kata konyol yang dilontarkan sahabatnya.
"Ponselku bergetar tuh, getarannya sampai terasa di sini."
Yim mengambil ponsel yang diletakkan di meja. Sebelum Pom yang duduk disebelahnya tambah ngomel tidak jelas.
"Hallo, Phi?"
"Kenapa cuma di-like? Gak sekalian di-follow?"
"Eh?"
Pom mendekatkan telinganya ke Yim yang tengah bertelepon. Menyimak dengan saksama kata-kata yang bisa dicuri dengar. Yim selesai menelpon, kemudian membuka instagramnya, sebuah notifikasi, pengikut baru. Akun milik Phi Ton.
"Aaaaaa!!! Pom berteriak histeris saat melihat itu. Yim segera membungkam mulutnya.
"Yim, aku saja enggak di-follow back sama dia. Dan kamu itu, so sweet. Jadi apa yang terjadi sebenarnya?" Pom langsung merebut ponsel Yim. Menyentuh tanda ikuti balik. Tanpa komando dia mengirim DM ke Phi Ton untuk mengikuti balik akun Pom. Sungguh teman tidak tahu diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pieces Of Love (On Going)
RomanceBertemu dengan orang yang dibenci plus menyebalkan memang tidak enak. Tapi bagaimana bila harus bertemu setiap hari? Yim, memiliki hutang budi pada Phi Ton, dia dalam pengawasannya. Bersama sahabatnya Pom, Yim mengarungi masa kuliah dan pencarian...