Waktu menunjukkan pukul sebelas malam. Laki-laki itu belum kunjung pulang kerumahnya. Ia masih setia mengenakan seragam sekolah dan menuju sebuah tempat yang sama sekali tidak ingin dia datangi dalam hidupnya. Cowok itu memejamkan matanya seraya mengepalkan tangannya. Ia menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya. Ia sangat frustasi karena kini harus kembali terpaksa melakukan hobinya yang sudah lama dia tinggalkan. Dengan penuh pertimbangan cowok itu pun berbalik arah dan menuju tempat balap liar yang diadakan setiap malam sabtu itu.Tidak satupun keluarganya mengetahui hal ini. Ia hanya menutup telinga saat ia dimarahi akibat selalu pulang larut malam.
***
Suara sorakan serta suara knalpot motor menjadi satu menyambut kedatangan lawan terberat mereka. Siapa lagi kalau bukan Angin dari SMA Grass beserta sahabatnya. Hembusan angin sepoi-sepoi turut membuat malam ini terasa lebih dingin dan sedikit mencekam dibandingkan malam-malam sebelumnya karena malam ini merupakan pertandingan kedua dewa itu.
"Kemarin belum seberapa, gue belum keluarin semuanya" ucap Bara
Angin hanya terdiam sama sekali tak berniat untuk membalas ucapan lawannya itu.
"Liat aja, kali ini gue pasti menang"
"Bacot"
Cowok itu adalah Bara dari SMA Iceland, pasalnya kemarin memang Bara kalah dari Angin. Sebagai hadiahnya, Angin mendapatkan uang dari Bara. Uang itu memang tidak seberapa, mengingat Angin dari keluarga berada. Tetapi, beberapa minggu belakangan ini ia tidak bisa menikmati dengan sepenuhnya karena masalah yang belakangan ini menimpanya.
Angin menutup matanya berusaha melawan bayangan yang ada di pikirannya seraya meminta maaf dalam hatinya.
***
Bendera telah diangkat menandakan bahwa pertandingan sudah dimulai. Motor Angin melaju dengan cepat mendahului Bara. Konsentrasi dan fokus memang tidak diragukan lagi. Ini tentu bukan yang kedua kalinya ia mengikuti balapan.
Tak lama hujan deras turun tanpa aba-aba membuat Angin dan Bara terkejut dan menurunkan sedikit kecepatannya. Bara yang cepat tersadar kembali menarik gas motornya dan melaju dengan kencang. Berbeda dengan Angin yang justru tiba-tiba mengerem mendadak sepeda motornya.
***
Dari seberang terlihat seseorang perempuan yang entah sedang ada keperluan apa malam-malam begini berdiri didepan minimarket. Ya dia adalah Rein. Raut wajah panik disertai kegelisahan terpancar jelas dari bola mata gadis itu. Angin terus menatap perempuan itu. Lima menit berlalu dan hujan semakin deras membuat emperan diminimarket itu semakin basah. Angin mengerti mengapa gadis yang ada diseberangnya tidak berada didalam minimarket itu, karena tak lain para pelanggannya hanya menyisakan pelanggan pria.
Seakan sudah lupa dengan tujuannya, Angin masih memilih terdiam diatas sepeda motornya, dan kembali mengamati gadis yang di seberangnya itu sedang sesekali memukul handphonenya.
Hujan semakin deras serta angin malam yang semakin kencang membuat baju Angin semakin basah kuyup. Ia pun mulai sedikit khawatir terhadap gadis itu.
***
Dilain tempat, Arghi, Wasa dan Juna sangat khawatir dengan Angin. Tak biasanya cowo itu seperti ini. Apalagi dengan handphone yang tidak bisa dihubungi ditambah rasa takut akan terjadi sesuatu dengan Angin karena ia belum kunjung tiba. Berbeda dengan Bara yang baru saja sampai sambil tersenyum penuh kemenangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD SENIOR
Teen FictionAliesha Reina, cewe baik baik yang menjalani kehidupan normal kini harus terjebak dalam kehidupan kakak kelasnya seorang "Angin Sanjaya", cowo dengan segala perilaku buruk dan masalahnya. Akankah ia mampu menjaga dirinya atau justru terjerumus ber...