Perhatian kecil

96 12 24
                                    

perhatian kecil

"Hum--" ucapannya terpotong, dia buru-buru menghampiri Sheren yang tengah tiduran dengan resah.

"Kamu kenapa sayang?" Tanya Yusuf penuh dengan khawatir.

"N...ngg..nggak tau pak, dingin."

Yusuf memegang dahi Sheren. Panas, panas sekali.

"Badanmu panas sekali"

Baru saja Yusuf ingin ke dapur untuk mengambil kompresan, tangannya sudah terlebih dulu di cekal oleh Sheren yang berarti 'jangan pergi'.

Yusuf tersenyum dan dengan seribu keberanian dia memeluk tubuh istrinya itu.

"Istirahatlah"

Sheren pun memejamkan matanya.

***

Kini Yusuf sedang memasak bubur untuk Sheren, begitu khawatirnya dia.

Dia menghubungi ibu mertuanya untuk memberi tau kabar Sheren.

"Assalamu'alaikum, ma"

"Wa'alaikumsalam, kenapa suf?"

"Sheren sakit, ma"

"Ha? Sakit apa dia?" Suara Tyas kini sedikit panik, ya walaupun dia sering cekcok nggak jelas dengan anaknya itu, tapi kali ini dia benar-benar panik.

"Badannya panas dan mungkin kecapean karena acara kemarin."

"Astagfirullah, ya sudah. Kalau nanti sudah mulai membaik hubungi mama ya,"

"Iya ma, assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam"

Setelah memberi kabar, Yusuf tak lupa memberi tau kondisi Sheren ke uminya.

Lalu, dia pun masuk kekamar untuk memberi makan Sheren.
"Hum--" ucapnya terpotong saat melihat Sheren yang tengah jatuh dilantai.

"Kamu kenapa ya Allah" Yusuf menaruh mangkuk bibirnya lalu menggendong Sheren keatas ranjang.

"A..a..aku pusing."

"Kita ke dokter ya?"

Sheren menggelengkan kepalanya.

"Kenapa?"

"Nanti disuntik" ujar Sheren, mukanya sangat polos berbeda dengan biasanya yang berhawa emosi.

Yusuf tersenyum tipis, sebenarnya ada rasa lucu yang ia urungkan untuk ditertawakan.

"Sudahlah, tunggu. Aku akan menelvon dokterku."

Yusuf menelvon Dr. Frans Charled. Dokter yang merawatnya sejak kecil.

"Sudah, sekarang kamu makan buburnya" ucap Yusuf

"Pahit" Sheren mengucap nya begitu pelan.

"Saya suapin."

"Ha?" Sheren buru-buru menggelengkan kepalanya.

"Kali ini, biarkan saya merawat kamu." Tegas Yusuf

Sheren hanya mengangguk pasrah dia pun mulai menikmati buburnya.

"Pak?"

Yusuf melihat kearahnya.
"Iya?"

"Lo nggak macem-macem sama gue kan?" Tutur Sheren dengan mata elangnya.

"Lagi sakit masih saja memikirkan hal seperti itu."

Sheren menghembuskan nafas kasarnya.

"Besok kamu sekolah?" Tanya Yusuf

Maq'mumkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang