Nayla

103 16 27
                                    

•Nayla

"Maaf ya Allah, aku belum bisa menerima kenyataan yang seharusnya ku terima. Mungkin ini memang salah ku, yang terlalu berharap lebih dengan seorang pria."

***

Nayla kini tengah berdiri di depan teras rumahnya, memandangi sekitar komplek yang tidak ada pagarnya.

Nayla berucap dalam diamnya.

Apa maksudnya ya Allah, dia sering memberi tau kabarnya, sering bertanya kabarku, lantas mengapa dia sering berdua dengan seorang wanita?

Salahkah, jika aku mencintai seseorang sepertinya.

Guru muda disekolah.

Ya Allah, aku hanya bisa berharap dan pasrah atas kenyataan. Tapi, aku belum sepenuhnya menerima kenyataan yang kau berikan.

Kenapa dunia ku seperti ini ya Allah, bahkan masalah kini mulai menghujam ku.

Ya Allah, memangnya aku tidak pantas bersanding dengannya? Toh aku ini dekat bahkan dia sering mengingatkan yang terbaik untukku.

Aku berdoa kepadamu, aku berdoa untuk diriku da untuknya.

Kenyataan itu sulit ku terima, kadang kalau dia lewat pintu gerbang, hatiku terasa sesak. Bagaimana bisa, seorang pria yang ku kagumi dalam diam ternyata sering bergoncengan dengan wanita lain.

Ya Allah, jaga dia untuk aku.
Jaga hatinya untuk aku.
Jaga rasanya untuk aku.
Jaga matanya untuk aku.
Jaga apapun yang ada padanya untuk aku.

Kali ini, aku ingin belajar egois dalam mencintai. Bahkan, aku sering terhasut setan karenanya.

Ya Allah, aku egois dalam mencintai dia. Aku ingin belajar bagaimana rasanya mencintai dengan ke-egoisan.

Apakah salah?

Maaf ya Allah, aku hanya ingin dia. Ntah kenapa pikiranku hanya dia, semangat ku hanya dia, sampai sini pun aku masih mencintainya.

Sampai kapanpun itu.

Sampai kapan pun itu.

Sampai kapan pun itu.

Nayla menghembuskan nafas kasarnya, bagaimana tidak dia berucap seperti itu pada hatinya.

Bodoh? Iya memang. Bodoh karena cinta.

"Nay, kenapa diluar? Sudah malam. Masuk." Perintah Ayu, Umi Nayla.

"Iya umi, sebentar lagi. Anginnya enak banget"

Ayu hanya tersenyum.

"Iya sayang, cepat"

"Iya umi."

Nayla pun segera masuk kedalam rumahnya.

***

"Pak?"

"Pak?"

Maq'mumkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang