2.

2 1 0
                                    

Tok tok tok

Seseorang mengetuk pintu kamar dan langsung masuk sebelum pemiliknya membiarkannya masuk.

"Elaine kau sedang menonton apa?" Wells masuk dengan sebuah bungkusan kripik kentang ditangannya.

Kamar Elaine sangat gelap dan suara mengerikan terdengar dari spiker Elaine.

Elaine tak menjawab Wells. Tatapan gadis cantik itu masih lekat dengan film di komputernya.

"Elaine, mengapa kau hanya memakai tanktop ? Sini biar kupakaikan bajumu," Wells beralih kearah lemari baju Elaine. Walau gelap Wells bisa melihat dengan baik.

Sambil memakaikan baju Elaine, Wells ikut menonton film yang membuat Elaine serius melihatnya.

Tampak difilm itu seorang pemuda yang sedang mengiris pipi sang korbang menggunakan beling yang berserakan di bawah kaki mereka.

Sang korban tak henti hentinya menjerit. Bahkan permintaan tolong yang dilontarkannya tadi berubah. Sang korban malah meminta dibunuh saja dari pada dibiarkan tersiksa.

Wells juga melihat kaki sang korban tepat dibawah ban mobil remuk. Tampak pemuada itu sengaja menimpa kaki sikorban.

Tangan Wells gemetaran memakaikan baju Elaine. Film tersebut berakhir dengan jeritan panjanjang saat masing masing tangannya diikat dengan tali tambang dan ditarik kearah berlawanan. Tubuh sang koban terbelah dua tak lupa jeritannya yang menyayat hati.

Wells keringat dingin. Padahal Wells baru menontonya sebentar. Wells menepuk tangan sebanyak dua kali. Ruangan yang tadinya gelap kini bercahaya.

"Elaine, apakah kau sering menonton film seperti ini?" tanya Wells penasaran.

Wajah Elaine masih saja datar. "Iya,"

"Kau tidak takut Elaine?" tanya Wells sekali lagi.

Elaine hanya menggeleng.

Wells mengangkat Elaine dari kursi yang diduduki Elaine menuju kasurnya. Wells sendiri ikut membaringkan tubuhnya disamping Elaine.

"Elaine aku tidur disini ya? Aku takut. Film tersebut membuatku takut tidur dikamarku nanti," pinta Wells.

Elaine masih menatap datar wajah ketakutan Wells tanpa merespon ucapannya.

"Elaine, apa kau tidak kasihan melihat yang seperti tadi?" tanya Wells.

Elaine menggeleng.

"Padahal si pembunuh tadi sangat mengerikan. Apa dia tidak takut dosa," Wells mengomel tentang pembunuh tak berprasaan seperti tadi.

"Elaine jangan seperti pembunuh tadi Elaine. Nanti kamu bisa masuk neraka,"

"Kenapa?"

"Karena membunuh itu dilarang GOD. Elaine jangan melanggar perintah GOD ya," kata Wells sambil mengelus surai hijau milik Elaine.

"Kau pernah melihat GOD ? "

"Tidak Elaine ,kenapa?"

"Kau pernah masuk neraka?"

"Aku kan belum mati Ealine,"

" Apakah kau mendengar GOD mengatakan membunuh itu dilarang?"

"Tidak,"

"Lalu kenapa kau percaya ?"

Lagi lagi Wells dibuat bungkam dengan perkataan Elaine.

Wells hanya melihat mata biru Elaine sebelum sang pemilik mentupnya dan terbawa mimpi.

"Elaine kau tidak percaya GOD ya?" Wells terkekeh lalu ikut tidur disamping Elaine.

Call me GODTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang