4. Pengungkapan

6.4K 624 43
                                    

Aku rasa satu lagu ini cukup untuk satu chapter ini 😌

-Me-

~~~
Beautiful
Just the way that you would look at me
Was so much I'd never wanna leave
I.. I..
Keep trying to forget how you were

Beautiful
Just the way that you were calling my name
But without you it won't be the same
I.. I..
Keep trying to forget, but you were beautiful

Think I've cried more than I had imagined
If this is real take me back to the start then
what I want but I know it can't happen
Baby I know it's already over

I don't want you to hurt but can't help it
Every moment is thoughts of you back when
I saw you throw me a smile and that had me

Beautiful
Cause the last time that you looked at me
I did all I could I watched you leave
I.. I..
Keep trying to forget how you were

Beautiful

Lagu :

Day6 – You Were Beautiful (eng. Ver)
cr video to Chan
~~~

Bayang-bayang senyum cerah itu melintas di kepalanya. Suara tawa manis itu masih terngiang di telinganya. Tapi dia tidak merasakan apa pun. Dia tidak bisa merasakan apa-apa. Tubuhnya mati rasa. Apa ini semua nyata? Dia masih menanyakan pertanyaan itu pada dirinya sendiri.

Hari ini adalah hari pemakaman Haechan. Ada begitu banyak orang yang datang, meskipun faktanya Haechan hanya tinggal bersama mamanya di kota ini. Mereka tidak punya kerabat lain disini. Papanya meninggalkan mereka, itulah alasan mengapa mereka pindah kesini.

Semua teman mereka datang. Satu per satu, mereka mendatangi Mark yang berdiri di satu sudut dengan wajah datar, menepuk pundaknya, memberinya kata-kata yang menenangkan, mencoba menghiburnya. Meskipun Mark tidak mengatakan apa-apa, mereka tahu Mark sangat terpukul. Mark dan Haechan sangat akrab. Semua orang tahu itu.

Tiba-tiba Mark merasakan tangan seseorang menangkup wajahnya dan memaksanya untuk mengangkat kepalanya. Itu Jeno. Mark dapat melihat masih ada bekas air mata di pipinya.

Mereka tidak mengatakan apa-apa, mereka hanya menatap mata satu sama lain selama beberapa waktu sebelum akhirnya Jeno mendekat dan memeluknya. Sebelum Jeno melepaskan Mark, dia berbisik di telinganya. "Keluarin, Mark."

Mark tahu apa yang Jeno bicarakan. Tapi Mark tidak bisa. Tidak peduli betapa sakit hatinya hingga terasa sulit bahkan hanya untuk bernafas, dia tidak bisa menangis. Dia bisa merasakan matanya memanas tetapi air matanya tetap tidak keluar.

"Dia ngajak aku pulang bareng dia sebelum kejadian itu"

"Oh, Mark.." Jeno tahu ini mengarah kemana.

"Dan aku bilang nggak. Aku bahkan bohong ke dia cuma karna aku gak mau pulang bareng dia. Kenapa aku sangat bodoh?"

Jeno tidak tahu harus berkata apa, jadi dia hanya bisa diam.

"Dia gak langsung pulang ke rumahnya habis itu. Dan aku tau dia gak ngelewatin jalan yang biasa kita lewatin. Semua ini terjadi karena aku."

"Nggak.. Nggak, Mark" Jeno menggelengkan kepalanya, tangannya kini berada di bahu Mark. "Kamu gak tau itu."

Mark mengalihkan pandangannya dari Jeno dan menundukkan kepalanya. Aku tau. Dia pasti merasa kesal dan sedih karena aku. Itu sebabnya dia mau pergi ke taman.

Jeno melihat kerutan di dahi Mark. Dia dapat melihat bahwa Mark sedang berpikir keras.

"Mark liat aku" Jeno berkata. Mark mengangkat kepalanya dan menatap matanya lagi. "Ini bukan salahmu" Jeno berkata. Tapi Mark tidak mengatakan apa-apa setelah itu. Jeno tahu bahwa Mark sudah tidak ingin berbicara lagi.

Second Chance | Bahasa | MarkHyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang