Tidak pernah ada yang tidak mendengar cerita menarik dari seorang Na Jaemin diunit ini. Bahkan kepala unit pun terkekeh saat mendengar cerita dari para rekan kerjanya.
Namun bagi Na Jaemin sendiri itu adalah aib yang sangat ingin dia buang jauh-jauh. Meskipun terkadang ia tak pernah menghiraukan rasa malunya. Kejadian yang terjadi padanya dengan tim gabungan kepolisian saat ia masih menjadi seorang intern merupakan kejadian yang sangat sangat tidak disukainya.
" Gwejangnim jebal ? " bujuknya memelas
Gwajangnim hanya menggeleng pelan sambil tersenyum kearahnya "Jaemin-aah semoga kau beruntung ne ?? "
Jaemin sontak tersungkur dilantai. Ia benar-benar bertingkah seperti seorang anak kecil sambil memanyunkan bibirnya kedepan. Untung saja Gwajangnim sudah terlebih dulu meninggalkan ruangan. Jika tidak mungkin Jaemin tidak akan melakukannya.
" Jeno-aah " dengan sok imut Jaemin memohon pada sang leader unit itu. Namun, Jeno hanya menggeleng pasrah.
" Mian Jemin-aah " jawabnya dengan mengelus pundak Jaemin menahan tawa.
Pintu yang semula sudah tertutup rapat sepeninggal pimpinan kepala unit mereka tiba-tiba saja terbuka kembali. Dua sosok perempuan yang sangat familiar itu akhirnya masuk dan berdiri dihadapan para intelgen kelahiran 2000 itu.
" Annyeong Jaemin-aah..." sapa perempuan berbaju putih itu dengan riang. Tentu saja Jaemin yang masih mencoba menerima kenyataan langsung keluar dari ruangan berlari sekencang mungkin. Hanya saja, tebakan Jaemin salah. Terbukti perempuan itu justru semakin ikut keluar dan berlari menyusulnya.
" Perang dunia sepertinya akan terjadi setelah ini" Haechan tertawa yang disusul dengan anggukan setuju oleh Renjun.
Disisi lain seorang perempuan yang mengenakan jaket kulit yang datang bersamaan dengan rekannya tadi masih berdiri dan menatap kearah Jeno.
" Oraenmaniya* Jeno-aah " sapanya sambil tersenyum.
*lama tidak bertemu
Jeno pun hanya dapat melempar senyum meskipun sedikit canggung. Hingga suara nyaring dari Haechan membuatnya tersadar dan langsung menunduk.
" Omo xiyeon-ahh " teriak Haechan sambil melambaikan tanganya keatas.
" Jadi kau dan heejin yang kemari ?"
" Tentu saja. Aku tidak memiliki anggota lain jika heejin masih bersamaku " Haechan terkekeh. Memang, latar belakang Jeon Heejinlah yang membuatnya sedikit berbeda. Perempuan bermarga Jeon itu adalah putri tunggal komisaris Polisi di Seoul. Dan dialah yang membuat semua aib melekat pada diri Jaemin.
" Ayahnya tak akan membiarkanmu terlalu banyak memiliki anggota xiyeon-aah " celutuk Renjun.
" Kau benar "
" Jadi , kapan kita ke base camp Daejangnim* ? "
*ketua
" kita bisa pergi sekarang " jawab jeno lalu beranjak dari kursinya.
Renjun dan Haechan langsung berpandangan begitu Jeno dan Xiyeon keluar berurutan. Meskipun karakter Hwang Renjun yang tidak begitu hangat dan terlalu pure sebenarnya. Namun jika ia sedetik saja bersebelahan dengan Haechan, entah bagaimana sikap kebobrokan haechan begitu cepat menyalur padanya.
" Apa kita berfikiran sama mengenai Jeno renjunie ?"
" Entahlah. Na kalke " jawabnya cepat lalu keluar dari ruangan.
" Hya!! Renjun-ahh. Hwang renjun!!"
*°*
Lima mobil secara berurutan memasuki tanah lapang yang nampak kosong. Ilalang-ilalang panjang yang tumbuh didepan tanah lapang itu benar-benar menandakan bahwa area itu tidak pernah terjamah oleh manusia. Bahkan, mobil-mobil yang terparkir rapi barusan jelas nampak seperti mobil usang yang penuh ilalang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescent
Random'• Mari menyelesaikan tanpa menyimpannya •' ~ Hwang Renjun '' Kau akan menyesal, tidak semua harapan berjalan sesuai kenyataan renjun-aah '' ~ Na Jaemin *° Sudahlah. Nikmati saja *° ~ Lee Haechan «"" Lebih baik memikirkan ulang sembari berjalan «""...